33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:53 PM WIB

Properti Mewah Turun, Rumah Subsidi Naik

RadarBali.com – Mahalnya harga tanah di tengah melemahnya daya beli masyarakat membuat permintaan properti kelas menengah dan mewah mengalami penurunan.

Namun yang menarik, permintaan properti kelas bawah justru naik tajam. Apalagi, setelah ada program Rumah Murah Bersubsidi yang digagas Presiden Joko Widodo.

Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Bali Pande Agus Permana Widura mengungkapkan, semester I 2017, permintaan rumah bersubsidi mencapai 50 persen dari kuota yang diberikan untuk Bali.

Bali sendiri mendapat jatah Rumah Murah Subsidi 3.500 unit. Dari jumlah tersebut, REI Bali ditunjuk pemerintah sebagai penyalur rumah murah untuk masyarakat.

“Yang kami tangani ada tiga kabupaten di Bali, mulai Buleleng, Karangasem, dan Jembrana,” tutur Pande Agus Permana Widura, Kamis (3/8) kemarin.

Ragam kemudahan dan keringanan kredit membuat masyarakat Bali berbondong-bondong membeli rumah bersubsidi. Keringanan pengajuan KPR, misalnya, hanya dikenakan DP 30 persen.

Selain itu bunga yang dikenakan oleh pihak bank hanya 5 persen dari harga rumah bersubsidi sebesar Rp 141 juta –an.

“Tiap tahun harganya naik 5 persen. Namun, ada syarat untuk mendapatkan rumah ini. Salah satunya pembeli harus langsung menempati dan belum punya rumah sebelumnya,” jelas Pande Agus Permana.

Dari keseluruhan lokasi pembangunan rumah bersubsidi di Bali, Buleleng mendapat jatah terbanyak. Proyeksi pembangunan mencapai 2.600 unit dan sudah terealisasi setengahnya.

 Disinggung mengenai penjualan properti kelas mewah, Pande mengaku saat ini menurun hingga 30 persen. Bahkan, dari segi harga saat ini mengalami penurunan.

Dulu harga rumah mewah berada di kisaran Rp 2 miliar lebih. Namun, sekarang hanya mencapai Rp 1,7 miliar.

“Pengembangan (rumah mewah) kebanyakan di wilayah Jimbaran dan Renon. Itupun hanya beberapa. Sejak 2014 permintaan (rumah mewah) sangat sepi. Kalau untuk kelas menengah stagnan saja,” kata Pande Agus Permana.

Penyebab menurunnya daya beli masyarakat untuk rumah mewah dan menengah ini lantaran harga tanah yang mahal.

Sementara daya jangkau masyarakat untuk membeli tidak sampai lantaran budget yang minim. Kata dia, ada beberapa cara untuk meningkatkan daya beli masyarakat terhadap properti di Bali.

Salah satunya adalah memangkas luas kavling tanah. “Misalnya kalau satu are, bisa dipangkas menjadi 70 meter. Dengan luas tanah satu are, biasanya dijual Rp 500 juta, karena luasnya dikurangi hanya dijual Rp 300 juta. Jadinya, bisa laku keras,” pungkasnya.

RadarBali.com – Mahalnya harga tanah di tengah melemahnya daya beli masyarakat membuat permintaan properti kelas menengah dan mewah mengalami penurunan.

Namun yang menarik, permintaan properti kelas bawah justru naik tajam. Apalagi, setelah ada program Rumah Murah Bersubsidi yang digagas Presiden Joko Widodo.

Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Bali Pande Agus Permana Widura mengungkapkan, semester I 2017, permintaan rumah bersubsidi mencapai 50 persen dari kuota yang diberikan untuk Bali.

Bali sendiri mendapat jatah Rumah Murah Subsidi 3.500 unit. Dari jumlah tersebut, REI Bali ditunjuk pemerintah sebagai penyalur rumah murah untuk masyarakat.

“Yang kami tangani ada tiga kabupaten di Bali, mulai Buleleng, Karangasem, dan Jembrana,” tutur Pande Agus Permana Widura, Kamis (3/8) kemarin.

Ragam kemudahan dan keringanan kredit membuat masyarakat Bali berbondong-bondong membeli rumah bersubsidi. Keringanan pengajuan KPR, misalnya, hanya dikenakan DP 30 persen.

Selain itu bunga yang dikenakan oleh pihak bank hanya 5 persen dari harga rumah bersubsidi sebesar Rp 141 juta –an.

“Tiap tahun harganya naik 5 persen. Namun, ada syarat untuk mendapatkan rumah ini. Salah satunya pembeli harus langsung menempati dan belum punya rumah sebelumnya,” jelas Pande Agus Permana.

Dari keseluruhan lokasi pembangunan rumah bersubsidi di Bali, Buleleng mendapat jatah terbanyak. Proyeksi pembangunan mencapai 2.600 unit dan sudah terealisasi setengahnya.

 Disinggung mengenai penjualan properti kelas mewah, Pande mengaku saat ini menurun hingga 30 persen. Bahkan, dari segi harga saat ini mengalami penurunan.

Dulu harga rumah mewah berada di kisaran Rp 2 miliar lebih. Namun, sekarang hanya mencapai Rp 1,7 miliar.

“Pengembangan (rumah mewah) kebanyakan di wilayah Jimbaran dan Renon. Itupun hanya beberapa. Sejak 2014 permintaan (rumah mewah) sangat sepi. Kalau untuk kelas menengah stagnan saja,” kata Pande Agus Permana.

Penyebab menurunnya daya beli masyarakat untuk rumah mewah dan menengah ini lantaran harga tanah yang mahal.

Sementara daya jangkau masyarakat untuk membeli tidak sampai lantaran budget yang minim. Kata dia, ada beberapa cara untuk meningkatkan daya beli masyarakat terhadap properti di Bali.

Salah satunya adalah memangkas luas kavling tanah. “Misalnya kalau satu are, bisa dipangkas menjadi 70 meter. Dengan luas tanah satu are, biasanya dijual Rp 500 juta, karena luasnya dikurangi hanya dijual Rp 300 juta. Jadinya, bisa laku keras,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/