26.9 C
Jakarta
26 April 2024, 22:35 PM WIB

Setiap Hari Naik Turun Bukit Curam Selama 5 Jam, Kera Hutan Jadi Teman

Terlahir di sebuah kampung tertinggal dan pelosok di atas bukit, nasib Murtiasih tak semujur teman sebayanya yang tinggal di kota.

Siswi kelas 3 SDN 6 Bugbug, Karangasem ini bukan hanya berjalan berjam-jam untuk bisa sampai di sekolah, namun demi bisa mengenyam pendidikan, gadis kecil ini juga harus naik turun bukit dengan kanan kiri hutan yang penuh dengan kera liar.

 

WAYAN PUTRA, Karangasem

Tekad Ketut Murtiasih untuk bisa mengenyam pendidikan formal sangat besar. Meski setiap hari harus menempuh jalan setapak sepanjang 5 kilometer, namun hal itu tak membuat gadis belia yang terlahir dari keluarga kurang mampu ini lelah semangat.

Sebaliknya, tanpa ada rasa minder dan takut, di tengah teman sekolahnya masih terlelap tidur, siswi berusia 9 tahun yang tinggal di Bukit Pajinengan, Banjar Samuh, Bugbug, Karangasem pun rela bangun pagi dan berjalan sendirian diantara embun dingin dan kabut pagi untuk bisa mencapai sekolah.

Seperti dibenarkan Kepala Sekolah SDN 6 Bugbug Gusti Nyoman Dewi. Ditemui Jawa Pos Radar Bali, ia tak menampik dengan kondisi salah satu siswanya itu.

Bahkan yang menarik, meski jarak antara rumah hingga sekolah sangat jauh, putri keempat pasangan suami istri (pasutri) I Nengah Merta dan Ni Ketut Kantin ini tak pernah terlambat.

“Ya dia tidak pernah terlambat untuk sekolah. Setiap pukul 05.00 pagi kurang sudah berangkat dari rumah,” ujar Gusti Nyoman Dewi.

Menurut Dewi, untuk bisa mencapai lokasi dari rumah ke sekolah, Murtiasih harus menempuh waktu 2,5 jam. “Jadi kalau pulang pergi lima jam di perjalanan,”imbuhnya.

Menurutnya, yang cukup berat yakni saat Murtiasih pulang. Dalam kondisi sudah lelah, haus dan lapar dia harus mendaki bukit terjal dengan melewati kebun, hutan dan lereng untuk sampai ke rumahnya.

Meski begitu, rutinitas berjalan kaki 5 jam sehari pulang pergi ke sekolah itu sudah Murtiasih jalani sejak ia duduk di bangku kelas I SD. “Sebenarnya yang bikin was-was selain jalan terjal dan lereng curam, banyak kera liar di hutan. Bahkan kadang-kadang ada ratusan kera liar di sepanjang jalan yang dia lalui,”kata Dewi.

 Kata Dewi, meski hampir setiap hari ketemu ratusan kera, namun sesuai pengakuan Murtiasih, ia tak pernah diganggu. “Katanya kalau ke anak-anak lainnya atau ke orang-orang yang melintas keranya galak. Tapi dia ngaku tidak pernah diganggu dan bahkan berteman dengan kera-kera di Bukit Pejinengan,”ujarnya.

Sementara di rumah, Murniasih sendiri tinggal bersama kedua orang tuanya dan seorang keponakanya.

Tidak ada tetangga di dekat rumah Murniasih karena hanya rumah orang tuanya yang ada di atas bukit tersebut.

Sementara itu kepada Jawa Pos Radar Bali, Murtiasih mengaku setiba di rumah, dirinya tidak langsung bermain seperti anak anak seusianya. Dia harus pergi membantu ibunya mencari air bersih untuk mengisi ulang drum airnya.

Selama ini dia dan keluarganya mengandalkan air dari bawah bukit karena PDAM belum mampu menjangkau rumahnya.

Dia mengambil air di sebuah kubangan di lereng bukit. Keluarga ini menggunakan air tersebut untuk kehidupan sehari hari, makan minum masak dan mandi.

“Terkadang juga agak coklat airnya,” ujarnya polos.

Tidak ada pilihan bagi Murniasih soal air bersih. Tidak ada pasokan air dari pemerintah ke atas bukit tersebut. bahkan di rumahnya juga belum ada listrik.

Karena itu dia harus mampu mengatur waktu dengan baik antara belajar dna membantu orang tua.

Untuk mengerjakan pekerjaan rumah, kata Murtiasih, biasanya dia melakukan sepulang mencari air sebelum hari mulai gelap. Karena kalau sampai malam dia tidak akan bisa membaca dan menulis karena tidak ada penerangan yang cukup.

Usai mengerjakan PR dia juga masih harus membantu orang tuanya untuk mencari rumput buat pekan ternak sapi.

Meski dari keluarga miskin, Murniasih sendiri bercita-cita ingin menjadi guru jika kelak dirinya dewasa.

Ia ingin agar saat dewasa nanti, ia bisa mengangkat derat kehidupan kedua orang tuanya yang hanya hidup dari hasil berkebun seadanya. “Kalau kakak tiga-tiganya semuanya hanya lulus SD,”tukas Murtiasih

Terlahir di sebuah kampung tertinggal dan pelosok di atas bukit, nasib Murtiasih tak semujur teman sebayanya yang tinggal di kota.

Siswi kelas 3 SDN 6 Bugbug, Karangasem ini bukan hanya berjalan berjam-jam untuk bisa sampai di sekolah, namun demi bisa mengenyam pendidikan, gadis kecil ini juga harus naik turun bukit dengan kanan kiri hutan yang penuh dengan kera liar.

 

WAYAN PUTRA, Karangasem

Tekad Ketut Murtiasih untuk bisa mengenyam pendidikan formal sangat besar. Meski setiap hari harus menempuh jalan setapak sepanjang 5 kilometer, namun hal itu tak membuat gadis belia yang terlahir dari keluarga kurang mampu ini lelah semangat.

Sebaliknya, tanpa ada rasa minder dan takut, di tengah teman sekolahnya masih terlelap tidur, siswi berusia 9 tahun yang tinggal di Bukit Pajinengan, Banjar Samuh, Bugbug, Karangasem pun rela bangun pagi dan berjalan sendirian diantara embun dingin dan kabut pagi untuk bisa mencapai sekolah.

Seperti dibenarkan Kepala Sekolah SDN 6 Bugbug Gusti Nyoman Dewi. Ditemui Jawa Pos Radar Bali, ia tak menampik dengan kondisi salah satu siswanya itu.

Bahkan yang menarik, meski jarak antara rumah hingga sekolah sangat jauh, putri keempat pasangan suami istri (pasutri) I Nengah Merta dan Ni Ketut Kantin ini tak pernah terlambat.

“Ya dia tidak pernah terlambat untuk sekolah. Setiap pukul 05.00 pagi kurang sudah berangkat dari rumah,” ujar Gusti Nyoman Dewi.

Menurut Dewi, untuk bisa mencapai lokasi dari rumah ke sekolah, Murtiasih harus menempuh waktu 2,5 jam. “Jadi kalau pulang pergi lima jam di perjalanan,”imbuhnya.

Menurutnya, yang cukup berat yakni saat Murtiasih pulang. Dalam kondisi sudah lelah, haus dan lapar dia harus mendaki bukit terjal dengan melewati kebun, hutan dan lereng untuk sampai ke rumahnya.

Meski begitu, rutinitas berjalan kaki 5 jam sehari pulang pergi ke sekolah itu sudah Murtiasih jalani sejak ia duduk di bangku kelas I SD. “Sebenarnya yang bikin was-was selain jalan terjal dan lereng curam, banyak kera liar di hutan. Bahkan kadang-kadang ada ratusan kera liar di sepanjang jalan yang dia lalui,”kata Dewi.

 Kata Dewi, meski hampir setiap hari ketemu ratusan kera, namun sesuai pengakuan Murtiasih, ia tak pernah diganggu. “Katanya kalau ke anak-anak lainnya atau ke orang-orang yang melintas keranya galak. Tapi dia ngaku tidak pernah diganggu dan bahkan berteman dengan kera-kera di Bukit Pejinengan,”ujarnya.

Sementara di rumah, Murniasih sendiri tinggal bersama kedua orang tuanya dan seorang keponakanya.

Tidak ada tetangga di dekat rumah Murniasih karena hanya rumah orang tuanya yang ada di atas bukit tersebut.

Sementara itu kepada Jawa Pos Radar Bali, Murtiasih mengaku setiba di rumah, dirinya tidak langsung bermain seperti anak anak seusianya. Dia harus pergi membantu ibunya mencari air bersih untuk mengisi ulang drum airnya.

Selama ini dia dan keluarganya mengandalkan air dari bawah bukit karena PDAM belum mampu menjangkau rumahnya.

Dia mengambil air di sebuah kubangan di lereng bukit. Keluarga ini menggunakan air tersebut untuk kehidupan sehari hari, makan minum masak dan mandi.

“Terkadang juga agak coklat airnya,” ujarnya polos.

Tidak ada pilihan bagi Murniasih soal air bersih. Tidak ada pasokan air dari pemerintah ke atas bukit tersebut. bahkan di rumahnya juga belum ada listrik.

Karena itu dia harus mampu mengatur waktu dengan baik antara belajar dna membantu orang tua.

Untuk mengerjakan pekerjaan rumah, kata Murtiasih, biasanya dia melakukan sepulang mencari air sebelum hari mulai gelap. Karena kalau sampai malam dia tidak akan bisa membaca dan menulis karena tidak ada penerangan yang cukup.

Usai mengerjakan PR dia juga masih harus membantu orang tuanya untuk mencari rumput buat pekan ternak sapi.

Meski dari keluarga miskin, Murniasih sendiri bercita-cita ingin menjadi guru jika kelak dirinya dewasa.

Ia ingin agar saat dewasa nanti, ia bisa mengangkat derat kehidupan kedua orang tuanya yang hanya hidup dari hasil berkebun seadanya. “Kalau kakak tiga-tiganya semuanya hanya lulus SD,”tukas Murtiasih

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/