DENPASAR, Radar Bali– Pancasila merupakan roh bangsa Indonesia. Namun, TAP MPR No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dicabut. Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP-7) dibubarkan. Mata pelajaran Pancasila sebagai mata pelajaran pokok du sekolah dan perguruan tinggi juga dihapus. Hal ini menjadi perhatian serius Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra, anggota Komisi II DPR RI.
Menjadi salah satu pembicara dalam seminar nasional bertema “Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila di Lingkungan Pendidikan dalam Situasi Pandemi Covid-19”, Gus Adhi- sapaan akrabnya menegaskan bahwa acara yang digelar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila bekerja sama dengan Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar, Kamis, (8/4) kemarin, patut diapresiasi. Pasalnya, dalam posisi tafsir Pancasila diserahkan kepada mekanisme pasar bebas, pondasi idiologi bagi generasi muda Indonesia, khususnya Bali merupakan sebuah keharusan.
Gus Adhi menyebut pertaruhan besar akan terjadi jika ideologi Pancasila tidak kembali dikebumikan di tanah air Indonesia. Tegasnya dampak ketidakhadiran negara dalam pembinaan mental ideologi bangsa sangat memprihatinkan. “63% guru memiliki opini intoleran terhadap agama lain. 3% anggota TNI terpapar ekstrimisme. 19,4% PNS tidak setuju Pancasila. 36,5% mahasiswa kampus Islam setuju khilafah. 7 kampus terpapar ekstrimisme agama. Ini secara tidak langsung akan mengganggu kamtibmas. Adik-adik mahasiswa harus betul-betul melihat dengan hati kecil bagaimana kita harus memposisikan diri sebagai seorang pancasilais,” ucapnya.