29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 0:38 AM WIB

Sekolah di Area KRB Beroperasi, Sukreni: Saya Takut Tak Digaji

RadarBali.com – Meski berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) 1, SDN 2 Sukadana, Kecamatan Kubu, ternyata tetap menjalankan proses belajar mengajar.

Sekolah ini sempat tutup sepekan terakhir, namun buka kembali. Penyebabnya, banyak warga yang kembali ke desa dan ingin menyekolahkan anak-anaknya.

Dari pantauan kemarin (2/10), proses belajar mengajar, terlihat belum berjalan efektif. Hanya ada 21 orang siswa yang sekolah.

Padahal, jumlah siswa di sekolah ini mencapai 157 orang. Siswa lainnya disebut masih ada di pengungsian, dan mengikuti pelajaran di sekolah-sekolah terdekat.

Salah seorang guru di sekolah setempat, Luh Sukreni menuturkan, pihaknya harus mengajar karena banyak siswa yang ingin menempuh pendidikan.

Sukreni sendiri mengaku sudah sempat mengungsi ke wilayah Pedungan, Denpasar dan berencana mengajar di sana.

Tapi karena mendapat informasi ada siswa yang ingin belajar, ia pun memilih pulang kampung. “Warga banyak yang kembali ke desa.

Karena orang tuanya kembali, otomatis anaknya ikut. Karena dapat info anak-anak mau sekolah, ya saya balik lagi ke sini.

Anak-anak lebih semangat belajar, kan tidak mungkin kami sebagai guru meninggalkan anak-anak yang mau belajar,” Kata Sukreni.

Selain itu dirinya juga tetap mengajar karena khawatir tak mendapat gaji. Mengingat kebutuhan hidupnya hanya dipenuhi melalui gaji.

Meski tahu sekolahnya masuk di wilayah rawan bencana, dirinya tetap nekat mengajar. “Saya punya anak, saya juga harus memenuhi kebutuhan sehari-hari. Belum lagi kebutuhan di pengungsian. Saya harus bagaimana. Saya takut nggak dapat gaji,” imbuhnya

RadarBali.com – Meski berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) 1, SDN 2 Sukadana, Kecamatan Kubu, ternyata tetap menjalankan proses belajar mengajar.

Sekolah ini sempat tutup sepekan terakhir, namun buka kembali. Penyebabnya, banyak warga yang kembali ke desa dan ingin menyekolahkan anak-anaknya.

Dari pantauan kemarin (2/10), proses belajar mengajar, terlihat belum berjalan efektif. Hanya ada 21 orang siswa yang sekolah.

Padahal, jumlah siswa di sekolah ini mencapai 157 orang. Siswa lainnya disebut masih ada di pengungsian, dan mengikuti pelajaran di sekolah-sekolah terdekat.

Salah seorang guru di sekolah setempat, Luh Sukreni menuturkan, pihaknya harus mengajar karena banyak siswa yang ingin menempuh pendidikan.

Sukreni sendiri mengaku sudah sempat mengungsi ke wilayah Pedungan, Denpasar dan berencana mengajar di sana.

Tapi karena mendapat informasi ada siswa yang ingin belajar, ia pun memilih pulang kampung. “Warga banyak yang kembali ke desa.

Karena orang tuanya kembali, otomatis anaknya ikut. Karena dapat info anak-anak mau sekolah, ya saya balik lagi ke sini.

Anak-anak lebih semangat belajar, kan tidak mungkin kami sebagai guru meninggalkan anak-anak yang mau belajar,” Kata Sukreni.

Selain itu dirinya juga tetap mengajar karena khawatir tak mendapat gaji. Mengingat kebutuhan hidupnya hanya dipenuhi melalui gaji.

Meski tahu sekolahnya masuk di wilayah rawan bencana, dirinya tetap nekat mengajar. “Saya punya anak, saya juga harus memenuhi kebutuhan sehari-hari. Belum lagi kebutuhan di pengungsian. Saya harus bagaimana. Saya takut nggak dapat gaji,” imbuhnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/