DENPASAR – Partai Golkar termasuk partai besar dan tertua di Bali setelah PDIP dan PPP. Meski begitu, partai bentukan era Orde Baru ini kekurangan peminat di sejumlah kabupetan/kota saat Pilkada 2020.
Sebagai bukti dari enam kabupaten/kota di Bali yang menggelar Pilkada 2020 mendatang, belum ada satupun calon yang muncul di wilayah Badung, Tabanan, dan Denpasar.
Nama kader Golkar baru muncul di Jembrana, Bangli, dan Karangasem. Itu pun bukan untuk posisi bupati/wali kota, melainkan wakil bupati.
Masalahnya untuk menjadi pendamping calon bupati juga bukan perkara mudah. Apalagi kalau dibangun di kendaraan partai koalisi.
Badung, Tabanan, dan Denpasar memang jadi perhatian serius DPD I Partai Golkar Bali. Terlebih Kabupaten Badung yang sejauh ini dinamika politiknya masih dibawah hegemoni PDIP
dengan pasangan calon incumbent Nyoman Giri Prasta dan I Ketut Suiasa. “Justru Badung paling gereget buat kami,” kata Sekretaris DPD I Partai Golkar Bali I Nyoman Sugawa Korry.
Sayangnya, Sugawa Korry yang kemarin didamping pengurus DPD I Golkar Bali lainnya termasuk Ketua Tim Pilkada DPD I Golkar Bali, Made Dauh Wijana, masih belum mau mengumbar soal strategi politik yang ingin dilancarkan di Badung.
“Itu menyangkut strategi. Disimpan dulu calonnya. Bagi kami, Badung justru jadi atensi tinggi. Begitu juga dengan Denpasar dan Tabanan,” imbuh politisi yang juga Wakil Ketua DPRD Bali tersebut.
Sugawa Korry membantah spekulasi yang menyebutkan Golkar kesulitan mencari figur di Denpasar, Badung, dan Tabanan.
Sebab, proses penjaringan di masing-masing kabupaten/kota berbeda-beda situasinya. “Kalau Karangasem, Bangli, dan Jembrana kan sudah kelihatan para bakal calonnya.
Kalau seperti bikin keris, tinggal finishing saja. Kalau Denpasar, Badung, dan Tabanan bahannya masih mentah. Tapi orang tidak tahu kalau itu batuan meteorit. Ini yang akan jadi kejutan,” imbuh Sugawa Korry beranalogi.
Hal senada juga disampaikan Dauh Wijana. Pada prinsipnya, Golkar Bali siap menghadapi Pilkada Serentak 2020 dengan aktif memunculkan figur-figur yang layak untuk dijagokan sebagai kepala daerah.
Sehingga tidak ada istilah Golkar tidak punya calon. “Situasi tiap daerah berbeda. Yang sudah berproses itu Karangasem, Bangli, dan Jembrana.
Yang tiga ini (Denpasar, Badung, dan Tabanan) soal waktu saja. Tinggal berproses. Ini persoalan waktu saja,” imbuh Dauh Wijana.
Di Kabupaten Badung, ada informasi bahwa kader-kader di Gumi Keris tengah melobi Wayan Adi Arnawa untuk bersedia dijagokan.
Namun, Sugawa Korry maupun Dauh Wijana, hanya bergeming tak ingin berkomentar. Sebab, katanya, proses penjaringan saat ini masih menjadi domain pihak pengurus partai di tingkat kabupaten.
“Mohon maaf, saya tidak buka itu. Itu masih dalam proses untuk membuat kejutan. Kalau sekarang dibuka, terkejutnya kecil di sini. Kami maunya kejutan besar,” jawab Sugawa Korry.
Yang jelas, seperti ditegaskan Dauh Wijana, proses penjaringan bakal calon kepala daerah terkait Pilkada Serentak 2020 di internal partainya sedang dalam proses.
Tahapannya saat ini sedang berlangsung di tingkat DPD II. Dan kemarin, DPD I Partai Golkar Bali melakukan pertemuan Tim Pilkada di tingkat provinsi bersama perwakilan kabupaten/kota.
Tujuannya untuk mempertajam strategi dan membahas hal teknis terkait proses penjaringan yang mengacu pada Juklak 06 Tahun 2016. Proses penjaringan ini akan disesuaikan dengan tahapan di KPU.
Target akhir Desember 2019 sampai dengan awal Januari 2020 mendatang, proses penjaringan mesti digelar di DPD II.
Baru setelah itu dilanjutkan pada proses berikutnya di tingkat provinsi. Hingga menghasilkan minimal tiga nama yang diajukan ke DPP untuk ditetapkan sebagai calon yang layak diusung.