RadarBali.com – Edisi merayakan hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72 ala anak muda digelar, Minggu (20/8) di ruas Jalan Raya Petitenget No. 88 X, Kuta Utara Badung.
32 peracik kopi alias barista beradu terampil menyajikan kopi yang indah dan menawan dalam event Pepito Latte Art Throw Down, Merdeka Ngopi.
Chairul Jafar Asisten Baverage Specialist Pepito mengatakan acara digelar untuk mewadahi semangat barista Bali.
“Mereka punya passion tinggi. Kita main di basic; balik lagi ke sejarah latte art,” ucapnya. Imbuh Chairul Jafar sekarang banyak barista main di custom.
“Kita ambil yang love, rosetta, tulip. Karena main di custom mereka melupakan sejarah latte art,” sambungnya.
Bagaimana cara menilai? Chairul Jafar menjawab dari penampilan kopi yang dibuat. “Simetrisnya, garis lurusnya. Dari cangkir kopi kita tarik garis lurusnya. Kontras atau degradasi warna,” katanya.
Pepito, jelasnya 100 persen memakai kopi asli Indonesia. “Kita ngangkat kopi Indonesia demi petani-petani kita,” tandasnya.
Kualitas kopi, lanjut Chairul, tak kalah bagus dengan brand luar. “Sekarang banyak yang pakai kopi Ethiopia dan Tanzania. Kita 100 persen main di arabika. 100 persen kopi from Indonesia. Sebab kualitasnya terjaga,” tegasnya.
Erwan Bandedos dari Nongkrong Coffee menyebut peserta berasal dari seluruh coffee shop Bali. Dari 32 peserta diseleksi menjadi 16.
Dari 16 menjadi 8. Dari 8 kita cari 4 peserta untuk cari juara 3, 2, dan 1. “Kini semua orang beradu membuka bisnis coffee shop. Kita memang berkompetisi, tapi jangan lupa kita punya teman-teman petani dari Bali. Agar kita kompak mengangkat brand kopi Indonesia, khususnya Bali,” sambung Chairul sembari menyebut Pepito telah lama memakai kopi Kintamani, tepatnya kopi arabika asal Desa Ulian, Kintamani, Bangli.
Selvina Oktalena, asisten manajer Pepito Petitenget menyebut kopi Bali sangat diminati wisatawan mancanegara. “Banyak peminatnya. Dari turis asing,” tandasnya.