29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 3:08 AM WIB

Semifinal dan Final Ditunda 2019, Porjar Pencak Silat Tuai Keluhan

JINENGDALEM – Penyelenggaraan Pekan Olahraga Pelajar (Porjar) untuk cabang olahraga pencak silat, menuai keluhan.

Hingga kini pertandingan babak semi final dan final belum diselenggarakan. Konon hal itu disebabkan jumlah peserta yang terlalu banyak dan waktu yang terlalu sedikit.

Cabor pencak silat sendiri diikuti oleh 596 orang atlet dan dipusatkan di GOR Jinengdalem. Pertandingan baru dimulai pada Rabu (24/10) siang.

Saking banyaknya jumlah peserta, pertandingan diselenggarakan hingga malam hari. Hingga hari kelima kemarin (28/10), pertandingan belum juga usai. Pertandingan dihentikan sampai seleksi menuju semi final.

Sementara pertandingan babak semi final dan final, akan ditangguhkan hingga Januari 2019 mendatang.

Ketua Harian Perguruan Seni Pencak Silat (PSPS) Bakti Negara, Sanjaya mempertanyakan hal tersebut. Sanjaya sudah meminta jawaban pada pihak panitia pelaksana.

Panitia menyebut penundaan itu menjadi kebijakan Disdikpora, sehingga panitia di cabor tak bisa berbuat banyak.

“Dana dan waktu katanya tidak cukup. Akhirnya babak semi final dan final katanya dilaksanakan awal 2019. Saya khawatir,

mungkin nanti tidak dilaksanakan dengan alasan anggaran tidak ada. Tolong jangan begini caranya, anak-anak dikecewakan,” kata pria yang akrab disapa Jro Teksen itu.

Teksen khawatir penundaan itu justru berdampak pada pemberian kuota atlet pada Porjar Bali. Ia menyebutkan, pada Porjar Bali cabor pencak silat hanya diberi jatah 10 orang atlet.

Sementara pada Porjar Buleleng, akan ada 46 peraih medali emas. “Katanya ada kuota. Kalau memang ada kuota, tolong disamakan. Cabang lain yang nggak pernah dapat medali, nggak usah dikirim. Biar adil,” imbuhnya.

Sementara itu Kepala Disdikpora Buleleng Gede Suyasa yang dikonfirmasi terpisah menyatakan dinas telah meminta agar jumlah peserta di cabor pencak silat dibatasi.

Hanya saja panitia pelaksana tak bisa membatasi pendaftaran, karena tidak ada parameter yang bisa digunakan untuk menolak pendaftaran.

Alhasil cabor pencak silat yang biasanya diikut 300 peserta, meningkat hampir dua kali lipat. “Mereka minta perpanjangan. Tapi kalau perpanjangan kami tidak punya dana karena jatahnya lima hari.

Kami minta biar perpanjang lagi sehari saja, biar bisa ditoleransi. Tapi tidak bisa (selesai) karena ada banyak nomor,” kata Suyasa.

Setelah dilakukan pembahasan, akhirnya disepakati menunda babak semi final dan final pada awal 2019.

Nantinya Disdikpora akan menyiapkan dana seleksi, disamping dana pembinaan selama sentralisasi.

“Dana seleksi ini yang digunakan untuk babak final nanti. Pembina dan atlet justru lebih setuju final di 2019, sehingga punya masa persiapan atlet lebih panjang,” imbuhnya.

Kedepannya Disdikpora akan membuat sebuah formulasi khusus untuk membatasi jumlah peserta pada ajang Porjar Kabupaten. Sehingga jumlah peserta tak membeludak dan akhirnya tak bisa tuntas seperti jadwal awal.

JINENGDALEM – Penyelenggaraan Pekan Olahraga Pelajar (Porjar) untuk cabang olahraga pencak silat, menuai keluhan.

Hingga kini pertandingan babak semi final dan final belum diselenggarakan. Konon hal itu disebabkan jumlah peserta yang terlalu banyak dan waktu yang terlalu sedikit.

Cabor pencak silat sendiri diikuti oleh 596 orang atlet dan dipusatkan di GOR Jinengdalem. Pertandingan baru dimulai pada Rabu (24/10) siang.

Saking banyaknya jumlah peserta, pertandingan diselenggarakan hingga malam hari. Hingga hari kelima kemarin (28/10), pertandingan belum juga usai. Pertandingan dihentikan sampai seleksi menuju semi final.

Sementara pertandingan babak semi final dan final, akan ditangguhkan hingga Januari 2019 mendatang.

Ketua Harian Perguruan Seni Pencak Silat (PSPS) Bakti Negara, Sanjaya mempertanyakan hal tersebut. Sanjaya sudah meminta jawaban pada pihak panitia pelaksana.

Panitia menyebut penundaan itu menjadi kebijakan Disdikpora, sehingga panitia di cabor tak bisa berbuat banyak.

“Dana dan waktu katanya tidak cukup. Akhirnya babak semi final dan final katanya dilaksanakan awal 2019. Saya khawatir,

mungkin nanti tidak dilaksanakan dengan alasan anggaran tidak ada. Tolong jangan begini caranya, anak-anak dikecewakan,” kata pria yang akrab disapa Jro Teksen itu.

Teksen khawatir penundaan itu justru berdampak pada pemberian kuota atlet pada Porjar Bali. Ia menyebutkan, pada Porjar Bali cabor pencak silat hanya diberi jatah 10 orang atlet.

Sementara pada Porjar Buleleng, akan ada 46 peraih medali emas. “Katanya ada kuota. Kalau memang ada kuota, tolong disamakan. Cabang lain yang nggak pernah dapat medali, nggak usah dikirim. Biar adil,” imbuhnya.

Sementara itu Kepala Disdikpora Buleleng Gede Suyasa yang dikonfirmasi terpisah menyatakan dinas telah meminta agar jumlah peserta di cabor pencak silat dibatasi.

Hanya saja panitia pelaksana tak bisa membatasi pendaftaran, karena tidak ada parameter yang bisa digunakan untuk menolak pendaftaran.

Alhasil cabor pencak silat yang biasanya diikut 300 peserta, meningkat hampir dua kali lipat. “Mereka minta perpanjangan. Tapi kalau perpanjangan kami tidak punya dana karena jatahnya lima hari.

Kami minta biar perpanjang lagi sehari saja, biar bisa ditoleransi. Tapi tidak bisa (selesai) karena ada banyak nomor,” kata Suyasa.

Setelah dilakukan pembahasan, akhirnya disepakati menunda babak semi final dan final pada awal 2019.

Nantinya Disdikpora akan menyiapkan dana seleksi, disamping dana pembinaan selama sentralisasi.

“Dana seleksi ini yang digunakan untuk babak final nanti. Pembina dan atlet justru lebih setuju final di 2019, sehingga punya masa persiapan atlet lebih panjang,” imbuhnya.

Kedepannya Disdikpora akan membuat sebuah formulasi khusus untuk membatasi jumlah peserta pada ajang Porjar Kabupaten. Sehingga jumlah peserta tak membeludak dan akhirnya tak bisa tuntas seperti jadwal awal.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/