29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 3:30 AM WIB

Mistisnya Ritual Ngerebeg, Pantang Absen Jika Tak Ingin Datang Petaka

GIANYAR – Ritual enam bulanan, Ngerebeg, kembali digelar warga di tujuh Banjar di Desa Pakraman Tegalalang di Kecamatan Tegalalang.

Ritual yang jatuh setiap Buda Kliwon Pahang atau saat Pegat Uwakan, kemarin berlangsung Rabu siang (6/12).

Warga menghias diri mereka bak wong samar atau penghuni dunia lain. Tujuannya tak lain untuk memohon keselamatan dan berharap wong samar ikut menjaga desa.

Bendesa Pakraman Tegallalang Made Jaya Kusuma menyatakan, kegiatan Ngerebeg ini untuk menetralisir segala pengaruh negatif yang ada di lingkungan Desa Pakraman Tegallalang.

Wujud dari ritual ini, warga baik anak-anak hingga dewasa menghias diri mereka supaya terlihat seram. Ada yang mewarnai tubuh mereka cat, termasuk merias wajah supaya terlihat seram.

Hiasan ini dibuat menyerupai wong samar. “Bhuta Kala itu perlu disomyakan atau diberikan persembahan agar bisa hidup berdampingan dan tidak saling mengganggu dengan manusia,” ujar Made Jaya Kusuma, disela ritual, kemarin.

Percaya tidak percaya, ritual ini begitu sakral di mata warga Desa Pakraman Tegalalang. Pasalnya, beberapa kali terjadi musibah bagi warga tidak mau ikut meramaikan ritual ini.

Juga ada orang yang kena kecelakaan di jalan raya lantaran mengganggu anak-anak yang ikut dalam ritual ini.

“Secara kasat mata yang ngayah  memang warga desa, namun diyakini saat prosesi Ngerebeg, para wong samar turut di dalamnya,” ungkapnya.

 

 

 

GIANYAR – Ritual enam bulanan, Ngerebeg, kembali digelar warga di tujuh Banjar di Desa Pakraman Tegalalang di Kecamatan Tegalalang.

Ritual yang jatuh setiap Buda Kliwon Pahang atau saat Pegat Uwakan, kemarin berlangsung Rabu siang (6/12).

Warga menghias diri mereka bak wong samar atau penghuni dunia lain. Tujuannya tak lain untuk memohon keselamatan dan berharap wong samar ikut menjaga desa.

Bendesa Pakraman Tegallalang Made Jaya Kusuma menyatakan, kegiatan Ngerebeg ini untuk menetralisir segala pengaruh negatif yang ada di lingkungan Desa Pakraman Tegallalang.

Wujud dari ritual ini, warga baik anak-anak hingga dewasa menghias diri mereka supaya terlihat seram. Ada yang mewarnai tubuh mereka cat, termasuk merias wajah supaya terlihat seram.

Hiasan ini dibuat menyerupai wong samar. “Bhuta Kala itu perlu disomyakan atau diberikan persembahan agar bisa hidup berdampingan dan tidak saling mengganggu dengan manusia,” ujar Made Jaya Kusuma, disela ritual, kemarin.

Percaya tidak percaya, ritual ini begitu sakral di mata warga Desa Pakraman Tegalalang. Pasalnya, beberapa kali terjadi musibah bagi warga tidak mau ikut meramaikan ritual ini.

Juga ada orang yang kena kecelakaan di jalan raya lantaran mengganggu anak-anak yang ikut dalam ritual ini.

“Secara kasat mata yang ngayah  memang warga desa, namun diyakini saat prosesi Ngerebeg, para wong samar turut di dalamnya,” ungkapnya.

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/