NEGARA – Setelah sepekan berada di pengungsian, korban banjir bandang sudah mulai meninggalkan pengungsian.
Selain akan menutup posko pengungsian, posko BPBD Jembrana untuk penanganan banjir bandang dipindah ke kantor BPBD Jembrana.
Kalaksa BPBD Jembrana I Ketut Eko Susilo Artha Permana mengatakan, penutupan posko pengungsian menunggu perkembangan terbaru.
“Jika masih ada pengungsi, tidak akan ditutup,” ungkap Eko Susilo. Menurutnya, saat ini dari 22 kepala keluarga yang mengungsi, saat ini hanya tinggal 15 KK yang masih bertahan di pengungsian.
Namun, dari sebagian pengungsian yang bertahan sudah memindahkan barang-barangnya ke rumah kerabatnya. “Sudah banyak yang mau pindah ke rumah kerabatnya,” terangnya.
Karena banyak pengungsi yang sudah kembali dan proses pemulihan berjalan, Posko BPBD Jembrana dipindahkan ke Kantor BPBD Jembrana. S
elanjutnya, penanggungjawab penanganan pemulihan korban bencana banjir pada Camat Mendoyo. “Kami BPBD tetap memantau, tapi penanganan atas koordinasi camat,” terang mantan camat Pekutatan ini.
Sementara itu, Ketua Komisi III DPRD Bali asal Jembrana, I Nengah Tamba, mengingatkan agar korban bencana banjir didata dan diverifikasi secara akurat, sehingga tidak ada korban yang tercecer.
Hasil pendataan dari pihak terkait, yakni BPBD Jembrana akan digunakan untuk mengusulkan bantuan dari pemerintah tingkat provinsi dan pusat. “Kami akan bantu mengusulkan,” terangnya.
Disamping itu, selaku komisi yang membidangi infrastruktur dan pekerjaan umum, akan mengundang sejumlah stakeholder terkait, yakni Dinas PU kabupaten dan Provinsi, Balai Jalan dan Balai Sungai untuk jajak pendapat.
Selain membahas masalah banjir bandang yang telah terjadi dan penanganan korban banjir, pembangunan infrastruktur yang rusak, juga antisipasi kedepan agar tidak terulang lagi.
Banjir bandang Sungai Biluk Poh, perbatasan Desa Penyaringan dengan Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Sabtu (22/12) malam, puluhan rumah warga terendam material yang dibawa banjir, lumpur dan kayu-kayu gelondongan.
Warga yang rumahnya rusak berat, terpaksa mengungsi di posko pengungsian yang disediakan BPBD Jembrana di dua lokasi.
Puluhan rumah hancur dan 55 kepala keluarga dengan 196 jiwa menjadi korban, namun hanya beberapa KK yang mengungsi.