29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:09 AM WIB

Inovatif, Sulap Muara Sungai Sangsit Jadi Objek Wisata Baru

SAWAN – Potensi wisata tirta di Buleleng cukup besar. Bukan hanya sungai atau laut saja yang bisa disulap sebagai lokasi wisata tirta.

Muara sungai pun dapat disulap menjadi lokasi wisata, yang layak dikunjungi.Seperti yang dilakukan di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan.

Aparat desa setempat menyulap areal muara sungai yang dulunya terbengkalai, menjadi sebuah lokasi wisata. Meski belum dibuka untuk umum, lokasi itu sudah sering dikunjungi warga.

Tak sulit mencari lokasi ini. Dari Pasar Sangsit, pilih jalan ke arah utara yang menuju Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Sangsit.

Selanjutnya masuk ke jalan yang mengarah ke Pura Segara Sangsit. Bila masih kesulitan, cukup masukkan kata kunci “Pokdarwis Sangsit” pada Google Maps.

Muara Tukad Sangsit, ditata sedemikian rupa sehingga terlihat menarik. Sebuah jembatan membentang di atas muara.

Selain itu beberapa wahana juga didatangkan. Seperti sepeda air dan permainan kano. Lokasi itu kemudian diberi nama Soan d’Sangsit.

“Ini sebenarnya masih tahap pertama. Belum selesai 100 persen. Nanti tahap kedua kami akan lengkapi dengan taman bermain anak-anak,” kata Perbekel Sangsit Putu Arya Suyasa.

Menurutnya penataan lokasi itu sudah dilakukan sejak dua tahun terakhir. Lewat rapat pemangku kebijakan di desa, akhirnya disepakati penataan akan dilanjutkan dengan pengembangan kawasan pariwisata.

Untuk penataan, pemerintah desa setempat menggelontorkan dana sebesar Rp 215 juta. “Kami sebenarnya tidak target muluk-muluk.

Kami hanya berpikir biar warga kami ini punya tempat wisata, melepas penat kalau libur. Makanya kami buat tempat ini. Kalau ada wisatawan dari luar (wisatawan mancanegara, Red), itu bonus saja buat kami,” ungkapnya.

Arya mengaku saat ini penataan kawasan itu masih belum optimal. Sampah menjadi masalah utama.

Mengingat tempat wisata itu berada di areal muara, praktis sampah-sampah yang berasal dari hulu akan berakhir di muara. Selain itu pada masa gelombang pasang, sampah yang dibawa arus laut juga terdampar di muara.

“Kami desanya paling utara. Otomatis sampah-sampah dari hulu tertampung di sini. Meskipun yang kesini warga-warga kami,

tapi kan tetap tidak bagus kesannya. Rencananya kami akan pasangi jaring, supaya bisa dibersihkan sebelum masuk ke muara,” katanya.

Sementara itu Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Buleleng Made Subur mengatakan, upaya yang dilakukan di Desa Sangsit, bisa menambah pundi-pundi pendapatan di desa.

Selain itu, pengembangan wisata juga bisa menjadi lapangan pekerjaan baru di desa. “Ada unit usaha yang bisa memicu perekonomian desa.

Kalau mau mengembangkan wisata, memang idealnya tidak berpikir kejauhan. Kembangkan untuk masyarakat desa dulu.

Kalau manajemen bagus, hospitality bagus, kesan yang didapat bagus, pengunjung dari luar desa pasti datang kok,” kata Subur.

Sekadar diketahui, saat ini wahana wisata di Desa Sangsit itu belum dikenakan tiket masuk. Pengunjung hanya dikenakan donasi.

Kini pemerintah desa setempat masih menggodog peraturan desa (perdes) untuk pengenaan tarif wisata. Rencananya tarif itu akan diberlakukan saat grand opening dilakukan pada akhir Maret mendatang.

SAWAN – Potensi wisata tirta di Buleleng cukup besar. Bukan hanya sungai atau laut saja yang bisa disulap sebagai lokasi wisata tirta.

Muara sungai pun dapat disulap menjadi lokasi wisata, yang layak dikunjungi.Seperti yang dilakukan di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan.

Aparat desa setempat menyulap areal muara sungai yang dulunya terbengkalai, menjadi sebuah lokasi wisata. Meski belum dibuka untuk umum, lokasi itu sudah sering dikunjungi warga.

Tak sulit mencari lokasi ini. Dari Pasar Sangsit, pilih jalan ke arah utara yang menuju Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Sangsit.

Selanjutnya masuk ke jalan yang mengarah ke Pura Segara Sangsit. Bila masih kesulitan, cukup masukkan kata kunci “Pokdarwis Sangsit” pada Google Maps.

Muara Tukad Sangsit, ditata sedemikian rupa sehingga terlihat menarik. Sebuah jembatan membentang di atas muara.

Selain itu beberapa wahana juga didatangkan. Seperti sepeda air dan permainan kano. Lokasi itu kemudian diberi nama Soan d’Sangsit.

“Ini sebenarnya masih tahap pertama. Belum selesai 100 persen. Nanti tahap kedua kami akan lengkapi dengan taman bermain anak-anak,” kata Perbekel Sangsit Putu Arya Suyasa.

Menurutnya penataan lokasi itu sudah dilakukan sejak dua tahun terakhir. Lewat rapat pemangku kebijakan di desa, akhirnya disepakati penataan akan dilanjutkan dengan pengembangan kawasan pariwisata.

Untuk penataan, pemerintah desa setempat menggelontorkan dana sebesar Rp 215 juta. “Kami sebenarnya tidak target muluk-muluk.

Kami hanya berpikir biar warga kami ini punya tempat wisata, melepas penat kalau libur. Makanya kami buat tempat ini. Kalau ada wisatawan dari luar (wisatawan mancanegara, Red), itu bonus saja buat kami,” ungkapnya.

Arya mengaku saat ini penataan kawasan itu masih belum optimal. Sampah menjadi masalah utama.

Mengingat tempat wisata itu berada di areal muara, praktis sampah-sampah yang berasal dari hulu akan berakhir di muara. Selain itu pada masa gelombang pasang, sampah yang dibawa arus laut juga terdampar di muara.

“Kami desanya paling utara. Otomatis sampah-sampah dari hulu tertampung di sini. Meskipun yang kesini warga-warga kami,

tapi kan tetap tidak bagus kesannya. Rencananya kami akan pasangi jaring, supaya bisa dibersihkan sebelum masuk ke muara,” katanya.

Sementara itu Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Buleleng Made Subur mengatakan, upaya yang dilakukan di Desa Sangsit, bisa menambah pundi-pundi pendapatan di desa.

Selain itu, pengembangan wisata juga bisa menjadi lapangan pekerjaan baru di desa. “Ada unit usaha yang bisa memicu perekonomian desa.

Kalau mau mengembangkan wisata, memang idealnya tidak berpikir kejauhan. Kembangkan untuk masyarakat desa dulu.

Kalau manajemen bagus, hospitality bagus, kesan yang didapat bagus, pengunjung dari luar desa pasti datang kok,” kata Subur.

Sekadar diketahui, saat ini wahana wisata di Desa Sangsit itu belum dikenakan tiket masuk. Pengunjung hanya dikenakan donasi.

Kini pemerintah desa setempat masih menggodog peraturan desa (perdes) untuk pengenaan tarif wisata. Rencananya tarif itu akan diberlakukan saat grand opening dilakukan pada akhir Maret mendatang.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/