31.6 C
Jakarta
26 November 2024, 11:14 AM WIB

Dampak Penerapan Rujukan Online, Kunjungan ke RS Buleleng Turun Parah

SINGARAJA – Jumlah kunjungan pasien ke RSUD Buleleng mengalami penurunan drastis, sejak aturan rujukan online diterapkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Tak tanggung-tanggung, jumlah kunjungan menurun hingga nyaris separonya. Praktis hal itu berdampak pada pendapatan rumah sakit.

Kondisi itu cukup dilematis. Pasalnya RSUD Buleleng dituntut meningkatkan pendapatan pada tahun 2019 mendatang.

Peningkatannya pun cukup signifikan. Dari tadinya Rp 135 miliar, diproyeksikan naik menjadi Rp 167 miliar.

Data di RSUD Buleleng menunjukkan, angka kunjungan pasien rawat jalan tadinya rata-rata mencapai 500 orang pasien per hari.

Namun sejak medio September lalu, tingkat kunjungan turun menjadi 250 orang pasien per hari. Bukan hanya angka pasien rawat inap, juga mengalami penurunan hingga 40 persen.

Tadinya jumlah pasien rawat inap mencapai 60 orang per hari. Sejak rujukan online diterapkan, kini jumlah pasien rawat inap hanya 35 orang per hari.

“Memang cukup signifikan penurunannya. Tapi kami juga tidak bisa berbuat banyak. Karena ini kan kebijakan dari luar.

Jadi kami hanya mengikuti peraturan saja,” kata Dirut RSUD Buleleng dr. Gede Wiartana kemarin. Meski jumlah pasien turun, Wiartana menyebut kondisi itu tak banyak memengaruhi kondisi rumah sakit.

Sebab sejumlah pembiayaan rumah sakit juga mengalami penurunan. Sebut saja biaya pembelian obat serta belanja makan pasien.

Sementara pembiayaan lain seperti listrik, air, telepon, serta sumber daya manusia, tetap stabil. Justru hal yang memengaruhi kondisi keuangan rumah sakit, adalah proses pembayaran klaim biaya kesehatan.

“Kalau toh kunjungan turun, belanja kami di barang habis pakai itu juga kan turun. Masalah yang kami hadapi sebenarnya kelambatan pembayaran klaim,

ini memengaruhi cash flow keuangan kami. Sementara ini kami masih bisa sih gunakan dana cadangan. Tapi itu kan terbatas,” tandas Wiartana. 

SINGARAJA – Jumlah kunjungan pasien ke RSUD Buleleng mengalami penurunan drastis, sejak aturan rujukan online diterapkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Tak tanggung-tanggung, jumlah kunjungan menurun hingga nyaris separonya. Praktis hal itu berdampak pada pendapatan rumah sakit.

Kondisi itu cukup dilematis. Pasalnya RSUD Buleleng dituntut meningkatkan pendapatan pada tahun 2019 mendatang.

Peningkatannya pun cukup signifikan. Dari tadinya Rp 135 miliar, diproyeksikan naik menjadi Rp 167 miliar.

Data di RSUD Buleleng menunjukkan, angka kunjungan pasien rawat jalan tadinya rata-rata mencapai 500 orang pasien per hari.

Namun sejak medio September lalu, tingkat kunjungan turun menjadi 250 orang pasien per hari. Bukan hanya angka pasien rawat inap, juga mengalami penurunan hingga 40 persen.

Tadinya jumlah pasien rawat inap mencapai 60 orang per hari. Sejak rujukan online diterapkan, kini jumlah pasien rawat inap hanya 35 orang per hari.

“Memang cukup signifikan penurunannya. Tapi kami juga tidak bisa berbuat banyak. Karena ini kan kebijakan dari luar.

Jadi kami hanya mengikuti peraturan saja,” kata Dirut RSUD Buleleng dr. Gede Wiartana kemarin. Meski jumlah pasien turun, Wiartana menyebut kondisi itu tak banyak memengaruhi kondisi rumah sakit.

Sebab sejumlah pembiayaan rumah sakit juga mengalami penurunan. Sebut saja biaya pembelian obat serta belanja makan pasien.

Sementara pembiayaan lain seperti listrik, air, telepon, serta sumber daya manusia, tetap stabil. Justru hal yang memengaruhi kondisi keuangan rumah sakit, adalah proses pembayaran klaim biaya kesehatan.

“Kalau toh kunjungan turun, belanja kami di barang habis pakai itu juga kan turun. Masalah yang kami hadapi sebenarnya kelambatan pembayaran klaim,

ini memengaruhi cash flow keuangan kami. Sementara ini kami masih bisa sih gunakan dana cadangan. Tapi itu kan terbatas,” tandas Wiartana. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/