29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:45 AM WIB

Gejala Mirip Corona, Teraphist Spa di Seririt Tewas Usai Batuk & Demam

SERIRIT- Seorang warga Desa Bubunan, Seririt meninggal dunia setelah mengalami gejala sakit mirip Covid-19 (corona).

Perempuan berusia 27 tahun yang diketahui bekerja sebagai teraphist salah satu Spa di Denpasar itu meninggal usai mengalami sakit panas tinggi, demam, dan batuk mirip gejala pasien corona.   

Dari informasi yang diterima Jawa Pos Radar Bali, sebelum meninggal, perempuan muda tersebut, pulang ke kampung halamannya dari Denpasar ke Seririt pada, Minggu (15/3).

Korban memutuskan pulang kampung karena mengalami sakit .

Wanita tersebut sudah berada di rumahnya selama satu minggu. Lantaran kondisinya yang memburuk pada Minggu (22/3) akhirnya melakukan pemeriksaan di RS Pratama Tangguwisia, Seririt.

Hasil pemeriksaan tim medis, wanita itu mengalami demam dan panas tinggi hingga 37,2 derajat celcius.

Oleh tim medis, wanita diminta untuk istirahat di rumahnya isolasi mandiri karena dianggap demam biasa.

Selang beberapa hari kemudian, ternyata kondisinya terus memburuk.

Pihak keluarga kembali melarikan wanita itu ke RS Pratama Tangguwisia Seririt pada Senin (30/3) malam. Namun sayang, hanya beberapa saat berada di RS Pratama Tangguwisia, wanita itu sudah dinyatakan meninggal dunia.

Ketua Satuan Gugus Tugas Penanganan Covid 19 Buleleng Gede Suyasa saat memberikan keterangan perkembangan update penanganan Covit-19 di Buleleng tak menampik jika pihaknya menerima laporan terkait meninggal salah satu warga Seririt tersebut.

Suyasa mengatakan pasien tersebut memang datang ke RS Pratama Tangguwisia (22/3 Maret lalu untuk melakukan pemeriksaan dengan kondisi suhu badan mencapai 37,2 derajat celcius.

Kala itu pihak rumah sakit diminta untuk isolasi mandiri. Jika nanti dalam isolasi mandiri mengalami perkembangan memburuk diharapkan melakukan pemeriksaan lanjutnkan.

“Sudah dua kali yang bersangkutan menjalani pemeriksaan di RS Pratama Tangguwisia Seririt. Sayangnya kondisi wanita tersebut sangat menurun dan tidak sadarkan diri, hingga tidak berselang lama wanita itu sudah meninggal dunia. Jadi belum sampai ada rekomendasi rujukan ke RSUD, pasien sudah meninggal,” terang Suyasa.

Menurut Suyasa untuk sementara pihaknya belum dapat menyimpulkan apakah pasien tersebut susfect Covid-19, karena belum ada bukti dari hasil laboratorium.

Meski gejala klinis yang dialami pasien memang mengarah seperti gejala Covit-19. Dengan gangguan pada paru-paru, deman tinggi diserta gejala batuk-batuk.

“Pasien tersebut sudah dilakukan pemakaman oleh keluarga (30/3) dengan pemakanan menggunakan prosesi jenazah secara Covit -19,” ujar Suyasa.

Lanjutnya untuk Sekarang ini pihaknya melakukan penelusuran terhadap beberapa orang yang kontak langsung dengan warga Seririt tersebut.

Ditemukan ada sebanyak 6 orang yang sempat melakukan kontak dengan pasien. Selanjutnya dilakukan rapid test pada Selasa (31/3) dan hasilnya semua negatif.

Namun, keenam orang tersebut tetap diminta untuk mengisolasi diri di rumah sampai dengan 14 hari kedepan.

“Nah petugas medis yang sempat memeriksa pasien itu tidak di rapid test, karena mereka sudah mengenakan APD. Meski hasilnya negatif, enam orang yang sempat kontan dengan pasien itu akan kami test lagi minggu depan untuk bisa memastikan mereka terbebas dari virus corona,” pungkas Suyasa. 

SERIRIT- Seorang warga Desa Bubunan, Seririt meninggal dunia setelah mengalami gejala sakit mirip Covid-19 (corona).

Perempuan berusia 27 tahun yang diketahui bekerja sebagai teraphist salah satu Spa di Denpasar itu meninggal usai mengalami sakit panas tinggi, demam, dan batuk mirip gejala pasien corona.   

Dari informasi yang diterima Jawa Pos Radar Bali, sebelum meninggal, perempuan muda tersebut, pulang ke kampung halamannya dari Denpasar ke Seririt pada, Minggu (15/3).

Korban memutuskan pulang kampung karena mengalami sakit .

Wanita tersebut sudah berada di rumahnya selama satu minggu. Lantaran kondisinya yang memburuk pada Minggu (22/3) akhirnya melakukan pemeriksaan di RS Pratama Tangguwisia, Seririt.

Hasil pemeriksaan tim medis, wanita itu mengalami demam dan panas tinggi hingga 37,2 derajat celcius.

Oleh tim medis, wanita diminta untuk istirahat di rumahnya isolasi mandiri karena dianggap demam biasa.

Selang beberapa hari kemudian, ternyata kondisinya terus memburuk.

Pihak keluarga kembali melarikan wanita itu ke RS Pratama Tangguwisia Seririt pada Senin (30/3) malam. Namun sayang, hanya beberapa saat berada di RS Pratama Tangguwisia, wanita itu sudah dinyatakan meninggal dunia.

Ketua Satuan Gugus Tugas Penanganan Covid 19 Buleleng Gede Suyasa saat memberikan keterangan perkembangan update penanganan Covit-19 di Buleleng tak menampik jika pihaknya menerima laporan terkait meninggal salah satu warga Seririt tersebut.

Suyasa mengatakan pasien tersebut memang datang ke RS Pratama Tangguwisia (22/3 Maret lalu untuk melakukan pemeriksaan dengan kondisi suhu badan mencapai 37,2 derajat celcius.

Kala itu pihak rumah sakit diminta untuk isolasi mandiri. Jika nanti dalam isolasi mandiri mengalami perkembangan memburuk diharapkan melakukan pemeriksaan lanjutnkan.

“Sudah dua kali yang bersangkutan menjalani pemeriksaan di RS Pratama Tangguwisia Seririt. Sayangnya kondisi wanita tersebut sangat menurun dan tidak sadarkan diri, hingga tidak berselang lama wanita itu sudah meninggal dunia. Jadi belum sampai ada rekomendasi rujukan ke RSUD, pasien sudah meninggal,” terang Suyasa.

Menurut Suyasa untuk sementara pihaknya belum dapat menyimpulkan apakah pasien tersebut susfect Covid-19, karena belum ada bukti dari hasil laboratorium.

Meski gejala klinis yang dialami pasien memang mengarah seperti gejala Covit-19. Dengan gangguan pada paru-paru, deman tinggi diserta gejala batuk-batuk.

“Pasien tersebut sudah dilakukan pemakaman oleh keluarga (30/3) dengan pemakanan menggunakan prosesi jenazah secara Covit -19,” ujar Suyasa.

Lanjutnya untuk Sekarang ini pihaknya melakukan penelusuran terhadap beberapa orang yang kontak langsung dengan warga Seririt tersebut.

Ditemukan ada sebanyak 6 orang yang sempat melakukan kontak dengan pasien. Selanjutnya dilakukan rapid test pada Selasa (31/3) dan hasilnya semua negatif.

Namun, keenam orang tersebut tetap diminta untuk mengisolasi diri di rumah sampai dengan 14 hari kedepan.

“Nah petugas medis yang sempat memeriksa pasien itu tidak di rapid test, karena mereka sudah mengenakan APD. Meski hasilnya negatif, enam orang yang sempat kontan dengan pasien itu akan kami test lagi minggu depan untuk bisa memastikan mereka terbebas dari virus corona,” pungkas Suyasa. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/