28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:24 AM WIB

Sibuk Karir Pribadi, Vakum, Tolak Tawaran Manggung di Malaysia

DENPASAR – Dedengkot band beraliran death metal asal Bali, Eternal Madness memilih vakum di tengah perkembangan skena metal menggeliat.

Band yang beranggotakan Moel Madnes(vokal/bass), Gus Aries (rythem), Agung Detra (lead guitar), Ayax (drum) ini tengah dihadapkan dengan kesibukan di luar band seperti pekerjaan dan juga keluarga.

Moel pentolan band ini ditemui di rumahnya di Jalan Pengiasan Sanur, mengatakan, sementara ini band yang terbentuk tahun 1993 ini tengah vakum.

Panggung terakhirnya yakni pertengahan tahun 2018 lalu untuk konser amal bencana erupsi Gunung Agung. “Vakum dulu. Karena semua pada sibuk,” tutur Moel.

Dari kesibukan tersebut, beberapa tawaran panggung di tingkat lokal hingga tawaran dari negeri Jiran Malaysia pun ditolak.

“Ingin menikmati masa-masa istirahat ini. Makanya tawaran manggung ditolak semua,” bebernya. Moel sendiri memiliki kesibukan lain selain bisnis kaos, ia juga dihadapkan dengan usaha barunya yakni membuat warung yang digagas dengan konsep rumahan yang nantinya dijadikan tempat orang-orang kreatif berkumpul.

“Aku juga ada side project membuat extended play (EP). Dengan beberapa orang,” katanya sembari enggan membocorkan proyek tersebut sebagai kejutan.

Moel sendiri belum memastikan kapan band ini akan aktif kembali. Pasalnya ditengah umurnya yang hampir menginjak 50 tahun tersebut, ia mengakui ada rasa jenuh.

“Musik kami juga kan power full. Dengan usia yang sudah tidak muda, lagu-lagu yang kami buat untuk dinyanyikan lagi akan berbeda.

Sementara saya tidak mau kalau tidak sama, karena ini menyangkut tanggung jawab ke publik dan pendengar. Justru kalau dipaksakan nanti malah kecewa,” kata pria yang memiliki nama lengkap Sapta Mulya ini. 

Karakter musik Eternal Madness yang penuh skill dan teknik dengan tempo cepat tersebut ketika dimainkan dalam usia saat ini sudah lain. “Capek juga main dengan skil tempo cepat,” imbuhnya.

Untuk itu, proyek EP tersebut kata dia lebih gampang didengar. Dalam album EP ini ia ingin lebih mengeksplorasi dengan kedewasaan bermusiknya.

“Kalau lagi ini dimasukkan ke Eternal Madness tidak cocok. Karya ini sekadar menunjukan bahwa saya tetap eksis di musik. Genrenya tidak jauh dari metal tapi lebih soft dan gampang didengar,” tandas Moel. 

Selama terbentuk, Eternal Madness telah menelurkan tiga full album. Selain itu, banyak juga terlibat dalam album kompilasi band metal tanah air.

Ciri khas dari band ini sendiri yakni akulturasi metal dengan musik tradisi seperti gamelan.

DENPASAR – Dedengkot band beraliran death metal asal Bali, Eternal Madness memilih vakum di tengah perkembangan skena metal menggeliat.

Band yang beranggotakan Moel Madnes(vokal/bass), Gus Aries (rythem), Agung Detra (lead guitar), Ayax (drum) ini tengah dihadapkan dengan kesibukan di luar band seperti pekerjaan dan juga keluarga.

Moel pentolan band ini ditemui di rumahnya di Jalan Pengiasan Sanur, mengatakan, sementara ini band yang terbentuk tahun 1993 ini tengah vakum.

Panggung terakhirnya yakni pertengahan tahun 2018 lalu untuk konser amal bencana erupsi Gunung Agung. “Vakum dulu. Karena semua pada sibuk,” tutur Moel.

Dari kesibukan tersebut, beberapa tawaran panggung di tingkat lokal hingga tawaran dari negeri Jiran Malaysia pun ditolak.

“Ingin menikmati masa-masa istirahat ini. Makanya tawaran manggung ditolak semua,” bebernya. Moel sendiri memiliki kesibukan lain selain bisnis kaos, ia juga dihadapkan dengan usaha barunya yakni membuat warung yang digagas dengan konsep rumahan yang nantinya dijadikan tempat orang-orang kreatif berkumpul.

“Aku juga ada side project membuat extended play (EP). Dengan beberapa orang,” katanya sembari enggan membocorkan proyek tersebut sebagai kejutan.

Moel sendiri belum memastikan kapan band ini akan aktif kembali. Pasalnya ditengah umurnya yang hampir menginjak 50 tahun tersebut, ia mengakui ada rasa jenuh.

“Musik kami juga kan power full. Dengan usia yang sudah tidak muda, lagu-lagu yang kami buat untuk dinyanyikan lagi akan berbeda.

Sementara saya tidak mau kalau tidak sama, karena ini menyangkut tanggung jawab ke publik dan pendengar. Justru kalau dipaksakan nanti malah kecewa,” kata pria yang memiliki nama lengkap Sapta Mulya ini. 

Karakter musik Eternal Madness yang penuh skill dan teknik dengan tempo cepat tersebut ketika dimainkan dalam usia saat ini sudah lain. “Capek juga main dengan skil tempo cepat,” imbuhnya.

Untuk itu, proyek EP tersebut kata dia lebih gampang didengar. Dalam album EP ini ia ingin lebih mengeksplorasi dengan kedewasaan bermusiknya.

“Kalau lagi ini dimasukkan ke Eternal Madness tidak cocok. Karya ini sekadar menunjukan bahwa saya tetap eksis di musik. Genrenya tidak jauh dari metal tapi lebih soft dan gampang didengar,” tandas Moel. 

Selama terbentuk, Eternal Madness telah menelurkan tiga full album. Selain itu, banyak juga terlibat dalam album kompilasi band metal tanah air.

Ciri khas dari band ini sendiri yakni akulturasi metal dengan musik tradisi seperti gamelan.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/