DENPASAR – Sebulan setelah penutupan penerbangan dari dan ke Tiongkok, pariwisata Bali mulai merasakan dampaknya. Hanya dalam waktu sebulan pula pariwisata Bali sudah mulai limbung.
Bali kehilangan potensi pendapatan Rp 127 miliar lebih. Angka itu didapat dari jumlah kunjungan turis Tiongkok ke Bali.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa, rata-rata per bulan 90 ribu orang turis Tiongkok datang ke Bali.
“Sekarang tinggal kalikan saja, 90 ribu orang dikali pengeluaran per orang USD 100,” ujar Astawa kepada Jawa Pos Radar Bali.
Dengan kurs atau nilai tukar dolar per kemarin Rp 14.185, maka USD 100 (Rp 14.185) x 100 = 1.418.520 x 90 ribu orang.
Hasilnya yaitu Rp 127.666.800.000. Meski kehilangan potensi pendapatan cukup siginfikan, Astawa menyebut kunjugan turis mancanegara masih normal.
Astawa menegaskan, pariwisata Bali sampai saat ini masih aman dikunjungi. Jumlah kunjungan turis asing selain Tiongkok pun disebut masih normal.
Melihat data Januari 2020 dibandingkan Januari 2019, ada kenaikan kedatangan turis asing. Dari awalnya 480 ribu menjadi 540 ribu orang pada periode yang sama.
Sementara data Februari belum diterima sekalipun diyakini jumlahnya turun dibandingkan tahun lalu.
Kendati demikian, Astawa yakin angka kedatangan turis asing periode Februari masih bisa menekati angka 400 ribu orang.
Disinggung adanya selentingan pemerintah lebih mementingkan kunjungan turis ketimbang keselamatan warga Astawa menyatakan hal itu tidak benar.
“Oh, tidak-tidak, tidak benar itu. Pemerintah lebih memilih pariwisata daripada melindungi warganya itu tidak benar. Buktinya kami menutup penerbangan ke Tiongkok,” sergahnya.
“Ini tidak sekadar nilai yang kami kejar justru kemanusiaan yang kami utamakan. Kami berusaha agar keduanya sama-sama jalan,” imbuh mantan Kepala Bappeda Provinsi Bali itu.
Pihaknya mengapresiasi upaya semua pihak yang tengah gencar melakukan langkah-langkah antispasi dan pengawasan sesuai standar operasional prosedur. Ia meminta masyarakat tidak mudah panik.
“Tidak semua yang demam itu corona. Semua langkah mitigasi dalam rangka mengamankan pariwisata sudah dilakukan. Tidak perlu was-was dan khawatir datang ke Bali,” sambungnya.
Pihaknya tidak akan melakukan promosi objek pariwisata dalam waktu dekat. Sebagai gantinya, pemerintah bersama pihak terkait akan mempromosikan langkah mitigasi wabah virus corona.
Salah satunya dengan melakukan filter orang yang masuk ke Bali. Astawa memastikan Pemprov Bali bersama pemerintah daerah sudah melakukan upaya maksimlah untuk melakukan antisipasi dan mitigasi.
Di antaranya memasang alat pengkur suhu tubuh di pintu masuk Bali. Pemerintah juga sudah menyiapkan rumah sakit yang bisa dijadikan rujukan bagi orang terinfeksi virus corona.
Karena itu, sampai saat ini belum ada pembatasan wisatawan asing selain dari Tiongkok. “Semua masih normal.
Selain turis Tiongkok, kami masih tetap optimistis. Apalagi setelah mendengar langkah-langkah berbagai pihak,” jelasnya.
Dilanjutkan, saat ini pemerintah masih dalam fase kewaspadaan mitigasi. Setelah situasi terkendali, pemerintah sudah menyiapkan langkah-langkah pemulihan ekonomi dan citra pariwisata.
“Kami sudah siapkan senjata-senjata untuk memulihkan pariwisata,” tukasnya. Disinggung sejumlah pengusaha sudah merumahkan karyawannya, Astawa bisa menyadari itu.
Namun, dia berharap karyawan yang dirumahkan tidak sampai dipecat. Apalagi pemecatan massal. Sebab, pemerintah sudah menyiapkan berbagai kebijakan.
Menurut Astawa, sekarang ini belum saatnya melakukan promo paket pariwisata. Pihaknya masih fokus bagaimana meningkatkan kewaspadaan.
“Secara simultan kami lebih mempromosikan kesiapsiagaan mitigasi dan kewaspadaan. Tidak pas jika promosi pariwisata sedangkan situasi masih seperti ini,” pungkasnya.