32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 16:17 PM WIB

Tradisi Ngoncang saat Gerhana, Ini Maknanya Menurut Versi Hindu…

SINGARAJA – Fenomena Gerhana Bulan Rabu (31/1) malam mendapat respons luar biasa dari seluruh masyarakat dunia, Indonesia, bahkan Bali.

Ada yang secara khusus mengamati langsung gerhana, tapi juga ada yang melakukan ritual adat untuk mengusir energi negatif.

Seperti yang dilakukan warga di Lingkungan Banjar Paketan, Kelurahan Paket Agung. Warga melakukan tradisi ngoncang atau memukul lesung.

Tokoh masyarakat Banjar Paketan, Nyoman Susila Warsa mengungkapkan, warga Banjar Paketan memang biasa menggelar ritual ngoncang saat terjadi purnama kepangan atau gerhana bulan.

Apabila dikaitkan dengan mitologi Hindu, kata Susila, bulan diyakini hendak ditelan oleh Sang Kala Rau. Sang Kala Rau adalah raksasa yang berwujud kepala tanpa tubuh.

“Umat ingin agar bulan kembali sempurna. Jadi ada yang pukul ketungan (lesung, Red). Tujuannya ya biar ramai, biar Sang Kala Rau terganggu.

Jadi dia terburu-buru menelan bulan. Kalau sudah ditelan, bulan itu akan terlihat lagi karena Kala Rau ini tidak punya badan. Hanya kepala,” jelas Susila.

Ia berharap fenomena itu harus dilestarikan. Lantaran secara mitologi, gerhana selalu dikaitkan dengan energi negatif.

“Sehingga apapun yang kaitannya dengan energi negatif agar cepat ditangani. Walau itu hanya dengan harapan dan doa,” tandasnya. 

SINGARAJA – Fenomena Gerhana Bulan Rabu (31/1) malam mendapat respons luar biasa dari seluruh masyarakat dunia, Indonesia, bahkan Bali.

Ada yang secara khusus mengamati langsung gerhana, tapi juga ada yang melakukan ritual adat untuk mengusir energi negatif.

Seperti yang dilakukan warga di Lingkungan Banjar Paketan, Kelurahan Paket Agung. Warga melakukan tradisi ngoncang atau memukul lesung.

Tokoh masyarakat Banjar Paketan, Nyoman Susila Warsa mengungkapkan, warga Banjar Paketan memang biasa menggelar ritual ngoncang saat terjadi purnama kepangan atau gerhana bulan.

Apabila dikaitkan dengan mitologi Hindu, kata Susila, bulan diyakini hendak ditelan oleh Sang Kala Rau. Sang Kala Rau adalah raksasa yang berwujud kepala tanpa tubuh.

“Umat ingin agar bulan kembali sempurna. Jadi ada yang pukul ketungan (lesung, Red). Tujuannya ya biar ramai, biar Sang Kala Rau terganggu.

Jadi dia terburu-buru menelan bulan. Kalau sudah ditelan, bulan itu akan terlihat lagi karena Kala Rau ini tidak punya badan. Hanya kepala,” jelas Susila.

Ia berharap fenomena itu harus dilestarikan. Lantaran secara mitologi, gerhana selalu dikaitkan dengan energi negatif.

“Sehingga apapun yang kaitannya dengan energi negatif agar cepat ditangani. Walau itu hanya dengan harapan dan doa,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/