33.8 C
Jakarta
27 April 2024, 16:02 PM WIB

Megoak-goak, Tradisi Keren Para Pemuda Desa Panji Pas Ngembak Geni

SINGARAJA – Saat ngembak geni di Buleleng juga berlangsung sejumlah tradisi. Di Kecamatan Banjar, warga menggelar tradisi nyakan diwang.

Hampir seluruh desa di Kecamatan Banjar, menggelar tradisi itu. Salah satunya di Desa Kayuputih.

Biasanya warga mulai keluar rumah pada pukul 00.00 saat pergantian hari dalam kalender masehi. Warga kemudian membuat tungku di depan rumah, dan mulai memasak.

Ada yang sekadar menanak nasi, membuat nasi goreng, atau membuat pisang goreng. Acara memasak itu juga diisi dengan saling mengobrol antar tetangga.

Biasanya tetangga saling bertanya apa yang sedang dimasak hari itu. “Ini sudah jadi tradisi setiap ngembak geni, sejak kapan mulainya kami kurang tahu

karena kami dapat ini sudah berlangsung. Ini juga jadi ajang silaturahmi antar warga dan keluarga. Kami juga meyakini ini simbol melebur 

dasa mala dalam diri dan berharap kehidupan ke depan lebih baik,” kata tokoh masyarakat setempat, I Made Seputra.

Sedangkan di Desa Panji, ada tradisi megoak-goakan. Tradisi ini dilangsungkan sore hari tiap ngembak geni.

Tradisi ini dipusatkan di tiga lokasi, yakni di Monumen Perjuangan Bhuana Kerta, Lapangan Ki Barak Panji Sakti, serta di Banjar Dinas Kelod Kauh.

Seperti yang dilakukan oleh Sekaa Truna Satya Warga, Desa Panji. Sebelum melakukan tradisi ini, sepetak areal persawahan yang digunakan sebagai lokasi, dibanjiri dengan air.

Suasana becek dan penuh air, menambah kegirangan saat menjalankan tradisi. Tepat pukul 16.00 Minggu (18/3) sore, muda-mudi turun ke areal yang telah becek itu.

Mereka langsung melakukan megoak-goakan. Pemuda yang dipilih, akan berusaha menangkap ekor pasukan goak di areal becek nan berlumpur.

Tak pelak saat pasukan goak berusaha mempertahankan barisan, ada saja yang terlepas dari barisan dan berhasil ditangkap.

Kelian Banjar Dinas Kelod Kauh, Nyoman Marsa Jaya mengungkapkan, tradisi itu merupakan warisan dari Ki Barak Panji Sakti, pendiri kerajaan Buleleng.

Tak diketahui secara pasti sejak kapan tradisi ini berlangsung. Namun diyakini berdekatan dengan keberhasilan Kerajaan Buleleng menaklukan Blambangan.

Konon, kata Marsa, Pasukan Goak yang berhasil menaklukan Kerajaan Blambangan hingga menjadi bagian dari Kerajaan Buleleng.

“Setelah peristiwa itu, akhirnya setiap tahun baru Saka, dilangsungkan tradisi megoak-goakan.

Tujuannya meneladani semangat dan perjuangan pasukan goak, sekaligus menumbuhkan kecintaan terhadap Buleleng,” kata Marsa.

SINGARAJA – Saat ngembak geni di Buleleng juga berlangsung sejumlah tradisi. Di Kecamatan Banjar, warga menggelar tradisi nyakan diwang.

Hampir seluruh desa di Kecamatan Banjar, menggelar tradisi itu. Salah satunya di Desa Kayuputih.

Biasanya warga mulai keluar rumah pada pukul 00.00 saat pergantian hari dalam kalender masehi. Warga kemudian membuat tungku di depan rumah, dan mulai memasak.

Ada yang sekadar menanak nasi, membuat nasi goreng, atau membuat pisang goreng. Acara memasak itu juga diisi dengan saling mengobrol antar tetangga.

Biasanya tetangga saling bertanya apa yang sedang dimasak hari itu. “Ini sudah jadi tradisi setiap ngembak geni, sejak kapan mulainya kami kurang tahu

karena kami dapat ini sudah berlangsung. Ini juga jadi ajang silaturahmi antar warga dan keluarga. Kami juga meyakini ini simbol melebur 

dasa mala dalam diri dan berharap kehidupan ke depan lebih baik,” kata tokoh masyarakat setempat, I Made Seputra.

Sedangkan di Desa Panji, ada tradisi megoak-goakan. Tradisi ini dilangsungkan sore hari tiap ngembak geni.

Tradisi ini dipusatkan di tiga lokasi, yakni di Monumen Perjuangan Bhuana Kerta, Lapangan Ki Barak Panji Sakti, serta di Banjar Dinas Kelod Kauh.

Seperti yang dilakukan oleh Sekaa Truna Satya Warga, Desa Panji. Sebelum melakukan tradisi ini, sepetak areal persawahan yang digunakan sebagai lokasi, dibanjiri dengan air.

Suasana becek dan penuh air, menambah kegirangan saat menjalankan tradisi. Tepat pukul 16.00 Minggu (18/3) sore, muda-mudi turun ke areal yang telah becek itu.

Mereka langsung melakukan megoak-goakan. Pemuda yang dipilih, akan berusaha menangkap ekor pasukan goak di areal becek nan berlumpur.

Tak pelak saat pasukan goak berusaha mempertahankan barisan, ada saja yang terlepas dari barisan dan berhasil ditangkap.

Kelian Banjar Dinas Kelod Kauh, Nyoman Marsa Jaya mengungkapkan, tradisi itu merupakan warisan dari Ki Barak Panji Sakti, pendiri kerajaan Buleleng.

Tak diketahui secara pasti sejak kapan tradisi ini berlangsung. Namun diyakini berdekatan dengan keberhasilan Kerajaan Buleleng menaklukan Blambangan.

Konon, kata Marsa, Pasukan Goak yang berhasil menaklukan Kerajaan Blambangan hingga menjadi bagian dari Kerajaan Buleleng.

“Setelah peristiwa itu, akhirnya setiap tahun baru Saka, dilangsungkan tradisi megoak-goakan.

Tujuannya meneladani semangat dan perjuangan pasukan goak, sekaligus menumbuhkan kecintaan terhadap Buleleng,” kata Marsa.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/