26.7 C
Jakarta
27 April 2024, 6:54 AM WIB

Tak Pakai Masker, Bertahan karena Yakin Rezeki Sudah Diatur Tuhan

Karangasem yang masih diwarnai erupsi Gunung Agung tak harus membuat waswas warganya. Seperti pematung I Nyoman Suparta alias Sokir ini. Dia tetap berkarya dan yakin bahwa selalu ada saja pemesannya.

 

WAYAN PUTRA, Amlapura

PRIA  27 tahun asal Dusun Tukad Sabuh, Duda Utara, Selat, Karangasem, ini sudah belajar menekuni kerajinan patung batu tersebut sejak kecil.  Sudah sejak tahun 2000 lalu.

Saat ini Sokir memberanikan diri membuka usaha sendiri. Penghobi main voli ini saat berbincang dengan koran ini sedang mengerjakan orderan berupa ukiran patung batu Garuda Wisnu yang akan dipergunakan untuk Padmasari.

Garuda Wisnu yang dia buat setinggi 120 centimeter itu dibanderol Rp 1,5 juta. “Harga ini khusus mengerjakan saja. Bahan bakunya dikasih yang pesan,” ujarnya.

Jika sampai bahan baku berupa batu, Sokir mengaku bisa menjualnya dengan harga Rp 3 juta per buah. Sementara untuk untuk satu stel sampai dengan Naga atau Bedawang Nala harga mengerjakan mencapai Rp 8,5 juta.

Tapi, ini tergantung ukurannya. Kalau lebih besar bisa lebih mahal. Sementara kalau lebih kecil bisa di bawah Rp 8 juta.

“Kalau Sanggar Agung atau Padmasana besar Garuda Wisnu- nya lengkap dengan Benawang Nala dan Empas,” ujarnya.

Sementara order yang dia kerjakan ini adalah pesanan dari Kampial, Nusa Dua, Badung. “Saya garap selama 25 hari,” ujarnya.

Urusan kecepatan ukiran menurutnya tergantung batunya. Kalau dapat batu yang agak keras maka mengerjakan akan lebih lama. Selain itu saat mengukir juga tergantung mood. 

“Kalau lagi senang (mood), lebih cepat selesai,” ujarnya.Bahkan saking semangatnya terkadang sudah sore tidak terasa.

Soal order diakui tidak jadi kendala. Bahkan selalu mendapat pesanan. Baginya, orderan itu seperti rezeki yang sudah diatur Tuhan.

Hanya saja dirinya sengaja memilih pesanan yang uangnya dianggap cepat bisa cair. Kalau lambat dirinya akan kewalahan tidak punya modal.

“Takut juga ambil order sembarangan, kalau uang seret bisa rugi,” ujarnya. Selama ini mereka yang kasih order langsung kasih DP atau uang muka.

Ini lumayan untuk modal kerja. Ada juga yang tanpa DP namun kalau sudah langganan dan kenal lama akan dikerjakan juga. Sementara untuk DP bisa sampai 30 persen dari harga patung yang dipesan.

Biasanya bangunan seperti itu langsung menyiapkan bahan bakunya. Sehingga DP yang diberikan bisa untuk membeli batu. Dengan bekerja seperti ini dirinya mengaku per hari bisa menghasilkan Rp 250 ribu.

Sokir mengaku senang buat patung batu singa karena cepat laku. Selain itu tergantung juga order dan tergetnya. Kalau dikejar waktu dia juga harus bekerja lebih cepat dan fokus.

Selama ini dia juga kerap mendapat order dari luar Bali. Di antaranya pernah juga mendapat order dari Labuan Bajo, NTT.

Juga pernah mendapat orang dari orang  Jakarta untuk membuat Banawang Nala lengkap dengan Garuda Wisnu.

Order keluar daerah dia dapat sewaktu masih bersama bosnya Jro Mangku Nuragia. Namun sejak dua bulan lalu sudah mandiri.

Sementara untuk order juga terkadang dari teman ada juga karna usaha sendiri. Sementara untuk tukang ukir atau patung batu hitam seperti ini di Duda Utara tidak terlalu banyak.

Ada beberapa yang menekuninya seperti Jerami, Mustika, Lecir dan Kecak. Sementara untuk bangunan atau pelinggih batu hitam cukup panyak.

Erupsi Gunung Agung yang terjadi belakangan ini juga tidak berdampak langsung pada order yang dia dapat. Selama tidak mengungsi dan masih bisa bekerja tidak ada hambatan.

Sementara kalau lagi sepi order dia biasanya buat stok sepetrti patung singa. Singa dengan tinggi 40 cm di jual per buahnya Rp 1 juta termasuk bahan baku.

Kalau ongkos saja Rp 400 ribu. Dalam dua hari bisa selesaikan satu patung singa jenis ini. Patung Singa ini termasuk cukup banyak order karena banyak yang membutuhkan untuk dipasang di bawah saka. 

Ngukir batu sekarang ini juga menggunakan peralatan yang cukup canggih. Di antaranya serkel untuk membuat bekalan dan juga menghaluskan.

Hanya saja untuk mengukirnya tetap menggunakan pahat khusus. Ditanya apakah tidak menggunakan masker saat bekerja karena debu batu berbahaya?

Sokir mengaku pernah menggunakan masker namun tidak nyaman. Dia mengaku lebih nyaman tanpa masker. Sekalipun tahu kalau debu batu hitam sangat berbahaya untuk kesehatan.

Kendala sekarang ini adalah untuk bahan baku. Ini karena sulit mencari batu yang utuh. Semua patung sekarang ini untuk yang ukuran besar menggunakan batu tempelan. (*)

Karangasem yang masih diwarnai erupsi Gunung Agung tak harus membuat waswas warganya. Seperti pematung I Nyoman Suparta alias Sokir ini. Dia tetap berkarya dan yakin bahwa selalu ada saja pemesannya.

 

WAYAN PUTRA, Amlapura

PRIA  27 tahun asal Dusun Tukad Sabuh, Duda Utara, Selat, Karangasem, ini sudah belajar menekuni kerajinan patung batu tersebut sejak kecil.  Sudah sejak tahun 2000 lalu.

Saat ini Sokir memberanikan diri membuka usaha sendiri. Penghobi main voli ini saat berbincang dengan koran ini sedang mengerjakan orderan berupa ukiran patung batu Garuda Wisnu yang akan dipergunakan untuk Padmasari.

Garuda Wisnu yang dia buat setinggi 120 centimeter itu dibanderol Rp 1,5 juta. “Harga ini khusus mengerjakan saja. Bahan bakunya dikasih yang pesan,” ujarnya.

Jika sampai bahan baku berupa batu, Sokir mengaku bisa menjualnya dengan harga Rp 3 juta per buah. Sementara untuk untuk satu stel sampai dengan Naga atau Bedawang Nala harga mengerjakan mencapai Rp 8,5 juta.

Tapi, ini tergantung ukurannya. Kalau lebih besar bisa lebih mahal. Sementara kalau lebih kecil bisa di bawah Rp 8 juta.

“Kalau Sanggar Agung atau Padmasana besar Garuda Wisnu- nya lengkap dengan Benawang Nala dan Empas,” ujarnya.

Sementara order yang dia kerjakan ini adalah pesanan dari Kampial, Nusa Dua, Badung. “Saya garap selama 25 hari,” ujarnya.

Urusan kecepatan ukiran menurutnya tergantung batunya. Kalau dapat batu yang agak keras maka mengerjakan akan lebih lama. Selain itu saat mengukir juga tergantung mood. 

“Kalau lagi senang (mood), lebih cepat selesai,” ujarnya.Bahkan saking semangatnya terkadang sudah sore tidak terasa.

Soal order diakui tidak jadi kendala. Bahkan selalu mendapat pesanan. Baginya, orderan itu seperti rezeki yang sudah diatur Tuhan.

Hanya saja dirinya sengaja memilih pesanan yang uangnya dianggap cepat bisa cair. Kalau lambat dirinya akan kewalahan tidak punya modal.

“Takut juga ambil order sembarangan, kalau uang seret bisa rugi,” ujarnya. Selama ini mereka yang kasih order langsung kasih DP atau uang muka.

Ini lumayan untuk modal kerja. Ada juga yang tanpa DP namun kalau sudah langganan dan kenal lama akan dikerjakan juga. Sementara untuk DP bisa sampai 30 persen dari harga patung yang dipesan.

Biasanya bangunan seperti itu langsung menyiapkan bahan bakunya. Sehingga DP yang diberikan bisa untuk membeli batu. Dengan bekerja seperti ini dirinya mengaku per hari bisa menghasilkan Rp 250 ribu.

Sokir mengaku senang buat patung batu singa karena cepat laku. Selain itu tergantung juga order dan tergetnya. Kalau dikejar waktu dia juga harus bekerja lebih cepat dan fokus.

Selama ini dia juga kerap mendapat order dari luar Bali. Di antaranya pernah juga mendapat order dari Labuan Bajo, NTT.

Juga pernah mendapat orang dari orang  Jakarta untuk membuat Banawang Nala lengkap dengan Garuda Wisnu.

Order keluar daerah dia dapat sewaktu masih bersama bosnya Jro Mangku Nuragia. Namun sejak dua bulan lalu sudah mandiri.

Sementara untuk order juga terkadang dari teman ada juga karna usaha sendiri. Sementara untuk tukang ukir atau patung batu hitam seperti ini di Duda Utara tidak terlalu banyak.

Ada beberapa yang menekuninya seperti Jerami, Mustika, Lecir dan Kecak. Sementara untuk bangunan atau pelinggih batu hitam cukup panyak.

Erupsi Gunung Agung yang terjadi belakangan ini juga tidak berdampak langsung pada order yang dia dapat. Selama tidak mengungsi dan masih bisa bekerja tidak ada hambatan.

Sementara kalau lagi sepi order dia biasanya buat stok sepetrti patung singa. Singa dengan tinggi 40 cm di jual per buahnya Rp 1 juta termasuk bahan baku.

Kalau ongkos saja Rp 400 ribu. Dalam dua hari bisa selesaikan satu patung singa jenis ini. Patung Singa ini termasuk cukup banyak order karena banyak yang membutuhkan untuk dipasang di bawah saka. 

Ngukir batu sekarang ini juga menggunakan peralatan yang cukup canggih. Di antaranya serkel untuk membuat bekalan dan juga menghaluskan.

Hanya saja untuk mengukirnya tetap menggunakan pahat khusus. Ditanya apakah tidak menggunakan masker saat bekerja karena debu batu berbahaya?

Sokir mengaku pernah menggunakan masker namun tidak nyaman. Dia mengaku lebih nyaman tanpa masker. Sekalipun tahu kalau debu batu hitam sangat berbahaya untuk kesehatan.

Kendala sekarang ini adalah untuk bahan baku. Ini karena sulit mencari batu yang utuh. Semua patung sekarang ini untuk yang ukuran besar menggunakan batu tempelan. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/