GIANYAR – Tokoh organisasi masyarakat (Ormas) Bali, Dewa Putu Ngurah atau yang dikenal Dewa Saraf berpulang di usia 56 tahun, Minggu (3/11).
Sebelum meninggal dunia, Dewa Saraf mengidap komplikasi penyakit. Sesuai rencana keluarga, jasad Dewa Saraf akan dikremasi pada Sabtu (9/11) mendatang di setra Beng Gianyar.
Sang adik, Dewa Aji, menyatakan belakangan kakaknya, beberapa kali masuk rumah sakit karena penyakit yang dideritanya.
Dewa Saraf menderita diabetes. Kemudian mengalami komplikasi yang merembet ke bagian jantung.
“Terakhir masuk rumah sakit Wangaya di Denpasar Sabtu sore (2/11). Kemudian meninggal dunia,
Minggu siang (3/11) sekitar pukul 12.20,” ujar Dewa Aji di rumah duka, di Jalan Dalem Rai, Lingkungan Pasdalem, Kelurahan Gianyar, Senin kemarin (4/11).
Setelah rembuk keluarga, diputuskan jasad Dewa Saraf ditidurkan sementara di RS Wangaya Denpasar.
“Sementara sirep (tidur, red) di Wangaya. Nanti tanggal 7 November budal (pulang ke Gianyar, red) langsung upacara Nyiramin (memandikan, red),” jelasnya.
Dilanjutkan dengan upacara puncak, Ngaben pada 9 November yang dilanjutkan dengan Ngaskara. “Ngaben di Setra Beng Gianyar,” jelasnya.
Sang adik mengenang, dulu semasa hidup, sehari-hari Dewa Saraf tinggal di Jalan Patih Nambi Denpasar.
“Kakak saya orangnya pintar bergaul. Dulu suka main bola, silat. Mudah bergaul, semua teman dianggap saudara,” kenangnya.
Dewa Saraf meninggalkan 6 saudara kandung. Dia juga meninggalkan dua orang istri dengan 5 anak. “Dia termasuk sukses menyekolahkan anaknya. Dua anaknya dokter dan satu bidan,” pungkasnya.