27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 8:53 AM WIB

Uang Santunan untuk Ngaben, Yasmini: Bantuan Ini untuk Sekolah Anak

DENPASAR – Keluarga atau ahli waris pengawas pemilu yang tertimpa musibah saat menjalankan tugasnya pada pemilu serentak 17 April lalu berkumpul di Kantor Bawaslu Bali untuk menerima santunan kemarin.

Pemberian santunan dipimpin langsung Ketua Bawaslu Provinsi Bali, Ketut Ariyani didampingi anggota Bawaslu Bali, I Wayan Widyardana, I Wayan Wirka, dan I Ketut Rudia.

Di Bali sendiri tercatat ada delapan pengawas pemilu yang terkena musibah dalam menjalankan tugasnya. Rinciannya empat orang meninggal dunia, dua orang luka berat, dan dua orang luka sedang.

Pengawas pemilu yang meninggal dunia masing-masing mendapat santunan Rp 36 juta. Sedangkan santunan untuk pengawas yang mengalami luka berat Rp 16,5 juta, dan Rp 8,25 juta untuk pengawas dengan luka sedang.

Kepala Sekretariat Bawaslu Bali, Ida Bagus Putu Adinatha mengatakan, santunan yang belum masuk ke rekening penerima lantaran sebelumnya ada kesalahan input dalam sistem di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.

Seperti nama dan identitas lain yang harus benar-benar sama. Pada Senin (27/5) lalu, santunan sudah ditransfer untuk pengawas di Gianyar.

Sisanya dipastikan sudah ditransfer seluruhnya, Selasa sore kemarin. “Kalau ada sedikit saja salah input akan ada penolakan.

Untuk kesalahan input sudah dilakukan perbaikan dan harapan kami sore ini (kemarin, red) santunan sudah masuk rekening penerima,” terangnya.

Meski nominal santunan tidak besar, pihak keluarga menyambut antusias. Mereka yang kehilangan tulang punggung keluarga karena meninggal dunia, akan menggunakan uang santunan untuk upacara ngaben.

Proses penyerahan santunan secara simbolis berlangsung dengan penuh haru. Salah seorang ahli waris, Putu Yusmini bersyukur dan berterima kasih kepada jajaran Bawaslu.

“Bantuan ini sangat bermanfaat untuk keluarga saya, terutama kedua anak saya yang masih berumur 14 tahun dan 7 tahun.

Bantuan itu untuk menyekolahkan dan mengurus anak-anak,” tutur istri dari salah satu PPKD Desa Buduk, Mengwi, Badung, itu.

Adapun nama-nama pengawas pemilu yang menerima santunan karena meninggal dunia yakni I Nyoman Astawa (PTPS Kelurahan Peguyangan, Denpasar Utara);

I Ketut Sucipta Astawa (PPKD Desa Buduk, Mengwi, Badung), Putu Sudiasa (PPKD Desa Tampekan, Banjar, Buleleng), dan I Gede Artana (Panwaslu Rendang, Karangasem).

Pengawas pemilu yang mengalami luka berat, yakni I Putu Widiada (Panwaslu Sukawati, Gianyar menderita sakit ginjal sehingga salah satu ginjalnya harus diangkat)

dan Ni Nyoman Trisnawati (PTPS Desa Jungutan, Bebandem, Karangasem mengalami keguguran janin).

Untuk luka sedang dialami I Ketut Warna (PTPS Desa Kaliakah, Jembrana karena kecelakaan) dan I Ketut R. Putu Antara (Panwaslu Selat, Karangasem mengalami patah tulang). 

DENPASAR – Keluarga atau ahli waris pengawas pemilu yang tertimpa musibah saat menjalankan tugasnya pada pemilu serentak 17 April lalu berkumpul di Kantor Bawaslu Bali untuk menerima santunan kemarin.

Pemberian santunan dipimpin langsung Ketua Bawaslu Provinsi Bali, Ketut Ariyani didampingi anggota Bawaslu Bali, I Wayan Widyardana, I Wayan Wirka, dan I Ketut Rudia.

Di Bali sendiri tercatat ada delapan pengawas pemilu yang terkena musibah dalam menjalankan tugasnya. Rinciannya empat orang meninggal dunia, dua orang luka berat, dan dua orang luka sedang.

Pengawas pemilu yang meninggal dunia masing-masing mendapat santunan Rp 36 juta. Sedangkan santunan untuk pengawas yang mengalami luka berat Rp 16,5 juta, dan Rp 8,25 juta untuk pengawas dengan luka sedang.

Kepala Sekretariat Bawaslu Bali, Ida Bagus Putu Adinatha mengatakan, santunan yang belum masuk ke rekening penerima lantaran sebelumnya ada kesalahan input dalam sistem di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.

Seperti nama dan identitas lain yang harus benar-benar sama. Pada Senin (27/5) lalu, santunan sudah ditransfer untuk pengawas di Gianyar.

Sisanya dipastikan sudah ditransfer seluruhnya, Selasa sore kemarin. “Kalau ada sedikit saja salah input akan ada penolakan.

Untuk kesalahan input sudah dilakukan perbaikan dan harapan kami sore ini (kemarin, red) santunan sudah masuk rekening penerima,” terangnya.

Meski nominal santunan tidak besar, pihak keluarga menyambut antusias. Mereka yang kehilangan tulang punggung keluarga karena meninggal dunia, akan menggunakan uang santunan untuk upacara ngaben.

Proses penyerahan santunan secara simbolis berlangsung dengan penuh haru. Salah seorang ahli waris, Putu Yusmini bersyukur dan berterima kasih kepada jajaran Bawaslu.

“Bantuan ini sangat bermanfaat untuk keluarga saya, terutama kedua anak saya yang masih berumur 14 tahun dan 7 tahun.

Bantuan itu untuk menyekolahkan dan mengurus anak-anak,” tutur istri dari salah satu PPKD Desa Buduk, Mengwi, Badung, itu.

Adapun nama-nama pengawas pemilu yang menerima santunan karena meninggal dunia yakni I Nyoman Astawa (PTPS Kelurahan Peguyangan, Denpasar Utara);

I Ketut Sucipta Astawa (PPKD Desa Buduk, Mengwi, Badung), Putu Sudiasa (PPKD Desa Tampekan, Banjar, Buleleng), dan I Gede Artana (Panwaslu Rendang, Karangasem).

Pengawas pemilu yang mengalami luka berat, yakni I Putu Widiada (Panwaslu Sukawati, Gianyar menderita sakit ginjal sehingga salah satu ginjalnya harus diangkat)

dan Ni Nyoman Trisnawati (PTPS Desa Jungutan, Bebandem, Karangasem mengalami keguguran janin).

Untuk luka sedang dialami I Ketut Warna (PTPS Desa Kaliakah, Jembrana karena kecelakaan) dan I Ketut R. Putu Antara (Panwaslu Selat, Karangasem mengalami patah tulang). 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/