26 C
Jakarta
21 September 2024, 1:32 AM WIB

50 Persen Wisata Sambangan Dipadati Vila Liar, Pertanian Terancam

RadarBali.com – Hampir 75 persen warga di Desa Sambangan, Buleleng bekerja di bidang pertanian.

Namun, pasca ditetapkan sebagai salah satu destinasi pariwisata di Buleleng, wilayah yang memiliki alam yang indah ini mulai digrogoti oleh para investor.

Ancaman terhadap lahan pertanian pun mulai dirasakan. Penelusuran Jawa Pos Radar Bali Kamis kemarin (19/10), di atas perbukitan Desa Sambangan mulai ramai dibangun vila.

Ada yang berada di tengah lahan pertanian, ada pula yang berada di ketinggian. Tawaran pemandangan kota Singaraja dari atas bukit dan sejuknya udara pertanian jadi tujuan tumbuh suburnya vila-vila tersebut.

Namun, perkembangan ke sektor pariwisata yang memanfaatkan alam sebagai subjeknya, tak berbanding lurus dengan aturan yang ada.

Seperti halnya soal izin vila. “Banyak vila di Sambangan yang tak berizin. Kalau di persentase, sampai di angka 50 persern,” ujar Kepala Desa Sambangan, I Nyoman Selamat Arya.

Pihak Desa sudah melakukan sidak ke beberapa vila yang ada di wilayahnya tersebut, namun hasilnya nihil.

Kepemilikannya pun katanya belum jelas dan terlebih, para wisatawan yang tinggal disana selalu memiliki segudang alasan untuk berkilah.

“Yang seperti ini perlu ditertibkan oleh pihak imigrasi,” terangnya. Bukanlah hal yang mudah menata wilayah yang sedang berkembang.

Katanya perlu dilakukan koordinasi dan kerjasama dengan semua pihak. Selamat Arya mencontohkan tentang persoalan sampah akibat maraknya pembangunan di atas bukit.

“Dulu sih nyaman-nyaman aja jadi petani. Namun penduduk di atas semakin banyak, namun kurang kesadaran tentang lingkungan,” herannya.

Kalau dulu, kata Selamat Arya, sampah yang hanyut di sungai adalah sampah organic, seperti daun mangga dan lainnya.

Sedangkan sekarang, banyak sampah plastik baik warga ataupun pemilik restoran dan vila. “Ini perlu diperhatikan. Kalau dibiarkan seperti ini, satu are lahan petani dipastikan rusak.

Terlebih di musim hujan. Air bakal masuk ke saluran irigasi. Ini tentu akan menjadi kerugian bagi para petani,” tegasnya.

Pihak desa mengaku tidak hanya diam saja. Pihaknya mengaku sudah beberapa kali melakukan rapat untuk menyelesaikan persoalan sampah.

Pihaknya juga sudah pernah membuat kelompok untuk menanggulangi sampah, sayang belum berjalan dengan maksimal. 

RadarBali.com – Hampir 75 persen warga di Desa Sambangan, Buleleng bekerja di bidang pertanian.

Namun, pasca ditetapkan sebagai salah satu destinasi pariwisata di Buleleng, wilayah yang memiliki alam yang indah ini mulai digrogoti oleh para investor.

Ancaman terhadap lahan pertanian pun mulai dirasakan. Penelusuran Jawa Pos Radar Bali Kamis kemarin (19/10), di atas perbukitan Desa Sambangan mulai ramai dibangun vila.

Ada yang berada di tengah lahan pertanian, ada pula yang berada di ketinggian. Tawaran pemandangan kota Singaraja dari atas bukit dan sejuknya udara pertanian jadi tujuan tumbuh suburnya vila-vila tersebut.

Namun, perkembangan ke sektor pariwisata yang memanfaatkan alam sebagai subjeknya, tak berbanding lurus dengan aturan yang ada.

Seperti halnya soal izin vila. “Banyak vila di Sambangan yang tak berizin. Kalau di persentase, sampai di angka 50 persern,” ujar Kepala Desa Sambangan, I Nyoman Selamat Arya.

Pihak Desa sudah melakukan sidak ke beberapa vila yang ada di wilayahnya tersebut, namun hasilnya nihil.

Kepemilikannya pun katanya belum jelas dan terlebih, para wisatawan yang tinggal disana selalu memiliki segudang alasan untuk berkilah.

“Yang seperti ini perlu ditertibkan oleh pihak imigrasi,” terangnya. Bukanlah hal yang mudah menata wilayah yang sedang berkembang.

Katanya perlu dilakukan koordinasi dan kerjasama dengan semua pihak. Selamat Arya mencontohkan tentang persoalan sampah akibat maraknya pembangunan di atas bukit.

“Dulu sih nyaman-nyaman aja jadi petani. Namun penduduk di atas semakin banyak, namun kurang kesadaran tentang lingkungan,” herannya.

Kalau dulu, kata Selamat Arya, sampah yang hanyut di sungai adalah sampah organic, seperti daun mangga dan lainnya.

Sedangkan sekarang, banyak sampah plastik baik warga ataupun pemilik restoran dan vila. “Ini perlu diperhatikan. Kalau dibiarkan seperti ini, satu are lahan petani dipastikan rusak.

Terlebih di musim hujan. Air bakal masuk ke saluran irigasi. Ini tentu akan menjadi kerugian bagi para petani,” tegasnya.

Pihak desa mengaku tidak hanya diam saja. Pihaknya mengaku sudah beberapa kali melakukan rapat untuk menyelesaikan persoalan sampah.

Pihaknya juga sudah pernah membuat kelompok untuk menanggulangi sampah, sayang belum berjalan dengan maksimal. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/