RadarBali.com – Musim paceklik ikan tidak hanya dirasakan nelayan, petani tambak udang Jembrana juga mengalami paceklik sejak setahun terakhir.
Salah satunya, petani tambak udang yang ada di daerah Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara. Belasan hektare tambak udang ditinggalkan hingga mengering.
Macetnya produksi tambak udang di Kelurahan Lelateng ini, menurut Nengah Suwenia, salah seorang pemilik lahan tambak, disebabkan beberapa faktor.
Di antaranya, masalah harga udang yang tidak menentu dan cenderung merosot setiap musim panen udang.
“Kalau harganya murah, sulit bagi kami bertahan. Sementara istirahat dulu,” ungkapnya. Rendahnya harga udang tidak sebanding dengan biaya operasional untuk petani udang yang dikeluarkan.
Harga pakan untuk udang sangat mahal. Akibatnya, satu-persatu petani menutup tambaknya dan beralih memelihara ikan. Bahkan, tambak yang tidak digunakan sama sekali dibiarkan mengering.
Faktor lainnya, petani tambak mencurigai dampak racun ikan yang ditebar pencari ikan di sungai. Tudingan Suwenia bukannya tanpa alasan. Dia pernah memergoki warga yang meracuni ikan dengan decis.
Padahal, saat pasang air sungai dimasukkan ke dalam tambak udang. “Akhirnya banyak udang yang mati,” imbuhnya.
Padahal, dari faktor cuaca, saat ini adalah musim yang tepat untuk menebar benih udang. “Tapi, tak ada yang berani karena takut ada yang meracuni tambak udangnya,” pungkasnya.