29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:51 AM WIB

Sulap Lahan Adventure Jadi Kandang, Ajak Karyawan Beternak Kambing

Sektor pariwisata yang “mati suri”memaksa para pelaku wisata putar otak. Mereka banting setir menjadi peternak kambing.

Seperti yang digeluti oleh karyawan adventure. Mereka memelihara kambing di Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh sejak 4 bulan lalu.

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

KANDANG kambing berukuran besar berisi penuh kambing ukuran dewasa. Lahan yang luas itu milik bos perusahaan adventure.

Lantaran sepi kunjungan, bos adventure menyulap lahan miliknya jadi peternakan kambing. Para karyawan yang tidak punya kerjaan diajak gabung untuk memelihara kambing.

Salah satu karyawan adventure, Alit Warnata, menyatakan, sebelum Covid, sasaran tempat usahanya adalah wisatawan asing maupun domestik.

Namun, Covid-19 membuat tempat usahanya tidak ada kunjungan. Akhirnya, bos adventure memilih menutup sementara usahanya.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari para karyawan, mereka beralih profesi menjadi peternak kambing.

“Dengan situasi seperti ini, tempat usaha pariwisata tempat saya bekerja sebelumnya terpaksa ditutup karena tidak ada kunjungan wisatawan,” ujar Alit.

Alit dan sejumlah karyawan lainnya mau tak mau harus pintar-pintar mengambil peluang. Akhirnya, dia pun terbersit pikiran memelihara kambing.

“Beban kami terlalu berat, dan perlu kami pikirkan untuk beralih profesi seperti ini,” jelas Alit lagi. Meski situasinya sulit, pihaknya tidak mau pasrah begitu saja.

Harus ada peluang yang diambil di tengah situasi macam ini. “Kami tidak mau menyerah, kami tetap mengikuti imbauan dari pemerintah dan tentunya kami tidak bisa diam karena mempunyai beban yang cukup berat,” jelasnya.

Maka, beternak menjadi salah satu alasan. Disamping itu, pemikiran lainnya, daging kambing dibutuhkan oleh rumah makan dan umat Muslim yang merayakan hari raya Idul Adha.

“Maka kami saat ini beralih ke beternak kambing,” terangnya. Lanjut dia, profesi sebagai peternak kambing baru dilakoni sejak 4 bulan yang lalu.

“Baru sejak 4 bulan yang lalu mulai. Astungkara masih ada peluang-lah di sini,” ungkapnya. Dia bersama sejumlah karyawan adventure lainnya berusaha membersihkan kandang dan merawat kambing setiap hari.

“Jadi pemilik tempat peternakan kambing ini milik atasan kami di tempat saya bekerja. Yakni Wake Bali Adventure, astungkara masih adalah perhatian untuk menampung kami-kami karyawannya,” ujarnya penuh syukur.

Dengan aktivitas memelihara kambing ini, setidaknya karyawan adventure masih mempunyai kegiatan positif. “Yang terpaksa harus rehat bekerja di pariwisata, lari ke sini,” ungkapnya.

Untuk hasil penjualannya, menggunakan sistem bagi hasil sesuai pekerjaan mereka di kandang. “Hasilnya ada,” ujarnya singkat.

Meski sudah bergelut di dunia peternakan, para karyawan ini mengaku rindu dengan gemerlapnya dunia pariwisata seperti dulu.

“Mudah-mudahan wabah ini segera berlalu. Kami ini sangat rindu bekerja di usaha pariwisata seperti dulu,” pungkasnya penuh harap. (*)

Sektor pariwisata yang “mati suri”memaksa para pelaku wisata putar otak. Mereka banting setir menjadi peternak kambing.

Seperti yang digeluti oleh karyawan adventure. Mereka memelihara kambing di Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh sejak 4 bulan lalu.

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

KANDANG kambing berukuran besar berisi penuh kambing ukuran dewasa. Lahan yang luas itu milik bos perusahaan adventure.

Lantaran sepi kunjungan, bos adventure menyulap lahan miliknya jadi peternakan kambing. Para karyawan yang tidak punya kerjaan diajak gabung untuk memelihara kambing.

Salah satu karyawan adventure, Alit Warnata, menyatakan, sebelum Covid, sasaran tempat usahanya adalah wisatawan asing maupun domestik.

Namun, Covid-19 membuat tempat usahanya tidak ada kunjungan. Akhirnya, bos adventure memilih menutup sementara usahanya.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari para karyawan, mereka beralih profesi menjadi peternak kambing.

“Dengan situasi seperti ini, tempat usaha pariwisata tempat saya bekerja sebelumnya terpaksa ditutup karena tidak ada kunjungan wisatawan,” ujar Alit.

Alit dan sejumlah karyawan lainnya mau tak mau harus pintar-pintar mengambil peluang. Akhirnya, dia pun terbersit pikiran memelihara kambing.

“Beban kami terlalu berat, dan perlu kami pikirkan untuk beralih profesi seperti ini,” jelas Alit lagi. Meski situasinya sulit, pihaknya tidak mau pasrah begitu saja.

Harus ada peluang yang diambil di tengah situasi macam ini. “Kami tidak mau menyerah, kami tetap mengikuti imbauan dari pemerintah dan tentunya kami tidak bisa diam karena mempunyai beban yang cukup berat,” jelasnya.

Maka, beternak menjadi salah satu alasan. Disamping itu, pemikiran lainnya, daging kambing dibutuhkan oleh rumah makan dan umat Muslim yang merayakan hari raya Idul Adha.

“Maka kami saat ini beralih ke beternak kambing,” terangnya. Lanjut dia, profesi sebagai peternak kambing baru dilakoni sejak 4 bulan yang lalu.

“Baru sejak 4 bulan yang lalu mulai. Astungkara masih ada peluang-lah di sini,” ungkapnya. Dia bersama sejumlah karyawan adventure lainnya berusaha membersihkan kandang dan merawat kambing setiap hari.

“Jadi pemilik tempat peternakan kambing ini milik atasan kami di tempat saya bekerja. Yakni Wake Bali Adventure, astungkara masih adalah perhatian untuk menampung kami-kami karyawannya,” ujarnya penuh syukur.

Dengan aktivitas memelihara kambing ini, setidaknya karyawan adventure masih mempunyai kegiatan positif. “Yang terpaksa harus rehat bekerja di pariwisata, lari ke sini,” ungkapnya.

Untuk hasil penjualannya, menggunakan sistem bagi hasil sesuai pekerjaan mereka di kandang. “Hasilnya ada,” ujarnya singkat.

Meski sudah bergelut di dunia peternakan, para karyawan ini mengaku rindu dengan gemerlapnya dunia pariwisata seperti dulu.

“Mudah-mudahan wabah ini segera berlalu. Kami ini sangat rindu bekerja di usaha pariwisata seperti dulu,” pungkasnya penuh harap. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/