28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 3:43 AM WIB

Munduktemu Bikin Desa Wisata, Adu Ayam Jadi Daya Tarik Wisatawan

RadarBali.com – Desa Munduktemu, Kecamatan Pupuan, berencana mengajukan diri sebagai desa wisata.

Desa di dataran tinggi yang wilayahnya berbukit-bukit ini memiliki potensi alam dan budaya yang bisa “dijual”.

Di antaranya, adu ayam atau sabung ayam. “Salah satunya yang ingin menjadi daya tarik wisata di desa kami kalau menjadi Desa Wisata yaitu adu ayam,” tandas Perbekel Munduktemu Nyoman Wintara Selasa (31/10) kemarin.

Menurut Wintara, adu ayam ini tentunya akan menjadi atraksi yang mengasyikkan bagi wisatawan. Wisatawan akan mencoba merasakan sensasi sebagai pemegang ayam (pekembar), juga bisa sekadar menonton.

“Tapi tanpa taji dan tanpa unsur judi,” terangnya. Selain itu, menurut Wintara, beberapa daya tarik wisata lainnya adalah aktivitas perkebunan hingga proses mengolah kopi.

Diketahui, Desa Munduktemu merupakan salah satu penghasil kopi robusta di Bali. Desa ini juga sudah membuat Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang memproduksi kopi bubuk dengan merek Kopi Leak.

“Di antaranya yang menarik adalah proses menyangrai kopi secara tradisional,” tutur Wintara.

Beberapa minggu lalu, dia sudah sempat mengajak wisatawan dari Inggris untuk berkunjung ke Desa Munduktemu.

Wisatawan itu, katanya, sangat senang bisa turut belajar menyangrai kopi. Tak hanya menyangrai kopi, wisatawan juga menikmati sensasi mengolah kelapa menjadi minyak tanusan.

“Wisatawannya senang sekali bisa ikut menyangrai, bikin minyak kelapa,” bebernya. Dan, yang tak kalah menarik, bahkan ini akan menjadi daya tarik yang langka adalah keberadaan burung anis merah atau punglor yang khas Pupuan.

Di Desa Munduktemu, populasi anis merah tergolong paling lestari. Sebab, di desa adat ini ada perarem yang melindungi keberadaan anis merah ini.

Bahkan, rencananya akan dibuat perarem dari tiga Desa Adat di Desa Munduktemu untuk moratorium pemanenan anis merah selama satu musim setiap lima tahun sekali.

Bila musim panen, antara Desember-Juni, anis merah akan mudah dijumpai. Dengan begitu, wisatawan akan menikmati pemandangan burung yang anakannya saja dijual dengan harga antara Rp600 ribu hingga jutaan ini.

“Sekitar dua minggu lagi, setelah Hari Raya Galungan, kami akan bikin rapat untuk menindaklanjuti moratorium panen anis merah.

Sekalian dengan pembentukan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) untuk pembentukan Desa Wisata,” tuturnya.

Dia menegaskan, pembuatan Desa Wisata ingin agar benar-benar menggali dari potensi Desa, serta menghindarkan intervensi dari manapun, termasuk Pemkab Tabanan.

“Kami ingin menggali dari desa, dari warga desa sendiri. Jangan sampai ada intervensi dari manapun harus bikin ini-itu,” tukasnya.

Meski demikian, dia menjelaskan, untuk menjadi desa wisata, maka harus disiapkan homestay bagi para wisatawan yang ingin menikmati atau mengenal alam dan budaya masyarakat Desa Munduktemu. 

RadarBali.com – Desa Munduktemu, Kecamatan Pupuan, berencana mengajukan diri sebagai desa wisata.

Desa di dataran tinggi yang wilayahnya berbukit-bukit ini memiliki potensi alam dan budaya yang bisa “dijual”.

Di antaranya, adu ayam atau sabung ayam. “Salah satunya yang ingin menjadi daya tarik wisata di desa kami kalau menjadi Desa Wisata yaitu adu ayam,” tandas Perbekel Munduktemu Nyoman Wintara Selasa (31/10) kemarin.

Menurut Wintara, adu ayam ini tentunya akan menjadi atraksi yang mengasyikkan bagi wisatawan. Wisatawan akan mencoba merasakan sensasi sebagai pemegang ayam (pekembar), juga bisa sekadar menonton.

“Tapi tanpa taji dan tanpa unsur judi,” terangnya. Selain itu, menurut Wintara, beberapa daya tarik wisata lainnya adalah aktivitas perkebunan hingga proses mengolah kopi.

Diketahui, Desa Munduktemu merupakan salah satu penghasil kopi robusta di Bali. Desa ini juga sudah membuat Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang memproduksi kopi bubuk dengan merek Kopi Leak.

“Di antaranya yang menarik adalah proses menyangrai kopi secara tradisional,” tutur Wintara.

Beberapa minggu lalu, dia sudah sempat mengajak wisatawan dari Inggris untuk berkunjung ke Desa Munduktemu.

Wisatawan itu, katanya, sangat senang bisa turut belajar menyangrai kopi. Tak hanya menyangrai kopi, wisatawan juga menikmati sensasi mengolah kelapa menjadi minyak tanusan.

“Wisatawannya senang sekali bisa ikut menyangrai, bikin minyak kelapa,” bebernya. Dan, yang tak kalah menarik, bahkan ini akan menjadi daya tarik yang langka adalah keberadaan burung anis merah atau punglor yang khas Pupuan.

Di Desa Munduktemu, populasi anis merah tergolong paling lestari. Sebab, di desa adat ini ada perarem yang melindungi keberadaan anis merah ini.

Bahkan, rencananya akan dibuat perarem dari tiga Desa Adat di Desa Munduktemu untuk moratorium pemanenan anis merah selama satu musim setiap lima tahun sekali.

Bila musim panen, antara Desember-Juni, anis merah akan mudah dijumpai. Dengan begitu, wisatawan akan menikmati pemandangan burung yang anakannya saja dijual dengan harga antara Rp600 ribu hingga jutaan ini.

“Sekitar dua minggu lagi, setelah Hari Raya Galungan, kami akan bikin rapat untuk menindaklanjuti moratorium panen anis merah.

Sekalian dengan pembentukan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) untuk pembentukan Desa Wisata,” tuturnya.

Dia menegaskan, pembuatan Desa Wisata ingin agar benar-benar menggali dari potensi Desa, serta menghindarkan intervensi dari manapun, termasuk Pemkab Tabanan.

“Kami ingin menggali dari desa, dari warga desa sendiri. Jangan sampai ada intervensi dari manapun harus bikin ini-itu,” tukasnya.

Meski demikian, dia menjelaskan, untuk menjadi desa wisata, maka harus disiapkan homestay bagi para wisatawan yang ingin menikmati atau mengenal alam dan budaya masyarakat Desa Munduktemu. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/