26.7 C
Jakarta
20 September 2024, 6:39 AM WIB

Berantas Kartel Pangan, GMNI: Partai Wong Cilik Jangan Sebatas Jargon

DENPASAR – Indonesia adalah negara agraris terutama di Bali. Namun, semakin hari pertanian ditinggalkan dan diabaikan karena dianggap tidak menguntungkan.

Padahal, untuk bertani tidak perlu biaya mahal. Hal itu diungkapkan oleh Harto, Expert Pertanian Organik dalam Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB) ke- III lintas komisariat yang diselenggarakan DPC GMNI Front Marhaenis (FM) Denpasar.

PPAB ke III menghadirkan pemateri dari Komunitas 05.30 yang terdiri dari Kisman Hali Dari (Kementrian Desa),  Harto alias Mas Nyo (Expert Pertanian Organik), Urip Sanjaya (Anggota Komunitas 05.30), dan Anak Agung Fajar (Expert Pertanian Organik).

Para ahli di bidang pertanian ini memberikan materi kepada calon kader GMNI Front Marhaenis Denpasar mengenai pertanian organik yang seharusnya bisa menyejahterakan para petani. 

Harto alias Mas Nyo menyebutkan bahwa alam memiliki pupuk dan obatnya sendiri, dari alam untuk alam, yang mana artinya alam harus dihidupkan dan dirawat secara organik.

Secara garis besar petani tidak perlu takut untuk merawat lahan taninya. “Tidak semua harus di rawat dengan yang merogoh kocek yang tinggi

contohnya pupuk kimia, dan menjual lahan pertaniannya untuk kepentingan uang sementara, sedangkan bahan baku makanan harus terus berputar,”ujarnya.

Ia juga berharap kepada para kader GMNI Front Marhaenis (FM) Denpasar mau ikut dalam perjuangan memperbaiki nasib petani melalui praktik pertanian organik.

Hal senada juga disampaikan oleh Kisman Hali. Menurutnya, anak muda seperti kader GMNI bisa memperjuangankan petani dengan cara  menyuarakan membeli hasil pertanian petani daerah sendiri.

“Kawan kawan cukup menyuarakan stop subsidi lalu beli hasil produksi masyarakat tani atau kawan-kawan memperjuangkan pemerintah daerah untuk stok pangan di daerah petani,” ujar Kisman.

Anggota Komunitas 05.30 Urip Sanjaya menilai, saat ini  Bali hanya memprioritaskan pariwisata  bukan malah alamnya yang diperbaiki.

Ia berharap pulau dewata ini lebih mengembangkan agrowisata dengan menekankan hasil alam dan  melindungi  lahan pertaniannya.

“Bukan malah dijadikan beton untuk hotel dan lain lain. Alam adalah anugerah kita sebagai orang Bali maupun Indonesia itu sendiri. Sementara wisatawan dan pariwisata adalah bonusnya.

Coba deh kita berpikir seperti itu, mungkin banyak lahan pertanian tidak dijual untuk hotel dan villa. Coba stop memalak petani dengan subsidi,  mungkin lahan pertaniannnya tidak di jual oleh mereka” ujarnya.

Ketua DPC GMNI Front Marhaenis Denpasar Bung Putu Jody Feriawan menyatakan pertanian, bisa dibangkitkan lagi dan menjadi sektor ekonomi utama.

Dengan catatan adanya perbaikan dengan memberantas mafia maupun kartel pangan yang mengancam stabilitas harga yang justru merusak pertanian itu sendiri. 

Selain itu konsep dalam memajukan pertanian harus jelas. Jangan sampai masalah pertanian hanya “wangi” saat pemilihan umum saja.

“Tujuan PPAB ke III lintas komisariat DPC GMNI FM Denpasar untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kader GMNI.

Dengan mengundang komunitas 05.30 agar para pemuda dan pemudi yang tertarik expert Pertanian bisa tahu tentang teori pertanian organik yang bisa di praktikan langsung nantinya.

Harapannya kawan-kawan seperjuangan sadar banyak mafia pupuk dan ketiadaan konsep jelas mengenai memajukan kesejahteraan petani sampai saat ini,” ucapnya.

Menurut Jody, praktik populis adat bukan hanya melulu menjadikan adat sebagai tameng kekuasaan saja. 

Lantas para petani menjadi korban oleh beratnya bahan rawat lahan pertaniannya disebabkan oleh mafia pupuk kimia, yang harus merogoh kocek besar para petani.

Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB III) di laksanakan mulai tanggal 1 Februari 2021 melalui  daring yang moderatori oleh Dewa Gede Wahyu Pradnyana dan di isi oleh Bung Sindhu Andredita dan Bung Akara (Ketua DPC GMNI Makassar).

Acara berakhir dengan peyematan pin Sukarno kepada kader yang dinyatakan lulus PPAB III. Bung Jody Feriawan menuturkan, dalam ideologi Marhaenis sudah jelas menyatakan kita harus memperjuangkan kaum petani. 

Bukan malah mempersulit para petani. Jangan hanya sekadar bikin jargon partai yang pro wong cilik, tapi kenyataannya jauh panggang dari api.

Buktinya lahan pertanian setiap tahun di Bali terkikis atau berkurang diakibatkan alih fungsi lahan. Berdasar data, lahan pertanian di Bali per tahun bisa berkurang sekitar 700 hektare dari luas lahan pertanian di Bali seluas 79 ribu hektare. 

“Malu kita sebagai negara agraris malah memperkosa ibu pertiwi sendiri. Maka saya berharap kawan-kawan seperjuangan dan bapak-bapak yang terhormat selaku pemateri mau bersama

saling rangkul bisa memberikan waktunya untuk membatu petani tidak lagi di jebak oleh mafia -mafia pupuk kimia dan lain-lain dalam konteks bahan rawat tani yang kimia,” pungkasnya.

DENPASAR – Indonesia adalah negara agraris terutama di Bali. Namun, semakin hari pertanian ditinggalkan dan diabaikan karena dianggap tidak menguntungkan.

Padahal, untuk bertani tidak perlu biaya mahal. Hal itu diungkapkan oleh Harto, Expert Pertanian Organik dalam Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB) ke- III lintas komisariat yang diselenggarakan DPC GMNI Front Marhaenis (FM) Denpasar.

PPAB ke III menghadirkan pemateri dari Komunitas 05.30 yang terdiri dari Kisman Hali Dari (Kementrian Desa),  Harto alias Mas Nyo (Expert Pertanian Organik), Urip Sanjaya (Anggota Komunitas 05.30), dan Anak Agung Fajar (Expert Pertanian Organik).

Para ahli di bidang pertanian ini memberikan materi kepada calon kader GMNI Front Marhaenis Denpasar mengenai pertanian organik yang seharusnya bisa menyejahterakan para petani. 

Harto alias Mas Nyo menyebutkan bahwa alam memiliki pupuk dan obatnya sendiri, dari alam untuk alam, yang mana artinya alam harus dihidupkan dan dirawat secara organik.

Secara garis besar petani tidak perlu takut untuk merawat lahan taninya. “Tidak semua harus di rawat dengan yang merogoh kocek yang tinggi

contohnya pupuk kimia, dan menjual lahan pertaniannya untuk kepentingan uang sementara, sedangkan bahan baku makanan harus terus berputar,”ujarnya.

Ia juga berharap kepada para kader GMNI Front Marhaenis (FM) Denpasar mau ikut dalam perjuangan memperbaiki nasib petani melalui praktik pertanian organik.

Hal senada juga disampaikan oleh Kisman Hali. Menurutnya, anak muda seperti kader GMNI bisa memperjuangankan petani dengan cara  menyuarakan membeli hasil pertanian petani daerah sendiri.

“Kawan kawan cukup menyuarakan stop subsidi lalu beli hasil produksi masyarakat tani atau kawan-kawan memperjuangkan pemerintah daerah untuk stok pangan di daerah petani,” ujar Kisman.

Anggota Komunitas 05.30 Urip Sanjaya menilai, saat ini  Bali hanya memprioritaskan pariwisata  bukan malah alamnya yang diperbaiki.

Ia berharap pulau dewata ini lebih mengembangkan agrowisata dengan menekankan hasil alam dan  melindungi  lahan pertaniannya.

“Bukan malah dijadikan beton untuk hotel dan lain lain. Alam adalah anugerah kita sebagai orang Bali maupun Indonesia itu sendiri. Sementara wisatawan dan pariwisata adalah bonusnya.

Coba deh kita berpikir seperti itu, mungkin banyak lahan pertanian tidak dijual untuk hotel dan villa. Coba stop memalak petani dengan subsidi,  mungkin lahan pertaniannnya tidak di jual oleh mereka” ujarnya.

Ketua DPC GMNI Front Marhaenis Denpasar Bung Putu Jody Feriawan menyatakan pertanian, bisa dibangkitkan lagi dan menjadi sektor ekonomi utama.

Dengan catatan adanya perbaikan dengan memberantas mafia maupun kartel pangan yang mengancam stabilitas harga yang justru merusak pertanian itu sendiri. 

Selain itu konsep dalam memajukan pertanian harus jelas. Jangan sampai masalah pertanian hanya “wangi” saat pemilihan umum saja.

“Tujuan PPAB ke III lintas komisariat DPC GMNI FM Denpasar untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kader GMNI.

Dengan mengundang komunitas 05.30 agar para pemuda dan pemudi yang tertarik expert Pertanian bisa tahu tentang teori pertanian organik yang bisa di praktikan langsung nantinya.

Harapannya kawan-kawan seperjuangan sadar banyak mafia pupuk dan ketiadaan konsep jelas mengenai memajukan kesejahteraan petani sampai saat ini,” ucapnya.

Menurut Jody, praktik populis adat bukan hanya melulu menjadikan adat sebagai tameng kekuasaan saja. 

Lantas para petani menjadi korban oleh beratnya bahan rawat lahan pertaniannya disebabkan oleh mafia pupuk kimia, yang harus merogoh kocek besar para petani.

Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB III) di laksanakan mulai tanggal 1 Februari 2021 melalui  daring yang moderatori oleh Dewa Gede Wahyu Pradnyana dan di isi oleh Bung Sindhu Andredita dan Bung Akara (Ketua DPC GMNI Makassar).

Acara berakhir dengan peyematan pin Sukarno kepada kader yang dinyatakan lulus PPAB III. Bung Jody Feriawan menuturkan, dalam ideologi Marhaenis sudah jelas menyatakan kita harus memperjuangkan kaum petani. 

Bukan malah mempersulit para petani. Jangan hanya sekadar bikin jargon partai yang pro wong cilik, tapi kenyataannya jauh panggang dari api.

Buktinya lahan pertanian setiap tahun di Bali terkikis atau berkurang diakibatkan alih fungsi lahan. Berdasar data, lahan pertanian di Bali per tahun bisa berkurang sekitar 700 hektare dari luas lahan pertanian di Bali seluas 79 ribu hektare. 

“Malu kita sebagai negara agraris malah memperkosa ibu pertiwi sendiri. Maka saya berharap kawan-kawan seperjuangan dan bapak-bapak yang terhormat selaku pemateri mau bersama

saling rangkul bisa memberikan waktunya untuk membatu petani tidak lagi di jebak oleh mafia -mafia pupuk kimia dan lain-lain dalam konteks bahan rawat tani yang kimia,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/