28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 3:36 AM WIB

Realisasi Program PEN, Dewan Ingatkan Pemanfaatan Tenaga Kerja Lokal

SINGARAJA – DPRD Buleleng mengingatkan pemerintah agar benar-benar memanfaatkan tenaga kerja lokal, dalam pengerjaan proyek fisik.

Terutama proyek yang dibiayai lewat dana pinjaman Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Pelibatan tenaga kerja lokal diharapkan dapat memberikan peningkatan daya beli bagi masyarakat.

Utamanya yang terdampak pandemi covid-19. Hal itu diungkapkan Anggota Komisi III DPRD Buleleng Nyoman Gede Wandira Adi.

Wandira menyebut dana yang diajukan pemerintah cukup besar. Mencapai Rp 571 miliar. Seluruh dana itu akan dimanfaatkan untuk proyek infrastruktur.

Dengan alokasi dana yang besar, Wandira berharap masyarakat di Buleleng dapat dilibatkan lebih banyak.

“Kami sudah bicara dengan pak bupati. Kalau misalnya kontraktornya tidak bisa menang tender, minimal libatkan tenaga kerja lokal Buleleng.

Sudah ada kesanggupan dari beliau untuk melibatkan tenaga kerja lokal. Jadi siapa pun yang dapat pekerjaan, harus melibatkan masyarakat Buleleng,” kata Wandira.

Menurutnya, selama ini pemanfaatan tenaga kerja lokal dalam proyek-proyek infrastruktur di Buleleng sangat terbatas.

Sebagian besar datang dari luar Buleleng. Entah itu dari kabupaten/kota lain di Provinsi Bali. Ada pula yang berasal dari luar Bali, seperti dari Lombok dan Jawa.

“Mungkin (pemanfaatan tenaga kerja lokal) 10 persennya nggak ada. Kalau keahlian khusus, kami dapat memahami.

Tapi, kalau tenaga kasar, kami harap bisa diprioritaskan lah masyarakat Buleleng. Mudah-mudahan nanti memang benar-benar bisa digarap oleh pekerja lokal Buleleng,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Buleleng I Putu Adiptha Ekaputra mengatakan, selama ini pihaknya selalu menekankan pelibatan tenaga kerja lokal Buleleng dalam proyek-proyek fisik di Buleleng.

Adiptha menyebut Buleleng memiliki cukup banyak tenaga kerja yang telah mengantongi surat ahli maupun surat terampil.

Khusus di Pasar Banyuasri misalnya. Adiptha mengklaim dari 500 orang tenaga kerja di sana, sebanyak 60 persen diantaranya adalah tenaga kerja lokal Buleleng.

Sementara sisanya datang dari luar Buleleng, adapula yang berasal dari luar Pulau Bali. “Memang ada beberapa tenaga ahli yang kami datangkan dari luar.

Seperti insinyur, tenaga pengawas, plumbing, mechanical, dan electrical. Sebab itu kan memang harus tenaga paten. Selama ini memang kami tekankan tenaga lokal kok,” katanya.

Khusus untuk proyek PEN, Adiptha memastikan bahwa pelibatan tenaga kerja lokal menjadi syarat utama.

Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), pihaknya sudah mencantumkan kewajiban pelibatan tenaga kerja lokal. Hal itu akan diperkuat dalam dokumen tender yang diumumkan pemerintah.

Sekadar diketahui proyek revitalisasi Pasar Banyuasri merupakan salah satu proyek prestisius di Buleleng.

Revitalisasi pasar memakan biaya hingga Rp 159,52 miliar. Saat ini progress pekerjaan fisik telah mencapai 92,5 persen. 

SINGARAJA – DPRD Buleleng mengingatkan pemerintah agar benar-benar memanfaatkan tenaga kerja lokal, dalam pengerjaan proyek fisik.

Terutama proyek yang dibiayai lewat dana pinjaman Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Pelibatan tenaga kerja lokal diharapkan dapat memberikan peningkatan daya beli bagi masyarakat.

Utamanya yang terdampak pandemi covid-19. Hal itu diungkapkan Anggota Komisi III DPRD Buleleng Nyoman Gede Wandira Adi.

Wandira menyebut dana yang diajukan pemerintah cukup besar. Mencapai Rp 571 miliar. Seluruh dana itu akan dimanfaatkan untuk proyek infrastruktur.

Dengan alokasi dana yang besar, Wandira berharap masyarakat di Buleleng dapat dilibatkan lebih banyak.

“Kami sudah bicara dengan pak bupati. Kalau misalnya kontraktornya tidak bisa menang tender, minimal libatkan tenaga kerja lokal Buleleng.

Sudah ada kesanggupan dari beliau untuk melibatkan tenaga kerja lokal. Jadi siapa pun yang dapat pekerjaan, harus melibatkan masyarakat Buleleng,” kata Wandira.

Menurutnya, selama ini pemanfaatan tenaga kerja lokal dalam proyek-proyek infrastruktur di Buleleng sangat terbatas.

Sebagian besar datang dari luar Buleleng. Entah itu dari kabupaten/kota lain di Provinsi Bali. Ada pula yang berasal dari luar Bali, seperti dari Lombok dan Jawa.

“Mungkin (pemanfaatan tenaga kerja lokal) 10 persennya nggak ada. Kalau keahlian khusus, kami dapat memahami.

Tapi, kalau tenaga kasar, kami harap bisa diprioritaskan lah masyarakat Buleleng. Mudah-mudahan nanti memang benar-benar bisa digarap oleh pekerja lokal Buleleng,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Buleleng I Putu Adiptha Ekaputra mengatakan, selama ini pihaknya selalu menekankan pelibatan tenaga kerja lokal Buleleng dalam proyek-proyek fisik di Buleleng.

Adiptha menyebut Buleleng memiliki cukup banyak tenaga kerja yang telah mengantongi surat ahli maupun surat terampil.

Khusus di Pasar Banyuasri misalnya. Adiptha mengklaim dari 500 orang tenaga kerja di sana, sebanyak 60 persen diantaranya adalah tenaga kerja lokal Buleleng.

Sementara sisanya datang dari luar Buleleng, adapula yang berasal dari luar Pulau Bali. “Memang ada beberapa tenaga ahli yang kami datangkan dari luar.

Seperti insinyur, tenaga pengawas, plumbing, mechanical, dan electrical. Sebab itu kan memang harus tenaga paten. Selama ini memang kami tekankan tenaga lokal kok,” katanya.

Khusus untuk proyek PEN, Adiptha memastikan bahwa pelibatan tenaga kerja lokal menjadi syarat utama.

Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), pihaknya sudah mencantumkan kewajiban pelibatan tenaga kerja lokal. Hal itu akan diperkuat dalam dokumen tender yang diumumkan pemerintah.

Sekadar diketahui proyek revitalisasi Pasar Banyuasri merupakan salah satu proyek prestisius di Buleleng.

Revitalisasi pasar memakan biaya hingga Rp 159,52 miliar. Saat ini progress pekerjaan fisik telah mencapai 92,5 persen. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/