27.8 C
Jakarta
12 Desember 2024, 1:03 AM WIB

Reboisasi Sukses, Hutan Objek Wisata Alas Kedaton Bertambah Jadi 12 Ha

TABANAN – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Bali melakukan verifikasi lapangan ke Daya Tarik Wisata Alas Kedaton, Desa Kukuh, Marga, Tabanan, kemarin.

Pasalnya tahun ini, Desa Pakraman Kukuh selaku pengelola Alas Kedaton diusulkan sebagai penerima penghargaan Kalpataru 2019 kategori penyelamat lingkungan. 

Perbekel Desa Kukuh I Made Sugianto selaku pengelola DTW Alas Kedaton mengatakan, Desa Kukuh tahun 2019 ini diusulkan sebagai penerima Kalpataru.

Usulan ini diajukan tidak lepas dari konsistensi menjaga luas hutan yang ada di DTW Alas Kedaton. Dia mengaku luas hutan adat awalnya 8 hektare, kini bertambah menjadi 12 hektare.

Itu berkat adanya upaya reboisasi yang sudah dilaksanakan warga adat. “Upaya lainnya yakni pelestarian kera juga habitat bukal atau kelelawar ukuran besar.

Populasi bukal hampir punah. Beruntung dua warga Kukuh berhasil mengembangbiakkan bukal sehingga terhindar dari kepunahan,” terangnya. 

Sugianto menambahkan, Alas Kedaton yang lestari telah memberikan dampak positif untuk ekologi, budaya, dan ekonomi bagi masyarakat Kukuh dan sekitarnya.

Positif ekologi dibuktikan dengan sumber mata air yang terjaga hingga jarak 10 kilometer dari kawasan hutan.

Di ujung utara Alas Kedaton ada Ulun Danu (embung) yang airnya tetap terjaga untuk mengairi persawahan di dua subak.

Bahkan sumber airnya dimanfaatkan untuk konsumsi lembaga pemerintah. Demikian pula di sekitar hutan banyak mata air yang debitnya konstan meski musim kemarau.

Secara budaya, ada tradisi mapeed gebogan saat Tumpek Uye untuk persembahan kepada sarwa sato atau binatang yang hidup di Alas Kedaton. 

“Bahkan, tradisi ini berdampak pada ekonomi yakni meningkatkan jumlah kunjungan ke DTW Alas Kedaton dan buah-buahan lokal terserap untuk bahan gebobagan (gunungan buah),” bebernya.

Pihaknya berharap DTW Alas Kedaton yang berada di wilayah Desa Kukuh, mampu meraih trofi Kalpataru. Karena tahun 2014 dan 2015 Desa Kukuh hanya mendapat nominasi Kalpataru penyelamat lingkungan.

Kepala Bidang Peningkatan Kapasitas DLH Bali, I Putu Goantika Binastra, mengaku konsistensi masyarakat adat Kukuh

melestarikan dan menjaga hutan bahkan menambah luasan kawasan hutan, menjadi acuan untuk diusulkan sebagai penerima Kalpataru. 

“Upaya pelestarian lingkungan terus dilakukan. Tidak lingkungan tetapi juga habitat hewan yang hidup di hutan alas kedaton juga ikut dijaga keselamatannya,” pungkasnya. 

TABANAN – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Bali melakukan verifikasi lapangan ke Daya Tarik Wisata Alas Kedaton, Desa Kukuh, Marga, Tabanan, kemarin.

Pasalnya tahun ini, Desa Pakraman Kukuh selaku pengelola Alas Kedaton diusulkan sebagai penerima penghargaan Kalpataru 2019 kategori penyelamat lingkungan. 

Perbekel Desa Kukuh I Made Sugianto selaku pengelola DTW Alas Kedaton mengatakan, Desa Kukuh tahun 2019 ini diusulkan sebagai penerima Kalpataru.

Usulan ini diajukan tidak lepas dari konsistensi menjaga luas hutan yang ada di DTW Alas Kedaton. Dia mengaku luas hutan adat awalnya 8 hektare, kini bertambah menjadi 12 hektare.

Itu berkat adanya upaya reboisasi yang sudah dilaksanakan warga adat. “Upaya lainnya yakni pelestarian kera juga habitat bukal atau kelelawar ukuran besar.

Populasi bukal hampir punah. Beruntung dua warga Kukuh berhasil mengembangbiakkan bukal sehingga terhindar dari kepunahan,” terangnya. 

Sugianto menambahkan, Alas Kedaton yang lestari telah memberikan dampak positif untuk ekologi, budaya, dan ekonomi bagi masyarakat Kukuh dan sekitarnya.

Positif ekologi dibuktikan dengan sumber mata air yang terjaga hingga jarak 10 kilometer dari kawasan hutan.

Di ujung utara Alas Kedaton ada Ulun Danu (embung) yang airnya tetap terjaga untuk mengairi persawahan di dua subak.

Bahkan sumber airnya dimanfaatkan untuk konsumsi lembaga pemerintah. Demikian pula di sekitar hutan banyak mata air yang debitnya konstan meski musim kemarau.

Secara budaya, ada tradisi mapeed gebogan saat Tumpek Uye untuk persembahan kepada sarwa sato atau binatang yang hidup di Alas Kedaton. 

“Bahkan, tradisi ini berdampak pada ekonomi yakni meningkatkan jumlah kunjungan ke DTW Alas Kedaton dan buah-buahan lokal terserap untuk bahan gebobagan (gunungan buah),” bebernya.

Pihaknya berharap DTW Alas Kedaton yang berada di wilayah Desa Kukuh, mampu meraih trofi Kalpataru. Karena tahun 2014 dan 2015 Desa Kukuh hanya mendapat nominasi Kalpataru penyelamat lingkungan.

Kepala Bidang Peningkatan Kapasitas DLH Bali, I Putu Goantika Binastra, mengaku konsistensi masyarakat adat Kukuh

melestarikan dan menjaga hutan bahkan menambah luasan kawasan hutan, menjadi acuan untuk diusulkan sebagai penerima Kalpataru. 

“Upaya pelestarian lingkungan terus dilakukan. Tidak lingkungan tetapi juga habitat hewan yang hidup di hutan alas kedaton juga ikut dijaga keselamatannya,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/