29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 3:28 AM WIB

Gagal Gaet Selly – Rai Iswara, Golkar Dkk Usung Strategi Blitzkrieg

DENPASAR – Upaya parpol koalisi non PDIP Kota Denpasar untuk mengusung  istri Walikota Denpasar IA Selly Fajarini dan Sekkot Kota Denpasar AAN Rai Iswara, gagal total.

Koalisi yang diusung Golkar, Demokrat dan Nasdem itu tidak mampu meyakinkan keduanya untuk maju melawan petahana dari PDIP yang kemungkinan mengusung Wakil Walikota IGN Jayanegara sebagai kandidat.

Yang menarik, mendekati bulan pencoblosan pada Desember mendatang, koalisi tiga parpol ini mendadak menerapkan strategi serangan kilat atau Blitzkrieg dengan memutuskan mengusung Ngurah Ambara menjadi calon walikota Denpasar.

I Gede Ngurah Ambara Putra merupakan tokoh muda dan pengusaha yang merupakan adik dari mantan anggota DPR RI dari Fraksi PDIP, Nyoman Dhamantra.

Yang menarik, Ngurah Ambara bakal diduetkan dengan Wakil Bendesa Adat Denpasar Made Bagus Kertanegara.

Menurut Ketua DPD I Partai Golkar Bali Nyoman Sugawa Korry, keputusan mengusung duet ini muncul atas gagalnya tim lobi koalisi dalam menjalin komunikasi untuk meminta Rai Iswara maju di Pilkada.

Ia mengaku bahwa Rai Iswara dalam perjalanannya tidak ingin ikut dalam berkontestasi di Pilkada Kota Denpasar.

“Ini murni hasil kesepakatan koalisi, karena proses sebelumnya kita kan mencari semua figur yang potensi, termasuk Bu Selly Mantra, kita bentuk tim untuk komunikasi, termasuk Pak Rai Iswara,” kata Sugawa Korry.

Sugawa Korry juga menjelaskan bahwa pihaknya akan menerapkan strategi serangan kilat atau Blitzkrieg untuk memenangkan Pilkada Denpasar ini.

“Memang mepet, tapi kami lakukan Blitzkrieg atau serangan kilat untuk memenangkan pertempuran di Denpasar ini,” katanya.

Bahkan, parpol koalisi menurutnya sangat solid dalam untuk memenangkan duet tersebut. “Kami salut koalisi ini benar-benar solid dalam mengambil keputusan ini,” ujarnya.

Terkait dengan rekomendasi sendiri, ia mengaku bahwa pihaknya akan segera mengirimkanya ke Ketua Umum DPP Golkar Airlangga Hartarto sebelum tanggal 23 Agustus 2020.

“Kita segera kirim, secepatnya. Paling lambat tanggal 23 sudah diusulkan ke Pak Ketum,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua DPD Partai Golkar Kota Denpasar, I Wayan Mariyana Wandhira mengatakan bahwa Rai Iswara dan Selly Mantra memang memilki modal dan kemampuan. 

Namun sayangnya, kemauan itu yang tidak ada. Sampai detik terakhir Golkar tidak mendapatkan kepastian dari mereka. 

Selain itu, nama yang mendaftar sebagai bakal calon  yakni nak Agung Manik Danendra dan Anak Agung Ngurah Agung yang sudah jelas -jelas mendaftar juga harus rontok.

Wandhira memaparkan bahwa calon yang mendaftar itu tidak memenuhi persyaratan dan juga tidak disetujui oleh partai koalisi. 

“Jelas kami sudah berproses penjaringan penetapan yang mendaftar ada kewenangan yang digariskan  Golkar Provinsi berhak mengajukan diluar yang terdaftar.

Ada yang kami usulkan  sekda dan bu Selly dari sekian itu ada keraguan entah takut kalah atau biaya sampai akhirnya mereka tidak mau mencalonkan.

Ada  AMD dan Anak Agung  Ngurah Agung kekaderan okelah dan ada hal khusus yang akhirnya tak bisa dicalonkan. Kemudian AMD yang partai berkoalisi kurang respons,” bebernya. 

DENPASAR – Upaya parpol koalisi non PDIP Kota Denpasar untuk mengusung  istri Walikota Denpasar IA Selly Fajarini dan Sekkot Kota Denpasar AAN Rai Iswara, gagal total.

Koalisi yang diusung Golkar, Demokrat dan Nasdem itu tidak mampu meyakinkan keduanya untuk maju melawan petahana dari PDIP yang kemungkinan mengusung Wakil Walikota IGN Jayanegara sebagai kandidat.

Yang menarik, mendekati bulan pencoblosan pada Desember mendatang, koalisi tiga parpol ini mendadak menerapkan strategi serangan kilat atau Blitzkrieg dengan memutuskan mengusung Ngurah Ambara menjadi calon walikota Denpasar.

I Gede Ngurah Ambara Putra merupakan tokoh muda dan pengusaha yang merupakan adik dari mantan anggota DPR RI dari Fraksi PDIP, Nyoman Dhamantra.

Yang menarik, Ngurah Ambara bakal diduetkan dengan Wakil Bendesa Adat Denpasar Made Bagus Kertanegara.

Menurut Ketua DPD I Partai Golkar Bali Nyoman Sugawa Korry, keputusan mengusung duet ini muncul atas gagalnya tim lobi koalisi dalam menjalin komunikasi untuk meminta Rai Iswara maju di Pilkada.

Ia mengaku bahwa Rai Iswara dalam perjalanannya tidak ingin ikut dalam berkontestasi di Pilkada Kota Denpasar.

“Ini murni hasil kesepakatan koalisi, karena proses sebelumnya kita kan mencari semua figur yang potensi, termasuk Bu Selly Mantra, kita bentuk tim untuk komunikasi, termasuk Pak Rai Iswara,” kata Sugawa Korry.

Sugawa Korry juga menjelaskan bahwa pihaknya akan menerapkan strategi serangan kilat atau Blitzkrieg untuk memenangkan Pilkada Denpasar ini.

“Memang mepet, tapi kami lakukan Blitzkrieg atau serangan kilat untuk memenangkan pertempuran di Denpasar ini,” katanya.

Bahkan, parpol koalisi menurutnya sangat solid dalam untuk memenangkan duet tersebut. “Kami salut koalisi ini benar-benar solid dalam mengambil keputusan ini,” ujarnya.

Terkait dengan rekomendasi sendiri, ia mengaku bahwa pihaknya akan segera mengirimkanya ke Ketua Umum DPP Golkar Airlangga Hartarto sebelum tanggal 23 Agustus 2020.

“Kita segera kirim, secepatnya. Paling lambat tanggal 23 sudah diusulkan ke Pak Ketum,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua DPD Partai Golkar Kota Denpasar, I Wayan Mariyana Wandhira mengatakan bahwa Rai Iswara dan Selly Mantra memang memilki modal dan kemampuan. 

Namun sayangnya, kemauan itu yang tidak ada. Sampai detik terakhir Golkar tidak mendapatkan kepastian dari mereka. 

Selain itu, nama yang mendaftar sebagai bakal calon  yakni nak Agung Manik Danendra dan Anak Agung Ngurah Agung yang sudah jelas -jelas mendaftar juga harus rontok.

Wandhira memaparkan bahwa calon yang mendaftar itu tidak memenuhi persyaratan dan juga tidak disetujui oleh partai koalisi. 

“Jelas kami sudah berproses penjaringan penetapan yang mendaftar ada kewenangan yang digariskan  Golkar Provinsi berhak mengajukan diluar yang terdaftar.

Ada yang kami usulkan  sekda dan bu Selly dari sekian itu ada keraguan entah takut kalah atau biaya sampai akhirnya mereka tidak mau mencalonkan.

Ada  AMD dan Anak Agung  Ngurah Agung kekaderan okelah dan ada hal khusus yang akhirnya tak bisa dicalonkan. Kemudian AMD yang partai berkoalisi kurang respons,” bebernya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/