26.3 C
Jakarta
25 April 2024, 5:20 AM WIB

Ortu Tak Punya Firasat, Korban Sempat Terlihat Malas Saat ke Sekolah

Dimas Sihabudin, 13, siswa MTs Al Amin Tabanan korban meninggal akibat tenggelam di Tukad (sungai) Yeh, Penahan, Jumat pagi (3/1) dimakamkan. Meski sedih, terpukul dan sangat berat hati, namun orang tua mendiang akhirnya mengikhlaskan kepergian putra keduanya itu untuk selama-lamanya.

 

ZULFIKA RAHMAN, Tabanan

 

SUASANA duka masih menyelimuti  keluarga Sukarman.

 

Putra kedua Dimas Sihabudin, 13, yang sangat ia sayangi pergi untuk selamanya. Dimas tewas dalam musibah tenggelam di Sungai Yeh Panahan, banjar Pangkung Prabu desa Delod Peken, Tabanan, Kamis (2/1) kemarin.

 

Ditemui di rumah duka, Sukarman, 47, ayahanda mendiang Dimas Sihabudin masih terlihat sembab. Begitu juga istrinya Yuliasih, 37. Ibu kandung mendiang ini masih  terlihat sangat terpukul dan syok atas meninggalnya Dimas putranya. 

 

Bahkan meski telah dimakamkan, sejumlah pelayat juga masih terlihat datang ke rumah duka di Jalan I Wayan Mudra (sebelumnya ditulis jalan Tendean) Perumahan Griya Manik Asri II/1 Banjar Tanah Bang, desa Banjar Anyar, Kediri.

 

 “Sekarang sudah lebih ikhlas. Meski berat tapi harus direlakan. Istri saya juga sudah berusaha untuk menerima,” aku Sukarman.

 

Selain meninggalkan kedua orang tua, Dimas juga meninggalkan satu kakak laki-laki dan satu adik perempuan Davita Nisa Nurazizah yang masih berusia enam tahun.

 

“Sudah dikubur tadi pagi (Jumat kemarin) di Pemakaman muslim Banjar Tunggal Sari, Kediri. Jenazahnya menginap di masjid,” imbuhnya.

 

Kata Sukarman, sebelum musibah menimpa putranya, dirinya dan keluarga mengaku tak memiliki firasat apapun.

 

Menurutnya, saat peristiwa terjadi, Kamis kemarin adalah hari pertama putranya masuk sekolah setelah menjalani rangkaian libur dalam beberapa pekan.

 

Paginya, Dimas terlihat seperti biasa bahkan hari sebelumnya, Sukarman dan istri juga tidak merasakan hal yang janggal.

 

“Istri saya yang mengantar, ya seperti biasa aja. Tidak ada tanda apapun. Tapi kata ibunya memang ada sedikit rasa malas dari Dimas saat mau sekolah, maklum karena hari pertama sekolah setelah libur panjang,” katanya.

 

Sesampainya di sekolah, setelah menunaikan sholat dzuhur yang menjadi agenda wajib MTs Al Amin, keinginan Dimas untuk bermain menuju sungai tak terbendung sembari menunggu jam masuk kelas pukul 13.00.

 

Meski sempat disarankan untuk tidak datang ke sungai oleh dua temannya, namun keinginan Dimas begitu besar hingga terjadi peristiwa nahas itu.

 

“Pertama istri saya yang tau, saat itu saya sedang bekerja proyek di dekat rumah. Saya ditelepon istri untuk datang ke sekolah, katanya penting. Sampai sekolah dari luar saya dengar suara istri nangis, dan mendapat kabar anaknya tenggelam dan belum ditemukan,” kata pria yang kesehariannya bekerja sebagai proyek bangunan ini.

 

Mendapat kabar tersebut, Sukarman langsung menuju sungai tempat anaknya tenggelam. Ia sudah melihat sejumlah petugas melakukan pencarian. Yang membuatnya heran, lokasi sungai yang cukup terjal dan jauh dari sekolah, bisa dijangkau oleh murid-murid MTs Al Amin.

 

“Itu ngapain ke sungai. Padahal jauh, jalanya terjal juga. Itu heran saya,” bebernya.

 

Dia berharap, ke depan pihak sekolah lebih ketat mengawasi siswanya agar tidak terjadi hal yang sama menimpa anaknya.

 

Terlebih, kata dia, jam tersebut merupakan tanggungjawab pihak sekolah.

 

“Saya sudah sampaikan kepada ketua Yayasan Al-Amin. Pengawasan lebih ditingkatkan, cukup anak saya saja jadi korban, tidak ada lagi siswa Al-Amin atau lainnya yang menjadi korban seperti Dimas ini,” ucap pria asal Ngawi, Jawa Timur ini.

 

Meski sudah ikhlas melepas kepergian anaknya itu, ada rasa penyesalan dalam proses pencarian anaknya tersebut yang dianggapnya kurang cepat.

 

Mengingat ketersediaan alat pencarian yang terbatas. Sementara kepemilikan alat, hanya dimiliki oleh tim SAR yang datang dari Jimbaran.

 

“Seharusnya di masing-masing kabupaten itu ada alat untuk melakukan pencarian. Karena ini menyangkut penyelamatan nyawa manusia. Perkara ditemukan dalam kondisi meninggal itu urusan lain, yang penting cepat,” tambahnya.

 

Sementara itu, di lingkungan sekolah, sosok Dimas dikenal sebagai siswa penurut dan baik. Bahkan dari penuturan wali kelasnya, nilai akademik siswa didiknya cukup merata di semua mata pelajaran sekolah. “Anaknya baik, kelakuannya biasa saja sama seperti murid lainnya,” tutur Haryoko ditemui di MTs Al Amin kemarin.

 

Dari peristiwa ini, ia pun turut prihatin. Pihak sekolah juga akan lebih meningkatkan pengawasan kepada para siswa untuk menjaga keselamatan selama berada di sekolah sehingga tidak ada lagi kejadian yang sama menimpa siswa siswinya yang bernasib sama seperti Dimas

 

Dimas Sihabudin, 13, siswa MTs Al Amin Tabanan korban meninggal akibat tenggelam di Tukad (sungai) Yeh, Penahan, Jumat pagi (3/1) dimakamkan. Meski sedih, terpukul dan sangat berat hati, namun orang tua mendiang akhirnya mengikhlaskan kepergian putra keduanya itu untuk selama-lamanya.

 

ZULFIKA RAHMAN, Tabanan

 

SUASANA duka masih menyelimuti  keluarga Sukarman.

 

Putra kedua Dimas Sihabudin, 13, yang sangat ia sayangi pergi untuk selamanya. Dimas tewas dalam musibah tenggelam di Sungai Yeh Panahan, banjar Pangkung Prabu desa Delod Peken, Tabanan, Kamis (2/1) kemarin.

 

Ditemui di rumah duka, Sukarman, 47, ayahanda mendiang Dimas Sihabudin masih terlihat sembab. Begitu juga istrinya Yuliasih, 37. Ibu kandung mendiang ini masih  terlihat sangat terpukul dan syok atas meninggalnya Dimas putranya. 

 

Bahkan meski telah dimakamkan, sejumlah pelayat juga masih terlihat datang ke rumah duka di Jalan I Wayan Mudra (sebelumnya ditulis jalan Tendean) Perumahan Griya Manik Asri II/1 Banjar Tanah Bang, desa Banjar Anyar, Kediri.

 

 “Sekarang sudah lebih ikhlas. Meski berat tapi harus direlakan. Istri saya juga sudah berusaha untuk menerima,” aku Sukarman.

 

Selain meninggalkan kedua orang tua, Dimas juga meninggalkan satu kakak laki-laki dan satu adik perempuan Davita Nisa Nurazizah yang masih berusia enam tahun.

 

“Sudah dikubur tadi pagi (Jumat kemarin) di Pemakaman muslim Banjar Tunggal Sari, Kediri. Jenazahnya menginap di masjid,” imbuhnya.

 

Kata Sukarman, sebelum musibah menimpa putranya, dirinya dan keluarga mengaku tak memiliki firasat apapun.

 

Menurutnya, saat peristiwa terjadi, Kamis kemarin adalah hari pertama putranya masuk sekolah setelah menjalani rangkaian libur dalam beberapa pekan.

 

Paginya, Dimas terlihat seperti biasa bahkan hari sebelumnya, Sukarman dan istri juga tidak merasakan hal yang janggal.

 

“Istri saya yang mengantar, ya seperti biasa aja. Tidak ada tanda apapun. Tapi kata ibunya memang ada sedikit rasa malas dari Dimas saat mau sekolah, maklum karena hari pertama sekolah setelah libur panjang,” katanya.

 

Sesampainya di sekolah, setelah menunaikan sholat dzuhur yang menjadi agenda wajib MTs Al Amin, keinginan Dimas untuk bermain menuju sungai tak terbendung sembari menunggu jam masuk kelas pukul 13.00.

 

Meski sempat disarankan untuk tidak datang ke sungai oleh dua temannya, namun keinginan Dimas begitu besar hingga terjadi peristiwa nahas itu.

 

“Pertama istri saya yang tau, saat itu saya sedang bekerja proyek di dekat rumah. Saya ditelepon istri untuk datang ke sekolah, katanya penting. Sampai sekolah dari luar saya dengar suara istri nangis, dan mendapat kabar anaknya tenggelam dan belum ditemukan,” kata pria yang kesehariannya bekerja sebagai proyek bangunan ini.

 

Mendapat kabar tersebut, Sukarman langsung menuju sungai tempat anaknya tenggelam. Ia sudah melihat sejumlah petugas melakukan pencarian. Yang membuatnya heran, lokasi sungai yang cukup terjal dan jauh dari sekolah, bisa dijangkau oleh murid-murid MTs Al Amin.

 

“Itu ngapain ke sungai. Padahal jauh, jalanya terjal juga. Itu heran saya,” bebernya.

 

Dia berharap, ke depan pihak sekolah lebih ketat mengawasi siswanya agar tidak terjadi hal yang sama menimpa anaknya.

 

Terlebih, kata dia, jam tersebut merupakan tanggungjawab pihak sekolah.

 

“Saya sudah sampaikan kepada ketua Yayasan Al-Amin. Pengawasan lebih ditingkatkan, cukup anak saya saja jadi korban, tidak ada lagi siswa Al-Amin atau lainnya yang menjadi korban seperti Dimas ini,” ucap pria asal Ngawi, Jawa Timur ini.

 

Meski sudah ikhlas melepas kepergian anaknya itu, ada rasa penyesalan dalam proses pencarian anaknya tersebut yang dianggapnya kurang cepat.

 

Mengingat ketersediaan alat pencarian yang terbatas. Sementara kepemilikan alat, hanya dimiliki oleh tim SAR yang datang dari Jimbaran.

 

“Seharusnya di masing-masing kabupaten itu ada alat untuk melakukan pencarian. Karena ini menyangkut penyelamatan nyawa manusia. Perkara ditemukan dalam kondisi meninggal itu urusan lain, yang penting cepat,” tambahnya.

 

Sementara itu, di lingkungan sekolah, sosok Dimas dikenal sebagai siswa penurut dan baik. Bahkan dari penuturan wali kelasnya, nilai akademik siswa didiknya cukup merata di semua mata pelajaran sekolah. “Anaknya baik, kelakuannya biasa saja sama seperti murid lainnya,” tutur Haryoko ditemui di MTs Al Amin kemarin.

 

Dari peristiwa ini, ia pun turut prihatin. Pihak sekolah juga akan lebih meningkatkan pengawasan kepada para siswa untuk menjaga keselamatan selama berada di sekolah sehingga tidak ada lagi kejadian yang sama menimpa siswa siswinya yang bernasib sama seperti Dimas

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/