TABANAN – Bonsai kelapa kini menjadi trend para pecinta tanaman hias saat ini. Bahkan pencinta bukan hanya dari kalangan orang tua semata. Melainkan kalangan milenial.
Naik daun bonsai kelapa atau tanaman kelapa yang dikerdilkan dapat dilihat dari sudah banyak komunitas atau grup pecinta bonsai kelapa. Saat peresmian rumah kreatif dengan penyelenggara Bank BPBD Bali dan bekerjasama dengan Tabanan Hub di Gedung I Ketut Maria Tabanan, Jumat (30/4).
Tidak hanya produk olahan makan dan kreativitas produk UMKM ditampilkan. Tetapi juga bonsai kepala dari pecinta tanaman hias rumahan.
Budi daya tanaman kelapa yang dikerdilkan dan disajikan dalam pot bunga mini ini. Bukan sekedar hoby, kini juga sudah menjadi sebuah usaha rumahan di tengah pandemi yang dijual via online.
Salah satunya hal itulah yang dilakukan Kadek Yogi Antara, 14, remaja difabel asal Banjar Dinas Cempaka, Desa manikyang, Selemadeg. Kendati pandemi Covid-19 dan Yogi memiliki keterbatasan gangguan pendengaran. Namun justru ia produktif.
Yogi akrab sapaannya ditemui bersama ayahnya Made Sumirta saat berlangsungnya pameran rumah kreatif mengaku belum lama ia menggeluti tanaman hias bonsai kelapa. Mulai budidaya bonsai kelapa sejak 2 tahun lalu disaat pandemi Covid-19 mewabah.
“Baru 2 tahun anak saya suka dengan tanaman hias bonsai kelapa. Biasanya kreativitasnya hanya membuat layangan dan mainan di rumah,” kata Sumirta yang menerjemahkan bahasa isyarat anaknya.
Yogi menyatakan ketertarikan memelihara tanaman bonsai kelapa berawal dari dirinya yang kerap kali diajak oleh salah seorang dari komunitas pecinta lingkungan Bhakti Pertiwi (Briper) yang ada di lingkungan.
Setiap kali kegiatan aksi bersih lingkungan dilakukan selalu menemukan buah kelapa yang terbuang sungai dan di muara pantai. Dan buah kelapa tersebut dibawa pulang.
“Jadi buah kelapa tersebut kemudian dipelihara berbulan-bulan dan dibentuk bonsai. Nah dari itulah saya belajar perlahan. Lebih detail belajar bonsai saya lihat pada tutorial Youtube soal tanaman hias,” tuturnya.
Untuk cara budidaya tanaman hias bonsai kelapa. Sangat mudah dirawat, namun butuh kesabaran dan ketekunan. Pertama tentu bibit kelapa yang digunakan. Dalam pemilihan bibit kelapa tentu sudah tua sehingga lebih cepat tumbuh tunas. Tunas kelapa akan muncul dengan jangka waktu 1-2 minggu. Tunas kelapa yang muncul baru dikupas serabutnya.
Barulah kemudian menentukan posisi batok. Apakah batok kelapa diposisikan vertikal atau horizontal. Tergantung selera dan kemauan.
“Terakhir siapkan media tanam boleh pot bunga, toples dan media tanam lainnya. Yang lama dari bonsai kelapa adalah proses pembentukkan akar bonsai kelapa. Membutuhkan waktu 4-6 bulan,” ungkap remaja yang bersekolah di SLB Pesiapan, tabanan.
Sementara untuk pupuk bisa menggunakan pupuk organik dari kotoran sapi dan pupuk cair dari eco enzyme yang buat dari sisa buah.
Kini dari hasil ketekunan budidaya bonsai kelapa yang dikerdilkan membuahkan hasil. Sudah ratusan bonsai kelapa budidaya dan dibentuk sedemikian rupa. Mulai bonsai kelapa yang tumbuh diatas toples dengan media tanam dari air berisi ikan cupang. Kemudian ada juga bonsai kelapa dengan media tanam dari tanah. Tak hanya itu karena bonsai kelapa Yogi pun kerap mengikuti pameran yang tanaman hias.
Menariknya lagi dari bonsai kelapa ia mampu juga memperoleh penghasilan dari sisi ekonomi. Sudah puluhan bonsai kelapa laku terjual yang dipasarkan dalam marketplace online. Dengan harga berkisar dari Rp 100-150 ribu per bonsai kelapa.
“Dan saat ini saya ikut pameran di rumah kreatif sudah 5 buah bonsai kelapa laku terjual yang harganya Rp 150 ribu per bonsai. Sedangkan uang hasil bonsai saya kelola kembali untuk dibelikan pot bunga. Sehingga dapat mengoleksi lebih banyak lagi bonsai kelapa,” pungkasnya.