NEGARA – Kisruh dalam musyawarah daerah (Musda) Partai Golkar Jembrana dikhawatirkan berdampak pada pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Jembrana. Karena itu, kader partai berlambang pohon beringin tersebut berharap segera ada solusi untuk mencegah perpecahan internal partai.
Di samping itu, sejumlah kader berharap pelaksanaan Musda Partai Golkar Jembrana diselenggarakan di Jembrana. Pasalnya, sejak diputuskan penundaan Musda muncul wacana Musda Jembrana diselenggarakan di DPD provinsi, yakni di Denpasar. Karena jika dilaksanakan di Denpasar, berpotensi ada intervensi dari pengurus partai tingkat provinsi. Hal tersebut sempat disampaikan pengurus desa Partai Golkar saat protes pelaksanaan Musda yang ditunda.
Namun menurut ketua pimpinan Partai Golkar Kecamatan Negara Ketut Betawi Adnya Sucita, Musda Partai Golkar Jembrana yang ditunda masih menunggu arahan dari DPD Partai Golkar Provinsi Bali yang terbaik yang akan diambil untuk DPD Partai Golkar Jembrana. Mengenai tempat Musda lanjutan, tidak mempermasalahkan meskipun diselenggarakan di Denpasar.
Menurutnya, instruksi dari induk partai akan diikuti sepanjang untuk Partai Golkar lebih baik, tidak terpecah belah. Karena dalam sebuah organisasi, sudah ada aturan yang harus diikuti oleh induk partai.
“Terpenting bagi kami adalah rekonsiliasi, Partai Golkar tidak pecah hanya karena beda pilihan,” tegasnya.
Terkait dengan pemicu keributan saat Musda, pihaknya berharap kedua kubu kandidat yang akan mencalonkan diri sebagai ketua DPD Partai Golkar Jembrana, harus segera dicarikan solusi karena Jembrana sebentar lagi akan menghadapi Pilkada, sehingga sangat riskan jika terjadi perpecahan.
Perseteruan dukungan dari kedua kandidat, yakni I Made Suardana dan I Ketut Widastra, memicu kericuhan saat Musda. Dari sebelas pemilik suara, dukungan untuk kedua kandidat hampir imbang. I Made Suardana didukung oleh dua pimpinan kecamatan dan suara sebagai Plt Ketua DPD Partai Golkar.
Sedangkan I Ketut Widastra, didukung tiga pimpinan kecamatan, Wantimbang dan sebagian dari ormas partai Golkar. Dua kandidat ini memperebutkan suara dari dua ormas yang didirikan dan pendiri. Ketatnya persaingan tersebut membuat Musda ricuh. Harapannya, kedua kandidat rekonsiliasi melakukan sharing (bagi-bagi) kekuasaan politik agar tidak terjadi perpecahan. “Kami berharap ada solusi terbaik agar partai golkar tidak terpecah,” tegasnya.
Seperti diketahui, musyawarah daerah (Musda) Partai Golkar Jembrana, Selasa (18/8), terpaksa ditunda karena terjadi kericuhan. Keributan yang terjadi setelah seremonial pembukaan tersebut terjadi karena ada sejumlah kelompok kader yang memprotes proses dua orang pemilik suara terlambat menghadiri Musda yang digelar di kantor DPD Partai Golkar Jembrana.
Akhirnya Ketua DPD Partai Golkar Bali I Nyoman Sugawa Korry menyetujui agar menunda Musda Partai Golkar Jembrana. Penundaan Musda di saat sidang belum dimulai tersebut, akan dibahas di tingkat provinsi untuk pelaksanaan Musda lanjutan. Pihaknya menargetkan Musda dilaksanakan sebelum 31 Agustus mendatang.