DENPASAR – Fodor’s Travel sebuah situs pariwisata negeri Paman Sam, Amerika Serikat blak-blakan menguliti industri pariwisata Bali.
Fodor’s Travel bahkan memasukan Bali sebagai salah satu objek wisata yang tak layak dikunjungi tahun 2020 mendatang.
Ada beberapa indikator Bali tak layak dikunjungi tahun 2020 mendatang. Pertama masalah sampah.
Produksi sampah di Bali per hari mencapai 3.800 ton. Ironisnya, 60 persen sampah yang diproduksi tidak dikelola dengan baik.
Kedua, over tourism. Ketiga, pungutan pajak USD 10 bagi setiap wisman yang masuk ke Bali. Keempat, kekeringan.
Kelima etika wisatawan di objek wisata khususnya tempat suci. Lima hal ini yang jadi alasan Fodor’s Travel memasukkan Bali tidak layak dikunjungi.
Terang saja pemberitaan Fodor’s Travel membuat pemangku kepentingan di Bali berteriak. Tak luput dengan para netizen.
“Masa ke emasan buat pariwisata bali mulai pudar akibat ulah kita sendiri, banyak masalah bermunculan akibat kurang sigapnya pemerintah dan masyarakat kita,
suud di pariwisata ao yen nyak sukses dadi petani, lahan sube telah, carik telah, sube dadi hotel, hutan sudah gundul dan kekeringan,” kata akun @ i putu agus juliantara.
Akun lain menyoroti hal yang sama. “Memang masalah sampah masih banyak di bali. Lewat simpang benoa sesetan saja masih tecium bau sampah tidak sedap.
Kemudian kita juga yg sering memviralkan kelakuan wisatawan yg nyeleneh. Senjata makan tuan deh,” kata akun @ gusti ngurah.
“Hoax atau tidak, pada kenyataannya kita (Bali) memang over loaded dengan sampah plastik tanpa adanya sistem pengelolaan yang jelas,” imbun akun @ nikolaus suyasa.
Akun yang lain pun menantang pemimpin Bali untuk membenahi masalah-masalah yang merusak pariwisata Bali.
“Hanya bermodalkan optimis tanpa melakukan perbaikan sesegera mungkin, yah…..percuma saja. Cobalah pemimpin2 daerah
yg menerima berbagai merk piagam, buktikan diri, bahwa layak dpt piagam krn tata kelola yg sungguh2,” papar akun @ nyoman darma.
Kritik keras dilontarkan akun @ketut darmadi. “Pemda banci seharusnya ketika ada duit gede jangan kampanye terselubung terus.
Coba pake otaknya pikirkan Bali kedepan : sampah dan kemacetan. Hal ini akan terus digoreng oleh Malaysia, Thailand dll. Guoblock !”
Meski begitu masih banyak netizen yang percaya pariwisata Bali tetap survive dalam kondisi apapun.
Pasalnya, yang dijual Bali bukan hanya keindahan alam, tapi juga budayanya yang terkenal seantero dunia.
“Yg perlu di ingat bagwa bali adalah sorganya dunia dari jaman dodol. Jadi apapun dan bagaimanapun bali akan tetap jd destinasi wisata baik dalam maupun luar negeri.
Bali tidak memiliki satu indikator, melainkan berbagai serta bermacam2 faktor pendukung yg tdk di miliki oleh negara maupun pulau lain.
Yg perlu di sadari bahwa tdk ada yg sempurna kecuali rokok,” kata akun @ketut tanggu. Hal senada dilontarkan akun @yuyun sandri.
“Tourist yg byk kebali australia kok,pokoknya Bali is the best….ttp rame pariwisata kok….????????????????”. Pendapat serupa dilontarkan akun @ g’day radit mahardika.
“Bali ibaratnya AHOK..Semakin di benci.. Semakin banyak yg sayang..Karna bali sudah punya taksu sendiri…Gak usah khawatir min…
Intinya, para netizen berharap pariwisata Bali berbenah. Pemangku kepentingan ditantang membuat industri pariwisata Bali makin hidup, bukan mati ditelan waktu.