TEJAKULA – Proses pembuatan garam palungan di Desa Tejakula, Kecamatan Tejakula, kini disulap menjadi atraksi wisata.
Meski terlihat sederhana dan rutinitas belaka, namun hal itu cukup menarik minat wisatawan mancanegara. Terutama dari wilayah Asia Pasifik dan Amerika.
Sebagian masyarakat di Desa Tejakula memang menggeluti profesi sebagai perajin garam palungan.
Garam ini diklaim memiliki kualitas yang lebih baik, ketimbang garam yang dibuat pada petak tambak garam biasa. Harganya pun lebih mahal ketimbang garam biasa.
Proses pembuatan garam dengan palungan alias potongan kayu kelapa, juga dikenal unik. Proses ini merupakan warisan turun temurun dari para leluhur.
Pembuatan garam ini pun sempat diusulkan sebagai warisan budaya dunia, melalui Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK).
Kepala Dinas Pariwisata Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan, pembuatan garam palungan memang menjadi atraksi yang menarik bagi wisatawan.
“Wisatawan mancanegara ini sangat tertarik. Beberapa waktu lalu (wisman) dari Jepang datang dan tinggal di villa dekat sana. Mereka khusus ingin terlibat langsung dalam proses ini,” kata Sutrisna.
Dengan potensi itu, Sutrisna pun berharap petani garam setempat dapat memanfaatkan hal tersebut untuk peningkatan produk.
Selain itu dampak pariwisata juga diharapkan dapat memberikan pemasukan tambahan bagi para petani garam.
“Semakin lama proses pembuatan garam ini akan jadi sebuah atraksi langka. Sekarang juga wisatawan dari Australia, Kanada, dan Amerika Serikat itu ada yang kunjungan kesana,” imbuh Sutrisna.
Selain membuat garam biasa, Sutrisna juga berencana mendorong petani garam setempat membuat sebuah green house. Sehingga petani bisa menghasilkan garam piramida yang memiliki nilai jual lebih mahal.