33.3 C
Jakarta
15 September 2024, 16:17 PM WIB

Kunjungan Anjlok, 5.000-an Turis Tiongkok Pilih Bertahan di Bali

DENPASAR – Wabah virus corona tidak hanya menimbulkan korban jiwa di Tiongkok. Warga Negeri Tirai Bambu yang sudah berada di Bali sebelum wabah menyerang juga ikut ketar-ketir.

Mereka bimbang apakah pulang kampung atau bertahan sementara waktu di Pulau Dewata. Hingga kemarin (4/2) ada lima ribu warga Tiongkok yang masih berada di Bali.

Mereka yang sebagian besar adalah wisatawan atau turis asing itu masih ingin berada di Bali. Di lain sisi pemerintah Indonesia melalui

Kementerian Perhubungan secara resmi menutup akses penerbangan dari dan ke Tiongkok, Rabu dini hari (5/2). 

Konjen Republik Rakyat Tiongkok di Denpasar Mr. Gou Haodong mengatakan pihaknya sudah menginformasikan kepada turis Tiongkok di Bali, bahwa sampai kemarin malam masih ada penerbangan ke Tiongkok.

“Jadi, kalau ada yang minat untuk pulang secepatnya, silakan mencari tiket agar bisa mendapatkan penerbangan terakhir. Atau bisa juga melalui negara

sekitar Indonesia,” terang Haodong sebagaimana diterjemahkan Konsulat Muda RRT Mr. Li Chanda saat diwawancarai di kantornya di Jalan Tukad Badung, Denpasar, kemarin.

Disinggung mengenai kemungkinan terjadinya overstay karena sebagian besar warga negara Tiongkok memilih bertahan di Bali, Gou Haudong pihaknya sudah melakukan beberapa langkah penting.

Di antaranya menyebarkan informasi mengenai penutupan akses penerbangan sementara dari dan ke RRT.

“Kami sudah menginformasikan kepada turis Tiongkok di Bali bahwa sampai malam ini (kemarin) masih ada penerbangan. Jadi kalau ada yang minat untuk pulang secepatnya,

silakan mencari tiket agar bisa mendapatkan penerbangan terakhir. Atau bisa juga melalui negara sekitar Indonesia,” ungkapnya.

Lebih lanjut dijelaskan, kepada para warga negara Tiongkok pihaknya juga memberikan informasi bahwa bila ingin overstay lebih dari 30 hari harus mengikuti ketentuan atau aturan Keimigrasian di Indonesia.

“Kami juga sudah diskusi dengan Imigrasi. Kalau ada warga negara kami yang ingin overstay karena kebijakan ini (penutupan penerbangan) mohon difasilitasi,” imbuh pria yang tahun ini bakal pensiun menjadi konjen itu.

Kepada pihak hotel, pihaknya juga berharap agar warga negaranya diberikan pelayanan yang layak.

Sekalipun dalam beberapa hari terakhir, pihaknya mendapatkan kasus yang tidak menyenangkan. Karena diduga ada satu hotel yang menolak turis berkewarganegaraan Tiongkok.

Pihaknya juga menyesalkan santernya beredar berita hoaks atau berita bohong menyangkut turis Tiongkok. Berita tersebut sangat merugikan keberadaan turis Tiongkok di Bali dan Indonesia.

“Kami tidak sebutkan namanya (hotel). Karena kepanikan, menolak turis Tiongkok yang sudah memesan kamar saat check in,” jelas pria yang sebelumnya bertugas di Afrika itu.

Gou Haodong juga tidak menampik, dari sekitar lima ribu orang warga negara Tiongkok yang ada di Bali, sekitar dua orang di antaranya berstatus tenaga kerja.

Kemungkinan 200 orang itu bekerja di PLTU Celukan Bawang, Buleleng. Karena di sana banyak tenaga kerja Tiongkok.

Bahkan, mereka ada yang berasal dari Provinsi Hubei yang ibukotanya adalah Wuhan.  Namun, mereka dipastikan tidak ada masalah.

Disebutkan juga bahwa, sebagian dari 200 orang tenaga kerja itu sempat pulang ke negaranya. Dan saat ini sebagian sudah ada yang balik ke Bali.

Namun, mereka dalam kondisi sehat. “Memang ada beberapa yang memiliki gejala demam. Namun sudah sempat dibawa ke RS Sanglah. Hasilnya negatif Korona,” tukas pria yang gemar menggambar itu.

Ditegaskan, pemerintah Tiongkok pasti akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk seluruh turis maupun warga negaranya di luar negeri.

Ia juga tak menampik, sebelum ada virus corona, dalam sehari ada enam ribu orang turis Tiongkok masuk ke Bali.

Setelah ada serangan virus corona, kini hanya sekitar seribuan saja turis Tiongkok yang ke Bali.

Menurutnya, seiring kebijakan pemerintah Republik Indonesia yang membatalkan penerbangan dari dan ke RRT, jumlah kedatangan wisatawan Tiongkok ke Bali dipastikan akan menurun.

“Dan ini akan terus berkurang seiring pembatalan penerbangan dari dan ke Tiongkok,” tutur pria yang tahun ini usianya genap 60 tahun itu. 

DENPASAR – Wabah virus corona tidak hanya menimbulkan korban jiwa di Tiongkok. Warga Negeri Tirai Bambu yang sudah berada di Bali sebelum wabah menyerang juga ikut ketar-ketir.

Mereka bimbang apakah pulang kampung atau bertahan sementara waktu di Pulau Dewata. Hingga kemarin (4/2) ada lima ribu warga Tiongkok yang masih berada di Bali.

Mereka yang sebagian besar adalah wisatawan atau turis asing itu masih ingin berada di Bali. Di lain sisi pemerintah Indonesia melalui

Kementerian Perhubungan secara resmi menutup akses penerbangan dari dan ke Tiongkok, Rabu dini hari (5/2). 

Konjen Republik Rakyat Tiongkok di Denpasar Mr. Gou Haodong mengatakan pihaknya sudah menginformasikan kepada turis Tiongkok di Bali, bahwa sampai kemarin malam masih ada penerbangan ke Tiongkok.

“Jadi, kalau ada yang minat untuk pulang secepatnya, silakan mencari tiket agar bisa mendapatkan penerbangan terakhir. Atau bisa juga melalui negara

sekitar Indonesia,” terang Haodong sebagaimana diterjemahkan Konsulat Muda RRT Mr. Li Chanda saat diwawancarai di kantornya di Jalan Tukad Badung, Denpasar, kemarin.

Disinggung mengenai kemungkinan terjadinya overstay karena sebagian besar warga negara Tiongkok memilih bertahan di Bali, Gou Haudong pihaknya sudah melakukan beberapa langkah penting.

Di antaranya menyebarkan informasi mengenai penutupan akses penerbangan sementara dari dan ke RRT.

“Kami sudah menginformasikan kepada turis Tiongkok di Bali bahwa sampai malam ini (kemarin) masih ada penerbangan. Jadi kalau ada yang minat untuk pulang secepatnya,

silakan mencari tiket agar bisa mendapatkan penerbangan terakhir. Atau bisa juga melalui negara sekitar Indonesia,” ungkapnya.

Lebih lanjut dijelaskan, kepada para warga negara Tiongkok pihaknya juga memberikan informasi bahwa bila ingin overstay lebih dari 30 hari harus mengikuti ketentuan atau aturan Keimigrasian di Indonesia.

“Kami juga sudah diskusi dengan Imigrasi. Kalau ada warga negara kami yang ingin overstay karena kebijakan ini (penutupan penerbangan) mohon difasilitasi,” imbuh pria yang tahun ini bakal pensiun menjadi konjen itu.

Kepada pihak hotel, pihaknya juga berharap agar warga negaranya diberikan pelayanan yang layak.

Sekalipun dalam beberapa hari terakhir, pihaknya mendapatkan kasus yang tidak menyenangkan. Karena diduga ada satu hotel yang menolak turis berkewarganegaraan Tiongkok.

Pihaknya juga menyesalkan santernya beredar berita hoaks atau berita bohong menyangkut turis Tiongkok. Berita tersebut sangat merugikan keberadaan turis Tiongkok di Bali dan Indonesia.

“Kami tidak sebutkan namanya (hotel). Karena kepanikan, menolak turis Tiongkok yang sudah memesan kamar saat check in,” jelas pria yang sebelumnya bertugas di Afrika itu.

Gou Haodong juga tidak menampik, dari sekitar lima ribu orang warga negara Tiongkok yang ada di Bali, sekitar dua orang di antaranya berstatus tenaga kerja.

Kemungkinan 200 orang itu bekerja di PLTU Celukan Bawang, Buleleng. Karena di sana banyak tenaga kerja Tiongkok.

Bahkan, mereka ada yang berasal dari Provinsi Hubei yang ibukotanya adalah Wuhan.  Namun, mereka dipastikan tidak ada masalah.

Disebutkan juga bahwa, sebagian dari 200 orang tenaga kerja itu sempat pulang ke negaranya. Dan saat ini sebagian sudah ada yang balik ke Bali.

Namun, mereka dalam kondisi sehat. “Memang ada beberapa yang memiliki gejala demam. Namun sudah sempat dibawa ke RS Sanglah. Hasilnya negatif Korona,” tukas pria yang gemar menggambar itu.

Ditegaskan, pemerintah Tiongkok pasti akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk seluruh turis maupun warga negaranya di luar negeri.

Ia juga tak menampik, sebelum ada virus corona, dalam sehari ada enam ribu orang turis Tiongkok masuk ke Bali.

Setelah ada serangan virus corona, kini hanya sekitar seribuan saja turis Tiongkok yang ke Bali.

Menurutnya, seiring kebijakan pemerintah Republik Indonesia yang membatalkan penerbangan dari dan ke RRT, jumlah kedatangan wisatawan Tiongkok ke Bali dipastikan akan menurun.

“Dan ini akan terus berkurang seiring pembatalan penerbangan dari dan ke Tiongkok,” tutur pria yang tahun ini usianya genap 60 tahun itu. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/