27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 8:01 AM WIB

Aktivitas Vulkanik Meningkat, Warga Gianyar Diajak Sambut Pengungsi

GIANYAR – Kehadiran 18 pengungsi di Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring langsung ditindaklanjuti pemerintah.

Selain memberikan bantuan sembako, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Gianyar I Made Watha mengajak masyarakat Gianyar mau menerima kehadiran pengungsi apabila situasi gunung Agung berbahaya.

“Masyarakat agar menerima kehadiran, karena menerima mereka sama dengan beryadnya (berkorban, red),” ujar Watha disela pemberian bantuan bagi 18 pengungsi di Desa Manukaya.

Watha juga mengajak semua pihak untuk berdoa memberikan yang terbaik terhadap situasi Gunung Agung ini.

Pada kesempatan itu, Watha bersama perwakilan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Gianyar, memberikan bantuan bagi 5 kepala keluarga yang terdiri dari 18 orang pengungsi.

Bantuan yang diberikan berupa alat dapur dan sembako. Sejauh ini, di Gianyar baru tercatat ada 18 pengungsi dari Desa Pering, Kecamatan Selat Kabupaten Karangasem.

Mereka menginap di rumah keluarganya, I Wayan Tarka di Banjar Basangambu, Desa Manukaya, Tampaksiring. Pengungsi tersebut sudah dicek kesehatannya dan dipantau perkembangannya.

Lantaran mereka tinggal di Balai Peyadnyan, maka petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah bersama Palang Merah Indonesia (PMI) Gianyar telah menutup balai terbuka itu untuk dijadikan ruangan.

Salah satu pengungsi, asal Desa Pering Sari, Kecamatan Selat, Kadek Sutini, mengucapkan terima kasih atas sambutan masyarakat dan perhatian pemerintah.

“Kami di sini ada 18 orang, kemungkinan nanti ada kerabat kami datang lagi 8 orang,” ujarnya. Sebelumnya, saat terjadi erupsi pada 2017 lalu, Sutini bersama keluarganya sempat ke Manukaya.

Kini, dengan adanya letusan susulan bahkan memercikan lava pijar, membuat dia bersama keluarganya memilih kembali mengungsi pada Selasa subuh (3/7). “Kami khawatir terjadi letusan lagi,” ujarnya.

Disamping itu, suaminya yang bekerja sebagai buruh bangunan kini bingung dengan kondisi yang ada.

“Karena buruh, tidak ada yang berani membangun di Karangasem, takut bangunanya kena letusan. Makanya mau cari kerja di sini,” tukasnya. 

GIANYAR – Kehadiran 18 pengungsi di Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring langsung ditindaklanjuti pemerintah.

Selain memberikan bantuan sembako, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Gianyar I Made Watha mengajak masyarakat Gianyar mau menerima kehadiran pengungsi apabila situasi gunung Agung berbahaya.

“Masyarakat agar menerima kehadiran, karena menerima mereka sama dengan beryadnya (berkorban, red),” ujar Watha disela pemberian bantuan bagi 18 pengungsi di Desa Manukaya.

Watha juga mengajak semua pihak untuk berdoa memberikan yang terbaik terhadap situasi Gunung Agung ini.

Pada kesempatan itu, Watha bersama perwakilan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Gianyar, memberikan bantuan bagi 5 kepala keluarga yang terdiri dari 18 orang pengungsi.

Bantuan yang diberikan berupa alat dapur dan sembako. Sejauh ini, di Gianyar baru tercatat ada 18 pengungsi dari Desa Pering, Kecamatan Selat Kabupaten Karangasem.

Mereka menginap di rumah keluarganya, I Wayan Tarka di Banjar Basangambu, Desa Manukaya, Tampaksiring. Pengungsi tersebut sudah dicek kesehatannya dan dipantau perkembangannya.

Lantaran mereka tinggal di Balai Peyadnyan, maka petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah bersama Palang Merah Indonesia (PMI) Gianyar telah menutup balai terbuka itu untuk dijadikan ruangan.

Salah satu pengungsi, asal Desa Pering Sari, Kecamatan Selat, Kadek Sutini, mengucapkan terima kasih atas sambutan masyarakat dan perhatian pemerintah.

“Kami di sini ada 18 orang, kemungkinan nanti ada kerabat kami datang lagi 8 orang,” ujarnya. Sebelumnya, saat terjadi erupsi pada 2017 lalu, Sutini bersama keluarganya sempat ke Manukaya.

Kini, dengan adanya letusan susulan bahkan memercikan lava pijar, membuat dia bersama keluarganya memilih kembali mengungsi pada Selasa subuh (3/7). “Kami khawatir terjadi letusan lagi,” ujarnya.

Disamping itu, suaminya yang bekerja sebagai buruh bangunan kini bingung dengan kondisi yang ada.

“Karena buruh, tidak ada yang berani membangun di Karangasem, takut bangunanya kena letusan. Makanya mau cari kerja di sini,” tukasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/