DENPASAR – Dibanding provinsi lain di Indonesia, kasus positif corona virus diseases (Covid-19) di Bali terbilang masih kecil meski masuk 10 besar di Indonesia.
Data per hari ini, ada 113 kasus positif Covid-19 di Bali, yang mayoritas imported case. Sebagian kecil transmisi lokal, dan sisanya masih diinvestigasi.
Padahal, kunjungan wisatawan Tiongkok – tempat pertama ketika Corona mulai merebak sempat meningkat pada bulan Januari lalu.
Bahkan, hingga bulan Februari kunjungan wisatawan Tiongkok masih tinggi sebelum benar-benar ditutup pada awal bulan Maret.
Fakta ini mengundang media asing yang berbasis di Hongkong – Asia Times menerbitkan artikel berjudul “Bali’s mysterious immunity to Covid-19” yang dirilis 14 Maret 2020 lalu.
Asia Times menyoroti mengapa Bali hanya memiliki kasus Covid-19 yang sedikit. Padahal, Bali memiliki 4,2 juta penduduk dan beberapa di antaranya adalah warga asing.
Corona di Indonesia, sebut Asia Times, seperti hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa. “Juga tidak ada cerita rumah sakit kebanjiran (pasien), peningkatan tajam dalam kremasi atau bukti anekdotal
lainnya bahwa virus corona merajalela di 4,2 juta populasi pulau mayoritas Hindu itu, di antaranya ribuan warga asing,” tulis Asia Times.
Asia Times mengutip cerita seorang blogger asal Bali, Rio Helmi yang heran mengapa Bali memiliki jumlah kasus Corona yang rendah.
Sejauh ini korban meninggal akibat Corona di Bali adalah warga asing. Padahal, menurut catatan Asia Times, jumlah wisatawan China yang datang ke Bali sempat meningkat pada bulan Januari.
Di mana saat itu Wuhan sedang mengalami lockdown karena penularan Corona yang luar biasa. “Apa yang membuat situasi Bali begitu membingungkan adalah bahwa
jumlah kedatangan wisatawan China ke Bali sebenarnya meningkat sebesar 3 persen pada bulan Januari, bulan yang sama dengan lockdown Wuhan.
Bahkan, mereka masih tiba sampai 5 Februari ketika pihak berwenang akhirnya pindah untuk melarang siapa pun yang berada di China dalam 14 hari sebelumnya,” tulis Asia Times.
Asia Times juga menyebut, industri pariwisata di Bali tetap terkena dampak akibat penyebaran virus corona. Bahkan, dampaknya lebih parah dibandingkan dengan peristiwa Bom Bali 2002.
“Industri pariwisata Bali belum pernah terpukul sekeras ini sejak pemboman teroris tahun 2002, yang membuat ekonomi lokal hancur berkeping-keping selama dua tahun berikutnya
karena para pelancong Australia menjauh berbondong-bondong. Pemboman lainnya pada tahun 2005 membuat lebih sulit lagi,” tulis Asia Times lagi.