27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 6:52 AM WIB

Kemarau Panjang, Puluhan Hektare Lahan Sawah di Jembrana Kekeringan

NEGARA – Musim kemarau menyebabkan sejumlah lahan pertanian di Jembrana mengalami kekeringan, terutama pertanian padi.

Minimnya pasokan air menyebabkan sejumlah padi yang baru menanam kering. Bahkan, tanah sawah yang semestinya basah menjadi kering dan pecah-pecah.

Seperti terjadi di Desa Budeng, Kecamatan Jembrana, sebanyak 40 hektare sawah kekurangan pasokan air.

Menurut Komang Arya, 58, salah satu petani dari Lingkungan Mertasari, lahan pertanian padi mengalami kekeringan sejak sebulan terakhir.

Kondisi paling parah terjadi pada lahan yang baru menanam seluas 2,5 hektare yang berada di Desa Budeng, mengalami kekeringan hingga tanahnya retak-retak.

Selain padi yang baru ditanam, tanaman padi yang sudah berusia sekitar dua bulan lebih juga membutuhkan banyak pasokan air.

Jika tidak segera dialiri air, akan menguning dan terancam gagal panen. “Sementara karena air irigasi tidak ada, pakai pompa dari sumur bor,” ujarnya.

Pensiunan ini meminta pihak-pihak terkait, terutama klian subak dan pemerintah daerah untuk segera mencarikan solusi dari krisis air ini. “Harus segera dicarikan solusi, atau nanti seluruh pertanian ini gagal panen,” terangnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana I Wayan Sutama mengatakan, sudah melakukan pengecekan informasi kekeringan sawah yang berada Subak Jelinjing, di Desa Budeng.

Menurutnya, sekitar 32 hektare pertanian petani terancam kekeringan dan seluas 8 hektar sudah kekeringan. “Sementara dari yang lain belum ada laporan,” ungkapnya.

Mengenai ancaman kekeringan ini, pihaknya akan berkoordinasi dengan Klian subak untuk mencari solusi.

Salah satunya dengan memberikan bantuan mesin pompa air bagi petani atau subak yang tidak memiliki pompa.

Namun untuk teknisnya, jumlah untuk dipinjamkan dan biaya untuk pompa akan diserahkan pada subak.

Dari hasil pemantauan, lanjutnya, antisipasi di masing-masing pemilik sawah yang sudah memiliki sumur di antaranya mesin sedang beroperasi secara swadaya.

Sedangkan pompa bantuan yang sudah ada di subak sebanyak 3 unit sedang beroperasi juga “Kita masih konfirmasi kalau subak butuh bantuan mesin nanti kami fasilitasi,” ujarnya.

Menurutnya, sebagian pertanian yang menanam dan terancam kekeringan ini sebetulnya bukan jadwal menanam, namun para petani tetap menanam karena sempat ada air dan hujan.

“Para petani untung rugi karena sempat ada air dan hujan,” ungkapnya. 

NEGARA – Musim kemarau menyebabkan sejumlah lahan pertanian di Jembrana mengalami kekeringan, terutama pertanian padi.

Minimnya pasokan air menyebabkan sejumlah padi yang baru menanam kering. Bahkan, tanah sawah yang semestinya basah menjadi kering dan pecah-pecah.

Seperti terjadi di Desa Budeng, Kecamatan Jembrana, sebanyak 40 hektare sawah kekurangan pasokan air.

Menurut Komang Arya, 58, salah satu petani dari Lingkungan Mertasari, lahan pertanian padi mengalami kekeringan sejak sebulan terakhir.

Kondisi paling parah terjadi pada lahan yang baru menanam seluas 2,5 hektare yang berada di Desa Budeng, mengalami kekeringan hingga tanahnya retak-retak.

Selain padi yang baru ditanam, tanaman padi yang sudah berusia sekitar dua bulan lebih juga membutuhkan banyak pasokan air.

Jika tidak segera dialiri air, akan menguning dan terancam gagal panen. “Sementara karena air irigasi tidak ada, pakai pompa dari sumur bor,” ujarnya.

Pensiunan ini meminta pihak-pihak terkait, terutama klian subak dan pemerintah daerah untuk segera mencarikan solusi dari krisis air ini. “Harus segera dicarikan solusi, atau nanti seluruh pertanian ini gagal panen,” terangnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana I Wayan Sutama mengatakan, sudah melakukan pengecekan informasi kekeringan sawah yang berada Subak Jelinjing, di Desa Budeng.

Menurutnya, sekitar 32 hektare pertanian petani terancam kekeringan dan seluas 8 hektar sudah kekeringan. “Sementara dari yang lain belum ada laporan,” ungkapnya.

Mengenai ancaman kekeringan ini, pihaknya akan berkoordinasi dengan Klian subak untuk mencari solusi.

Salah satunya dengan memberikan bantuan mesin pompa air bagi petani atau subak yang tidak memiliki pompa.

Namun untuk teknisnya, jumlah untuk dipinjamkan dan biaya untuk pompa akan diserahkan pada subak.

Dari hasil pemantauan, lanjutnya, antisipasi di masing-masing pemilik sawah yang sudah memiliki sumur di antaranya mesin sedang beroperasi secara swadaya.

Sedangkan pompa bantuan yang sudah ada di subak sebanyak 3 unit sedang beroperasi juga “Kita masih konfirmasi kalau subak butuh bantuan mesin nanti kami fasilitasi,” ujarnya.

Menurutnya, sebagian pertanian yang menanam dan terancam kekeringan ini sebetulnya bukan jadwal menanam, namun para petani tetap menanam karena sempat ada air dan hujan.

“Para petani untung rugi karena sempat ada air dan hujan,” ungkapnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/