31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 11:37 AM WIB

Dua Kali Erupsi Besar, Ada Indikasi Penyumbatan Aliran Fluida Magma

AMLAPURA – Aktivitas Gunung Agung cenderung fluktuatif. Bahkan, Rabu (4/7) hari ini terjadi dua kali erupsi cukup besar.

Erupsi pertama terjadi pada pukul 03.25 Wita. Erupsi kali ini disertai kolom abu berwana kelabu denfan dengan intensitas tebal menuju arah barat dengan ketinggian kurang lebih 2.000 meter.

Erupsi kedua terjadi pada pukul 12.20 Wita dengan tinggi kolom abu 2.500 meter berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat.

Erupsi siang hari itu memicu terjadinya hujan abu di lereng Gunung Agung. “Meski terjadi erupsi, Bandara Ngurah Rai tetap berjalan normal,” ujar Kapusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di akun twitternya.

Kasi Tanggap Darurat Bencana dan Pelayanan Kegawatdaruratan Pusdalops Bali I Gede Agus Tangkas Arjawa menambahkan, mengacu pada grafik amplitudo seismik,

tidak ada trend peningkatan energi seismik yang besar saat ini dan tidak ada trend jangka panjang pembangunan tekanan yang besar.

“Erupsi Strombolian tadi (kemarin, red) membuat amplitudo seismik naik, namun secara singkat saja. Tapi setelah itu turun kembali.

Erupsi Strombolian yang terjadi kemungkinan karena terjadi pengerasan lava di permukaan,” ujar I Gede Agus Tangkas.

Pengerasan lava di permukaan, terang Arjawa adalah hal yang lazim. Pasalnya, lava di permukaan cenderung mengalami penurunan temperatur.

“Hal ini juga yang menyebabkan laju efusi (aliran, red) lava ke permukaan melambat. Intinya terjadi penghambatan atau penyumbatan aliran fluida magma (gas dan liquid, red) ke permukaan,” terangnya.

Memperhatikan rekaman closed circuit television (CCTV) dari pukul 18.00 hingga sebelum erupsi, sinar api tidak teramati di CCTV.

Hal inilah salah satu indikasi adanya pengerasan magma. Paparnya, aliran fluida magma (gas dan liquid, red) yang akan naik ke kawah terhambat oleh lava yang mengeras ini lalu terakumulasi di kedalaman dangkal.

Pada titik tertentu lapisan lava di atas yang mengeras ini tidak mampu lagi menahan desakan magma dari bawah dan akhirnya erupsi strombolian pun terjadi.

“Kalau di atas kawah masih terlihat sinar api, maka indikasi lava masih panas dan encer sehingga gas dapat keluar dengan mudah.

Tapi, kalau di atas kawah sinar api tidak teramati seperti tadi sebelum erupsi, maka dapat berpotensi untuk terjadi kembali erupsi strombolian,” tegasnya. 

AMLAPURA – Aktivitas Gunung Agung cenderung fluktuatif. Bahkan, Rabu (4/7) hari ini terjadi dua kali erupsi cukup besar.

Erupsi pertama terjadi pada pukul 03.25 Wita. Erupsi kali ini disertai kolom abu berwana kelabu denfan dengan intensitas tebal menuju arah barat dengan ketinggian kurang lebih 2.000 meter.

Erupsi kedua terjadi pada pukul 12.20 Wita dengan tinggi kolom abu 2.500 meter berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat.

Erupsi siang hari itu memicu terjadinya hujan abu di lereng Gunung Agung. “Meski terjadi erupsi, Bandara Ngurah Rai tetap berjalan normal,” ujar Kapusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di akun twitternya.

Kasi Tanggap Darurat Bencana dan Pelayanan Kegawatdaruratan Pusdalops Bali I Gede Agus Tangkas Arjawa menambahkan, mengacu pada grafik amplitudo seismik,

tidak ada trend peningkatan energi seismik yang besar saat ini dan tidak ada trend jangka panjang pembangunan tekanan yang besar.

“Erupsi Strombolian tadi (kemarin, red) membuat amplitudo seismik naik, namun secara singkat saja. Tapi setelah itu turun kembali.

Erupsi Strombolian yang terjadi kemungkinan karena terjadi pengerasan lava di permukaan,” ujar I Gede Agus Tangkas.

Pengerasan lava di permukaan, terang Arjawa adalah hal yang lazim. Pasalnya, lava di permukaan cenderung mengalami penurunan temperatur.

“Hal ini juga yang menyebabkan laju efusi (aliran, red) lava ke permukaan melambat. Intinya terjadi penghambatan atau penyumbatan aliran fluida magma (gas dan liquid, red) ke permukaan,” terangnya.

Memperhatikan rekaman closed circuit television (CCTV) dari pukul 18.00 hingga sebelum erupsi, sinar api tidak teramati di CCTV.

Hal inilah salah satu indikasi adanya pengerasan magma. Paparnya, aliran fluida magma (gas dan liquid, red) yang akan naik ke kawah terhambat oleh lava yang mengeras ini lalu terakumulasi di kedalaman dangkal.

Pada titik tertentu lapisan lava di atas yang mengeras ini tidak mampu lagi menahan desakan magma dari bawah dan akhirnya erupsi strombolian pun terjadi.

“Kalau di atas kawah masih terlihat sinar api, maka indikasi lava masih panas dan encer sehingga gas dapat keluar dengan mudah.

Tapi, kalau di atas kawah sinar api tidak teramati seperti tadi sebelum erupsi, maka dapat berpotensi untuk terjadi kembali erupsi strombolian,” tegasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/