33.8 C
Jakarta
27 April 2024, 15:04 PM WIB

Covid Naik, Pariwisata Bali Batal Buka, Pelaku Wisata: Stop Politisasi

DENPASAR – Pembatalan pembukaan pariwisata Bali Juli mendatang akibat meningkatnya kasus positif covid-19 di Pulau Jawa membuat kecewa pelaku wisata di Pulau Dewata.

Berbagai persiapan yang sudah dilakukan serasa sia-sia. Sementara ekonomi masyarakat Bali kian terpuruk akibat pandemi yang tidak berkesudahan.

Kekecewaan itu dilontarkan Ketua Angkutan Pariwisata Bali I Nyoman Sudiartha. Menurut Sudiartha, pernyataan Work From Bali (WFB) penyebab covid di Bali naik merugikan pariwisata Bali.

Sudiartha pun minta data Covid dibuka saja, karena  masyarakat Bali sudah melakukan prokes seketat-ketatnya.

“Apa benar karena WFB? WFB ini sangat membantu pariwisata Bali meski volumenya masih kecil saat ini. Kami sangat merasakan. Mohon kiranya, jangan di politisasi kondisi kami.

Kami sangat berharap pariwisata bisa pulih kembali. Atau kami akan akan turun ke jalan utk kelangsungan hidup kami. Kami punya banyak tanggungan selain usaha kami,” ujar Sudiartha.

Keraguan terhadap pernyataan tersebut juga disampaikan oleh Bayu Adisastra, pengusaha hotel dan pusat perbelanjaan di Bali. 

Menurut, Bayu ada yang kurang pas dengan pernyataan tersebut. “Mungkin salah kutip ya, dan jika dilihat data hari ini kan hanya 20 saja karena perjalanan

dalam negeri selebihnya  karena transmisi lokal di Denpasar dan Badung. Saya tidak yakin ini karena WFB,” tandas Bayu Adisastra.

Dampak WFB ini, menurut Bayu, sangat baik bagi perekonomian Bali, apalagi saat ini bertepatan dengan libur sekolah. 

 “Di hotel saya sempat occupancy menyentuh 25 %, ini kan bagus. Justru program WFB ini lebih banyak dampak positifnya bagi masyarakat Bali. Belum lagi bagi UMKM di Bali juga.

Yang harus dilakukan adalah pengetatan pengawasan di pintu masuk Bali misalkan pelabuhan dan kalau perlu ada cek random di Bali.

Dan, Bali justru relatif terkendali dibandingkan daerah lain apalagi vaksinasi berjalan dengan sangat baik,” tuturnya. 

Justru yang dikhawatirkan adalah meningkatnya kasus covid-19 di Pulau Jawa. Peningkatan kasus ini membuat cemas pelaku pariwisata dan MICE di Bali.

“Saat ini yang kami khawatirkan karena adanya peningkatan kasus di Jawa akan mengakibatkan pembatasan bepergian Kementerian dan Lembaga serta BUMN ke Bali.

Padahal dengan program Work from Bali yang baru berjalan beberapa waktu ini, dampaknya sudah mulai terasa meskipun volumenya masih kecil,

khususnya bagi kawan-kawan UMKM dan pelaku usaha pariwisata.  Hotel saya occupancy sempat 25% atau terisi 70 kamar,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Putu Gede Wiwin Gunawasika, Ketua Bali MICE Forum (BMF) yang terlibat bersama 10 PCO/EO pengurus BMF melakukan audiensi ke sekitar 29 K/L dan BUMN mendampingi pemprov Bali.

“Program ini belum mulai, baru akan berjalan. Meskipun secara sporadis kami melihat sudah mulai ada pergerakan K/L BUMN ke Bali secara langsung tanpa melalui kami.

Kami hanya berharap tidak berimbas pada pembatasan ke Bali. Jika Bali relatif aman hingga saat ini. Sebagian besar sudah zona hijau dan kuning.

Dan, kami juga membantah jika efek WFB yang membuat kenaikan covid di Bali. Lha kita ini belum ada apa-apa dengan program WFB. Belum ada arrangement yang masuk melalui kami saat ini,” tuturnya.

Dan terkait protokol kesehatan Wiwin menyatakan bahwa Bali sudah sangat siap. Karena persiapan menuju open border pun sudah dilakukan.

Apalagi masyarakat di Bali sangat sadar bahwa  sebagian besar mata pencaharian bertumpu pada pariwisata.

Sehingga pelaksanaan prokes di Bali sangat ketat pun pengawasannya. “Masak iya kami akan merusak periuk nasi kami sendiri,” tandasnya. 

“Karena situasi pandemic hal seperti ini sangat normal terjadi, keadaan akan naik turun sampai herd immunity terbentuk, jangan terlalu berlebihan.

Saya  berbicara dengan data dan fakta di lapangan, bahwa 3 green zone (Sanur, Ubud, Nusa Dua) sebagai rujukan tempat WFB masih sangat terkendali.

Dalam situasi saat ini kita justru harus bersatu. Kalau memang ada yang sakit saat bekerja disini, kita rawat saja.

Semua sudah kita siapkan mekanismenya“ tandas  Ketua BTB, Gus Agung didampingi Public & Media Relations GIPIBALI/BTB, Grace Jeanie.

Gus Agung mengajak masyarakat dan semua stakeholder pariwisata untuk tetap bergandengan tangan serta menciptakan situasi yang kondusif dan menyambut

berjalannya program Work from Bali dengan protocol kesehatan yang ketat dalam pelaksanaan dan pengawasannya.

Ketua ASITA Bali, Ketut Ardana juga menyampaikan Work From Bali ini satu program  yang menarik. “Menurut kami dari ASITA sepanjang Prokes dilakukan dengan ketat dan tegas seharusnya bukan PPDN ini menjadi pemicu lonjakan Covid karena yang datang itu adalah orang-orang sehat.

Artinya pada saat mereka akan datang ke Bali (WFB ) mereka seharusnya sudah memenuhi aturan Prokes, test antigen harus negatif jika sudah di vaksin lebih bagus lagi.

Jadi, kecil kemungkinan ada yang lolos masuk ke Bali kondisi terjangkit. Dan kami juga melihat bahwa masyarakat Bali relatif sangat tertib dalam menjalankan prokes,” beber Ardana.

“Kami berharap WFB bisa berjalan dengan baik, saat ini ada 400 anggota kami, tentunya pasti akan berdampak bagi anggota kami juga. Pasti ada pemesanan tiket, hotel dan lainnya,” tandasnya. 

DENPASAR – Pembatalan pembukaan pariwisata Bali Juli mendatang akibat meningkatnya kasus positif covid-19 di Pulau Jawa membuat kecewa pelaku wisata di Pulau Dewata.

Berbagai persiapan yang sudah dilakukan serasa sia-sia. Sementara ekonomi masyarakat Bali kian terpuruk akibat pandemi yang tidak berkesudahan.

Kekecewaan itu dilontarkan Ketua Angkutan Pariwisata Bali I Nyoman Sudiartha. Menurut Sudiartha, pernyataan Work From Bali (WFB) penyebab covid di Bali naik merugikan pariwisata Bali.

Sudiartha pun minta data Covid dibuka saja, karena  masyarakat Bali sudah melakukan prokes seketat-ketatnya.

“Apa benar karena WFB? WFB ini sangat membantu pariwisata Bali meski volumenya masih kecil saat ini. Kami sangat merasakan. Mohon kiranya, jangan di politisasi kondisi kami.

Kami sangat berharap pariwisata bisa pulih kembali. Atau kami akan akan turun ke jalan utk kelangsungan hidup kami. Kami punya banyak tanggungan selain usaha kami,” ujar Sudiartha.

Keraguan terhadap pernyataan tersebut juga disampaikan oleh Bayu Adisastra, pengusaha hotel dan pusat perbelanjaan di Bali. 

Menurut, Bayu ada yang kurang pas dengan pernyataan tersebut. “Mungkin salah kutip ya, dan jika dilihat data hari ini kan hanya 20 saja karena perjalanan

dalam negeri selebihnya  karena transmisi lokal di Denpasar dan Badung. Saya tidak yakin ini karena WFB,” tandas Bayu Adisastra.

Dampak WFB ini, menurut Bayu, sangat baik bagi perekonomian Bali, apalagi saat ini bertepatan dengan libur sekolah. 

 “Di hotel saya sempat occupancy menyentuh 25 %, ini kan bagus. Justru program WFB ini lebih banyak dampak positifnya bagi masyarakat Bali. Belum lagi bagi UMKM di Bali juga.

Yang harus dilakukan adalah pengetatan pengawasan di pintu masuk Bali misalkan pelabuhan dan kalau perlu ada cek random di Bali.

Dan, Bali justru relatif terkendali dibandingkan daerah lain apalagi vaksinasi berjalan dengan sangat baik,” tuturnya. 

Justru yang dikhawatirkan adalah meningkatnya kasus covid-19 di Pulau Jawa. Peningkatan kasus ini membuat cemas pelaku pariwisata dan MICE di Bali.

“Saat ini yang kami khawatirkan karena adanya peningkatan kasus di Jawa akan mengakibatkan pembatasan bepergian Kementerian dan Lembaga serta BUMN ke Bali.

Padahal dengan program Work from Bali yang baru berjalan beberapa waktu ini, dampaknya sudah mulai terasa meskipun volumenya masih kecil,

khususnya bagi kawan-kawan UMKM dan pelaku usaha pariwisata.  Hotel saya occupancy sempat 25% atau terisi 70 kamar,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Putu Gede Wiwin Gunawasika, Ketua Bali MICE Forum (BMF) yang terlibat bersama 10 PCO/EO pengurus BMF melakukan audiensi ke sekitar 29 K/L dan BUMN mendampingi pemprov Bali.

“Program ini belum mulai, baru akan berjalan. Meskipun secara sporadis kami melihat sudah mulai ada pergerakan K/L BUMN ke Bali secara langsung tanpa melalui kami.

Kami hanya berharap tidak berimbas pada pembatasan ke Bali. Jika Bali relatif aman hingga saat ini. Sebagian besar sudah zona hijau dan kuning.

Dan, kami juga membantah jika efek WFB yang membuat kenaikan covid di Bali. Lha kita ini belum ada apa-apa dengan program WFB. Belum ada arrangement yang masuk melalui kami saat ini,” tuturnya.

Dan terkait protokol kesehatan Wiwin menyatakan bahwa Bali sudah sangat siap. Karena persiapan menuju open border pun sudah dilakukan.

Apalagi masyarakat di Bali sangat sadar bahwa  sebagian besar mata pencaharian bertumpu pada pariwisata.

Sehingga pelaksanaan prokes di Bali sangat ketat pun pengawasannya. “Masak iya kami akan merusak periuk nasi kami sendiri,” tandasnya. 

“Karena situasi pandemic hal seperti ini sangat normal terjadi, keadaan akan naik turun sampai herd immunity terbentuk, jangan terlalu berlebihan.

Saya  berbicara dengan data dan fakta di lapangan, bahwa 3 green zone (Sanur, Ubud, Nusa Dua) sebagai rujukan tempat WFB masih sangat terkendali.

Dalam situasi saat ini kita justru harus bersatu. Kalau memang ada yang sakit saat bekerja disini, kita rawat saja.

Semua sudah kita siapkan mekanismenya“ tandas  Ketua BTB, Gus Agung didampingi Public & Media Relations GIPIBALI/BTB, Grace Jeanie.

Gus Agung mengajak masyarakat dan semua stakeholder pariwisata untuk tetap bergandengan tangan serta menciptakan situasi yang kondusif dan menyambut

berjalannya program Work from Bali dengan protocol kesehatan yang ketat dalam pelaksanaan dan pengawasannya.

Ketua ASITA Bali, Ketut Ardana juga menyampaikan Work From Bali ini satu program  yang menarik. “Menurut kami dari ASITA sepanjang Prokes dilakukan dengan ketat dan tegas seharusnya bukan PPDN ini menjadi pemicu lonjakan Covid karena yang datang itu adalah orang-orang sehat.

Artinya pada saat mereka akan datang ke Bali (WFB ) mereka seharusnya sudah memenuhi aturan Prokes, test antigen harus negatif jika sudah di vaksin lebih bagus lagi.

Jadi, kecil kemungkinan ada yang lolos masuk ke Bali kondisi terjangkit. Dan kami juga melihat bahwa masyarakat Bali relatif sangat tertib dalam menjalankan prokes,” beber Ardana.

“Kami berharap WFB bisa berjalan dengan baik, saat ini ada 400 anggota kami, tentunya pasti akan berdampak bagi anggota kami juga. Pasti ada pemesanan tiket, hotel dan lainnya,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/