DENPASAR – Bisa dikatakan Tim Basket Putri PON Bali cukup matang dari segi persiapan. Mereka sejak Agustus tahun lalu sudah berlatih bersama.
Bahkan, ada beberapa pemain yang dipanggil untuk memperkuat Timnas. Salah satunya adalah Dewa Ayu Made Sriartha Kusuma Dewi yang sekarang masih tergabung dalam pemusatan latihan Timnas 3×3 Putri untuk persiapan kualifikasi Olimpiade Tokyo 2021.
Sebenarnya latihan di Bali menurut Pelatih Tim Basket Putri PON Bali Muflih Farhan, tidak ada masalah. Hanya saja lawan bertanding dengan kemampuan sepadan sulit dicari.
“Kami sudah berlatih dari Agustus tahun lalu. Enam kali sepekan dengan rincian empat kali di lapangan dan dua kali di gym. Persiapan dari semakin hari semakin membaik.
Tinggal kami bertanding saja. Sejauh ini, kami mendapat lawan sparring tim putra saja. Biasanya U-14 atau U-16,” terang Farhan.
Sudah masuk tahap pelatda, Muflih ingin melakukan try in seperti instruksi dari KONI Bali untuk seluruh cabor yang meloloskan atlet ke PON XX/2021, Papua.
Tapi masalahnya jika melakukan try in, jelas terbentur dengan jadwal akademik dari para pemain baik di tim 5×5 maupun 3×3.
Maklum sebagian besar pemain misalnya saja Pande Ketut Natalia Deshinta yang melanjutkan perkuliahan di Jakarta.
“Rata-rata mereka kuliahnya di Jakarta. Masalahnya Juni direncanakn sudah mulai kuliah tatap muka. Kalau bisa latihan di Jakarta lebih baik karena kami mudah mencari lawan sparring,” terangnya.
“Sebelumnya kami sempat latihan di Jakarta dan bisa latihan dengan tim PON dari Jakarta, Jabar, atau Banten.
Latihan di Bali sudah bagus, tapi lebih bagus di Jakarta untuk mencari lawan tanding,” tambah mantan Asisten Pelatih Merpati Bali tersebut.
Di PON nanti, Muflih punya ambisi untuk menggondol satu emas. Dia punya rasa optimistis jika tim putri mampu merebut dua emas dari 5×5 dan 3×3.
Jika bisa, Bali bisa meraih tiga emas termasuk dari Tim Basket Putra PON Bali. Apa yang dikatakannya bukanlah sesuatu yang terlalu berlebihan.
Menurut Muflih, semua tim punya kekuatan yang merata dan mereka semua termasuk Bali membangun tim dari nol. Berbagai faktor menjadi pertimbangannya.
“Yang menarik adalah kondisi semua tim yang lolos ke PON, sama semua kekuatannya dalam dua tahun terakhir. Kenapa? Karena pandemi Covid-19,
terus tim-tim banyak yang belum persiapan dan belum melakukan sparring kompetisi antar kampus atau Srikandi Cup tidak ada.
Jabar dan DKI misalnya, baru berkumpul satu bulan terakhir. Jatim sudah melakukan TC tapi belum bisa dikatakan lebih baik. Saya anggap semua kekuatan sama dan kami target medali,” tutupnya.