31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 9:38 AM WIB

Meketekan, Tradisi Unik Warga Taro Data Warga Secara Niskala

GIANYAR – Tradisi unik dengan menghitung jumlah warga di Banjar Patas, Desa Taro, Tegallalang, Gianyar, berlangsung turun temurun.

Tradisi layaknya petugas catatan sipil itu berlangsung di areal Pura Dalem Desa Pakraman Taro pada Selasa malam (21/11) lalu.

Warga yang didata merupakan bayi yang baru lahir dan orang tua, dengan harapan diberi keselamatan. Pendataan warga itu disebut dengan Maketekan yang digelar setiap tahun sekali.

Tradisi yang berlangsung turun temurun itu diyakini warga sebagai hari baik memulai menapak kehidupan untuk satu tahun ke depan. Usai mendata, warga itu harus membayar kaul.

Kaul berupa aci keburan ayam, merupakan pembayaran kaul untuk setiap warga dengan jenis kelamin laki-laki, sedangkan kaul sesajen penek, dikhususkan untuk seluruh warga perempuan.

Semua kaul ini dihaturkan di Pura Dalem setempat dan diikuti oleh seluruh warga.

Kelihan Adat Banjar Patas, I Made Jojol,  menyatakam, tradisi Maketekan  ini rutin digelar warga setiap setahun sekali.

“Tujuannya untuk menghitung jumlah jiwa dari bayi baru lahir hingga orang tua,” ujar I Made Jojol. Kata dia, warga didata, dari baru lahir sampai orang tua.

“Ketika dihitung setiap jiwa diwajibkan untuk menyetorkan uang kepeng bolong yang kemudian dihitung oleh prajuru adat setempat,” jelasnya.

Penghitungan inipun dilakukan di areal pura dan disaksikan oleh seluruh warga sebelum akhirnya dilakukan persembahyangan bersama.

Dengan Krama Desa pengarep hanya 24 krama, tradisi Maketekan ini sebagai salah satu cara pendataan warga secara niskala.

Sekaligus memohonkan keselamatan dan kelancaran dalam menjalankan segala bentuk aktivitas.

Dengan tradisi Maketekan ini juga memudahkan menghitung perkembangan jumlah warga dalam kurun waktu satu tahun.

Dalam tradisi, tercatat jumlah penduduk Banjar Patas saat ini sejumlah 494 jiwa. Jumlah itu meningkat dari tahun sebelumnya sejumlah 486 jiwa.

GIANYAR – Tradisi unik dengan menghitung jumlah warga di Banjar Patas, Desa Taro, Tegallalang, Gianyar, berlangsung turun temurun.

Tradisi layaknya petugas catatan sipil itu berlangsung di areal Pura Dalem Desa Pakraman Taro pada Selasa malam (21/11) lalu.

Warga yang didata merupakan bayi yang baru lahir dan orang tua, dengan harapan diberi keselamatan. Pendataan warga itu disebut dengan Maketekan yang digelar setiap tahun sekali.

Tradisi yang berlangsung turun temurun itu diyakini warga sebagai hari baik memulai menapak kehidupan untuk satu tahun ke depan. Usai mendata, warga itu harus membayar kaul.

Kaul berupa aci keburan ayam, merupakan pembayaran kaul untuk setiap warga dengan jenis kelamin laki-laki, sedangkan kaul sesajen penek, dikhususkan untuk seluruh warga perempuan.

Semua kaul ini dihaturkan di Pura Dalem setempat dan diikuti oleh seluruh warga.

Kelihan Adat Banjar Patas, I Made Jojol,  menyatakam, tradisi Maketekan  ini rutin digelar warga setiap setahun sekali.

“Tujuannya untuk menghitung jumlah jiwa dari bayi baru lahir hingga orang tua,” ujar I Made Jojol. Kata dia, warga didata, dari baru lahir sampai orang tua.

“Ketika dihitung setiap jiwa diwajibkan untuk menyetorkan uang kepeng bolong yang kemudian dihitung oleh prajuru adat setempat,” jelasnya.

Penghitungan inipun dilakukan di areal pura dan disaksikan oleh seluruh warga sebelum akhirnya dilakukan persembahyangan bersama.

Dengan Krama Desa pengarep hanya 24 krama, tradisi Maketekan ini sebagai salah satu cara pendataan warga secara niskala.

Sekaligus memohonkan keselamatan dan kelancaran dalam menjalankan segala bentuk aktivitas.

Dengan tradisi Maketekan ini juga memudahkan menghitung perkembangan jumlah warga dalam kurun waktu satu tahun.

Dalam tradisi, tercatat jumlah penduduk Banjar Patas saat ini sejumlah 494 jiwa. Jumlah itu meningkat dari tahun sebelumnya sejumlah 486 jiwa.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/