SEMARAPURA– Kebakaran yang terjadi di kawasan Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) Sente, Desa Pikat, Kecamatan Dawan beberapa hari lalu masih menyisakan asap pekat.
Bahkan akibat tebalnya asap bekas kebakaran, warga di sekitar lokasi TOSS Sente mulai keluhkan efek kebakaran.
Selain berbau tidak sedap, akibat kebakaran, warga juga mengeluhkan sesak nafas dan hidung perih.
Berdasarkan pantauan di TOSS Sente, terlihat asap mengepul dari celah-celah sampah yang menggunung.
Meski asap yang keluar cukup pekat dan berbau, sejumlah pemulung tetap nekat mengais-ngais sampah organik dan non organik yang bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak dan dijual ke pengepul barang rongsokkan.
Salah seorang pemulung, Wayan Wardana warga Desa Dawan Kaler saat ditemui ketika sedang memulung mengungkapkan sekitar seminggu yang lalu, tumpukan sampah yang ada di TOSS Sente terbakar.
Atas peristiwa tersebut, tim Pemadam Kebakaran Klungkung telah melakukan pemadaman dan api pun padam. Hanya saja sampai saat ini asap pekat masih terus muncul dari sela-sela tumpukan sampah tersebut.
“Sudah semingguan asap keluar dari tumpukan sampah. Setiap hari disiram sama pemadamnya, tapi terus keluar asap,” katanya.
Sebenarnya ia merasa tidak nyaman berada di TOSS Sente. Apalagi jika sudah terlalu lama berada di tempat itu, ia kerap merasa sesak dan hidung pun terasa perih. Namun karena hanya dari memulung di TOSS Sente ia bisa membiayai hidupnya sehari-hari, maka ketidaknyamanan itu diabaikannya.
“Saya dan istri hanya bekerja sebagai pemulung. Hampir setahun saya memulung di sini. Kalau teman-teman yang lain sudah lama,” tandasnya.
Sementara itu, Ketut Suardana, 35 salah seorang warga Desa Dawan Kaler yang tinggal tidak jauh dari TOSS Sente mengungkapkan hampir seminggu terakhir asap pekat keluar dari tumpukan sampah di TOSS Sente.
Asap tersebut keluar setelah kebakaran cukup besar terjadi di tumpukan sampah itu. “Asapnya pekat sekali dan baunya keras sampai buat hidung perih,” katanya.
Menurutnya, sebaran asap tergantung arah angin. Biasanya asap akan mengarah ke rumahnya sekitar pukul 13.00 hingga malam hari. Jika asap mulai mengarah ke rumahnya, ia biasanya tidak memperbolehkan anak-anaknya yang berusia 3 tahun dan 7 tahun ke luar rumah.
“Ada rasa kekhawatiran nanti anak saya sesak nafas. Kalau saat ini, belum sampai sesak nafas,” terangnya.
Menurutnya pemerintah sudah berusaha menghentikan keluarnya asap dengan menyiramkan air ke tumpukan sampah itu setiap hari. Hanya saja sampai saat ini tidak menuaikan hasil. “Saya sangat berharap ada upaya maksimal dari pemerintah agar asap ini tidak keluar karena sudah sangat mengganggu. Untuk pemberian masker, belum ada,” tandas Suardana.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP) Kabupaten Klungkung, Anak Agung Kirana meminta maaf kepada masyarakat yang terdampak asap pekat akibat peristiwa kebakaran yang terjadi di TOSS Sente beberapa waktu lalu.
Adapun pihaknya telah berupaya untuk menghentikan asap pekat yang keluar dari tumpukan sampah itu dengan terus menyemprotkan air hingga empat tangki per hari serta dibantu pula oleh tim Pemadam Kebakaran. Hanya saja sampai saat ini asap pekat belum juga hilang.
Dalam waktu dekat pihaknya akan memberikan masker untuk warga yang terdampak. “Kebakaran terjadi hari Jumat (22/6). Itu karena terjadi akumulasi gas metana di dalam tumpukan sampah yang akhirnya keluar dan menyebabkan kebakaran.
Gas metana berakumulasi karena pada hari Selasa sempat turun hujan dan kemudian bertutur cuaca cukup terik,” tukasnya.