RadarBali.com – 54 tahun Gunung Agung hibernasi. Selama itu, gunungapi tertinggi ini memberi begitu banyak manfaat kepada masyarakat sekitar.
Tanah di areal terdampak letusan begitu subur. Pasir, kerikil, dan bebatuan hingga saat ini bahkan terus di eksploitasi warga sekitar.
Kini, saatnya Gunung Agung menggeliat. Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani menyebut gunung setinggi 3.142 mdpl sedang butuh ruang berekspresi.
“Setelah 54 tahun istirahat, sekarang ini waktunya Gunung Agung berekspresi. Mari memberikan ruang dan waktu kepada beliau (Gunung Agung, Red) berekspresi. Kalau beliau sudah selesai berekspresi, silakan kembali lagi,” tutur pria 56 tahun asal Banyuwangi, Jawa Timur, itu.
Disinggung riwayat letusan 1963 terjadi dua atau tiga hari sebelum hari raya Galungan, Kasbani menyebut hal itu tidak bisa dikaitkan.
Gunung Agung sebagai gunungapi erupsinya tidak bisa ditebak atau membuat patokan berdasar letusan sebelumnya.
“Mau kapan erupsi terserah beliau. Kami hanya bisa membaca dengan tanda yang ada,” tandasnya.
Tanda yang dimaksud Kasbani adalah gempa vulkanik dan tektonik selama dua hari terakhir juga kembali naik.
Sabtu, 30 September lalu gempa tercatat 794 kali selama 24 jam. Sementara kemarin (1/10), dari pukul 00.00 – 18.00, sudah tercatat 205 kali gempa.
Jumlah tersebut tentu sangat berpeluang bertambah. Pasalnya, hampir setiap sepuluh menit sekali terjadi gempa.