DENPASAR – Jasad penghuni kos-kosan di Jalan Pulau Batanta Banjar. Seblanga, Desa Dauh Puri Kauh, Denpasar Barat, yang meninggal di kamar kos dalam kondisi tidak wajar sampai saat ini masih berada di dalam kamar jenazah RS Sanglah.
Korban yang diketahui bernama Abdul Aziz, asal Malang, Jawa Timur, ini ditemukan dalam kondisi tidur terlentang di atas tempat tidur, kaki berada di sebelah utara, kepala sebelah selatan, kedua tangan berada di atas perut, dan membusuk.
Dugaan korban meninggal tidak wajar pun mencuat. Sayangnya, Dr. Henky, Dokter Penanggung Jawab Pelayanan yang bertugas enggan berkomentar.
Kepala Forensik RS Sanglah, dr. Dudut Rustyadi saat berusaha diminta keterangan juga enggan berbicara banyak. Sebab, bukan Ia yang bertugas jaga.
“Kalau terkait hasil pemeriksaan luarnya, ada di Dokter Henky Saya nggak bisa. Susah juga minta datanya,” ujar dr. Dudut.
Saat disinggung mengenai ciri-ciri di tubuh jenasah yang kepalanya menghitam, tubuh ada memar dan sebagainya, sehingga mengarah pada kasus dugaan pembunuhan karena cekikan,
racun ataupun overdosis, Dokter Dudut juga belum bisa memastikannya. “Harus ada temuan luka pada leher kalau cekikan,” katanya.
Sedangkan, dalam analisnya terhadap kepala yang menghitam, diakibatkan ada perbendungan pada wajah.
“Ini yang disebut perbendungan pada wajah. Bisa juga pada kasus mati mendadak karena serangan jantung. Jantung berhenti mendadak, yang disebut gagal jantung. Akibatnya terjadi perbendungan pada wajah,” ujarnya.
Namun Dokter Dudut menegaskan bahwa korban tidak dapat disimpulkan karena mati gagal jantung sebelum dianalisis lebih mendalam.
Dijelaskan, untuk membedakan mati wajar atau tidak wajar, forensik perlu mencari ada tidaknya luka-luka yang bersifat fatal atau keracunan.
“Saya tidak menyimpulkan orang ini mati karena serangan jantung. Harus disingkirkan luka dan racun dulu.
Kalau tidak ada (luka dan ciri-ciri dibunuh), baru kemungkinan karena sakit,” ujarnya dalam analisa secara ilmu forensik kemarin.
Untuk memastikan penyebab kematian, juga perlu dilakukan tindakan otopsi. Begitu juga dari pihak keluarga.
Kakak kandung korban yang tinggal di Bali kemarin, mengaku menyerahkan semuanya kepada pihak kepolisian untuk menuntaskan kasus ini.
“Saya berharap semua ini dapat diselesaikan dengan cepat. Kalau untuk kepulangan jenazah, kami tunggu kapan diperbolehkan oleh polisi,” terang keluarga korban yang enggan Namanya disebut.