BANJAR – Tingkat kunjungan wisatawan ke Bali, khususnya Kabupaten Buleleng, belum juga pulih meski masuk new normal.
Padahal, peluang kunjungan wisatawan domestik sudah dibuka sejak awal Juli lalu. Hal itu dikhawatirkan akan berdampak pada kondisi perekonomian di Buleleng.
Sebab kawasan Bali Utara juga menyandarkan kondisi ekonominya pada pendapatan dari sektor pariwisata.
Kondisi itu pun mendapat perhatian dari Koordinator Staf Khusus (Stafsus) Presiden Anak Agung Gede Ngurah Ari Dwipayana.
Pada Sabtu (12/9) lalu, Ari Dwipayana sempat melakukan kunjungan ke beberapa destinasi pariwisata yang ada di Buleleng.
Seperti Air Panas Banjar, Vihara Brahmavihara Arama Banjar, serta Rumah Adat Bandung Rangki di Desa Pedawa.
Setelah melihat kondisi beberapa objek wisata itu, Gung Ari menyebut kondisi pariwisata di Buleleng belum pulih total.
Wisatawan domestik belum melakukan kunjungan ke destinasi. Kalau toh ada, hanya warga lokal di Buleleng.
Ia menyebut kedatangan wisatawan ke objek pariwisata, erat kaitannya dengan kondisi keamanan wisatawan pada masa pandemi.
Menurutnya kecil kemungkinan wisatawan akan datang ke Buleleng. Terutama bila wisatawan belum mendapat kepastian bahwa daerah yang mereka tuju aman dari potensi penularan covid.
“Menarik wisatawan datang pada masa pandemi ini perlu dua hal. Pertama pastikan safe travel. Artinya mereka yang datang, aman dari potensi penularan covid.
Kedua, pastikan protokol kesehatan dilakukan dengan ketat. Terutama di objek wisata maupun di akomodasi pariwisata,” tegasnya.
Untuk itu ia meminta partisipasi aktif masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan. “Ini perlu dukungan semua pihak.
Termasuk masyarakat, agar tetap melaksanakan protokol kesehatan, seperti pakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak sehingga penyebaran virus bisa ditekan. Kalau wisatawan merasa aman, mereka pasti datang,” jelas Ari.
Di sisi lain Gung Ari juga sempat melihat keberadaan rumah adat Bandung Rangki. Ia menganggap bangunan itu sebagai aset yang sangat berharga.
Sebab bangunan itu warisan budaya di Desa Bali Aga. Sehingga wajib dipertahankan. Dengan perawatan yang baik, rumah adat itu bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan. Karena bangunan memiliki keunikan tersendiri.
“Rumah Adat ini bahannya sebagian besar dari bambu. Sudah pasti ramah lingkungan. Rumahnya juga memiliki makna filosofis yang sangat dipercayai warga Pedawa. Ini luar biasa.
Ini asset budaya yang harus dilestarikan, dan tentu tidak ditemukan di tempat lain. Ini akan menjadi daya tarik bagi wisatawan,” tandasnya.