RadarBali.com – Pusaka kerajaan milik Puri Karangasem di pasupati saat tumpek landep, kemarin. Jumlahnya ada 11 keris sakral.
Ritual pasupati sendiri rutin digelar setiap enam bulan sekali. “Ya, rutin dilakukan upacara setiap tumpek landep,” ujar salah satu penglingsir Puri AA Made Arya kemarin.
Pasupati dilakukan untuk mempertahankan kekuatan dan aura keris secara niskala. Karena keris pusaka tersebut memang memiliki kekuatan magis secara niskala.
Karena itu tetap dilakukan perawatan termasuk penyucian keris dan upacaranya. Sehingga tuah dan kekuatan niskala tetap berada pada keris.
Pasalnya, kalau tidak dirawat maka kekuatannya akan luntur. Pasupati digelar saat tumpek landep karena kemarin merupakan hari baik.
Sebelum di pasupati, dilakukan prosesi pembersihan keris pusaka terlebih dulu. Dalam pembersihan keris ini tidak boleh dilakukan secara sembarangan karena bisa berakibat fatal.
Pernah ada kejadian saat dilakukan pembersihan keris ada petugas yang tangannya terkena minyak pembersihan keris.
Tangan tersebut tidak di cuci dengan bersih, tapi malah di usapkan di rambut. Akibatnya rambutnya rontok dan tidak bisa tumbuh lagi.
Diakui kalau setiap pusaka di puri punya bisa atau racun. Sehingga pembersihan dilakukan sangat hati- hati. Karena keris ini merupakan keris kerajaan yang kerap dipakai dalam sebuah pertempuran.
Bahkan jika dipakai dalam perang tidak perlu luka besar luka kecil saja bisa mematikan. Upacara dipuput
Ide Pandanda Gede Putra Tama dari Geria Bungaya, Bebendem.
Pembersihan dilakukan di Puri Agung Karangasem. Ada sebelas keris pusaka, delapan di antaranya milik Raja Karangasem.
Sementara sisanya adalah keris cenderamata raja – raja dari luar Bali. “Ada satu keris pusaka milik paman saya Alm AA Gede Karang. Saat beliau masih berdinas di militer, keris ini kerap di bawa ketika perang di Sulawesi,” ujar AA Made Arya.