RadarBali.com – Masuk tahun ke delapan, Denpasar Film Festival (DFF) hadir dengan tema Air, Perempuan, dan Anak-anak.
Ini adalah bentuk kepedulian dari festival ini terhadap ancaman krisis air di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di Bali, yang jika tidak ada langkah mitigasi akan menjadi nyata dan sulit untuk ditangani.
Dodek Febriyantow Sukahet, Manager Program DFF 2017 menilai di saat krisis air terjadi, maka yang paling menderita adalah para perempuan dan anak-anak.
“Itulah sebabnya kami mengangkatnya sebagai tema pada tahun ini,” ujarnya. Menurut Dodek, seperti tahun-tahun sebelumnya, program-program dalam festival film besutan Yayasan Bali Gumanti yang didukung Dinas Kebudayaan Kota Denpasar tersebut mencakup pelatihan, pemutaran film, pendampingan produksi, pameran, diskusi, dan lomba.
“Konsisten dengan penyelenggaraan sebelumnya, inti dari program-program DFF adalah edukasi, apresiasi, dan kompetisi. Dan setiap tahun seluruh mata acara ditingkatkan kualitasnya baik dalam penyelenggaraan maupun kontennya,” sambungnya.
Di ajang DFF 2017, Dodek menjelaskan, akan diisi lomba film dokumenter, lomba resensi film dokumenter, putar dan diskusi film unggulan, pameran Foto Project 88, dan malam penganugerahan.
Bebernya, lomba film dokumenter diselenggarakan antara 1 Maret-30 Juni 2017 melibatkan para pembuat film dokumenter di seluruh Tanah Air.
Lomba resensi film dokumenter diselenggarakan pada kurun 1 Maret- 31 Juli 2017 melibatkan para publik di seluruh Bali.
Adapun program pemutaran, diskusi, dan pameran foto esai berlangsung pada pertengahan bulan Agustus 2016.
Di mana seluruh rangkaian acara itu ditutup dengan acara puncak yakni Malam Penganugerahan yang akan digelar pada 21 September 2017.
“Hadiah total seluruh lomba dalam DFF tak kurang dari Rp 75 juta,” pungkasnya. Untuk Dewan Juri DFF 2017, kata Dodek, akan melibatkan Slamet Rahardjo Djarot (Jakarta, Sineas), Panji Wibowo (Jakarta, Sineas), Rio Helmi (Ubud, Fotografer), I Made Bandem (Denpasar, Etnomusikolog), dan I Wayan Juniartha (Denpasar, Jurnalis).
Dewan kurator DFF 2017 tak kalah mentereng. Mereka adalah Putu Kusuma Wijaya (Buleleng, Sutradara, Alumni Dutch Film School, Amsterdam), Tonny Trimarsanto (Klaten, Sutradara, Peraih Lima Penghargaan Internasional di Bidang Dokumenter), dan Gerzon Ron Ayawaila (Jakarta, Dosen IKJ, Alumni Universiteit van Amsterdam).