25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:35 AM WIB

Pertama di Asia Tenggara, Bendungan Tamblang Akan Gunakan Inti Aspal

SAWAN – Pembangunan Bendungan Tamblang yang membendung Tukad Aya, akan menggunakan teknologi baru. Teknologi itu disebut dengan inti aspal. Dengan pemanfaatan teknologi tersebut, pelaksana proyek meyakini pembangunan akan lebih aman. Biaya yang ditimbulkan juga menjadi lebih efisien.

Hingga akhir November lalu, progress pengerjaan bendungan disebut sudah mencapai angka 30 persen. Perkembangan itu sudah sesuai dengan kalender kerja yang disusun oleh pihak rekanan. Mereka optimistis proyek akan selesai tepat waktu. Yakni pada akhir tahun 2022 mendatang.

Tenaga Ahli Geologi Pembangunan Bendungan Tamblang, Heri Suwondo mengatakan, sejauh ini proses pengerjaan bendungan relatif tak menemui kendala berarti. Masyarakat juga sangat mendukung pembangunan bendungan. Sehingga gejolak sosial yang timbul pun sangat minim.

“Saat ini kendala yang kami hadapi hanya musim penghujan saja. Sejak sebulan ini kan sudah mulai turun hujan. Jadi pekerjaan memang harus dilakukan dengan lebih hati-hati lagi. Terutama pekerjaan yang berkaitan dengan galian,” kata Heri.

Ia menyebut saat ini pembangunan sudah mulai mendekati inti pengerjaan. Yakni pengerjaan terowongan pengelak. Terowongan ini memiliki fungsi sangat vital. Yakni mengalihkan aliran sungai untuk sementara waktu. Sehingga inti bendungan dapat segera dikerjakan. Selain itu para pekerja juga mulai melakukan penggalian saluran pelimpah, serta menggali pondasi bangunan.

Heri menyebut, untuk pengerjaan inti bendungan akan  menjadi catatan sejarah baru di Asia Tenggara. Sesuai permintaan Kementerian Pekerjaan Umum, inti bendungan diminta menggunakan teknologi inti aspal. Teknologi ini agak berbeda dengan pembangunan sebelumnya yang menggunakan inti lempung. Teknologi ini dianggap lebih efektif dan efisien.

“Biayanya lebih ekonomis. Lebih kedap kebocoran, dan tahan gempa. Kalau misalnya ada gempa, kemudian terjadi retakan, aspal ini akan meleleh dan menyumbat retakan. Jadi rencananya inti bendungan selebar 70 centimeter akan menggunakan aspal,” jelas Heri.

Asal tahu saja, proyek pembangunan Bendungan Tamblang sudah dikerjakan sejak September 2019 lalu. Bendungan ini akan menyuplai air untuk Daerah Irigasi Bungkulan dan Bulian. Lahan pertanian di kedua wilayah ini mencapai 588 hektare. Selain itu bendungan juga akan menyuplai kebutuhan air baku dengan kapasitas 510 liter per detik.

Rencananya tubuh bendungan akan membentang sepanjang 260 meter, dari arah Desa Sawan ke arah Desa Bila. Kapasitas genangan bendungan ini diperkirakan mencapai 7 juta kubik. Wilayah genangan tak hanya mencakup wilayah Desa Bila dan Desa Sawan saja. Namun meluas hingga wilayah Desa Bebetin dan Desa Bontihing.

SAWAN – Pembangunan Bendungan Tamblang yang membendung Tukad Aya, akan menggunakan teknologi baru. Teknologi itu disebut dengan inti aspal. Dengan pemanfaatan teknologi tersebut, pelaksana proyek meyakini pembangunan akan lebih aman. Biaya yang ditimbulkan juga menjadi lebih efisien.

Hingga akhir November lalu, progress pengerjaan bendungan disebut sudah mencapai angka 30 persen. Perkembangan itu sudah sesuai dengan kalender kerja yang disusun oleh pihak rekanan. Mereka optimistis proyek akan selesai tepat waktu. Yakni pada akhir tahun 2022 mendatang.

Tenaga Ahli Geologi Pembangunan Bendungan Tamblang, Heri Suwondo mengatakan, sejauh ini proses pengerjaan bendungan relatif tak menemui kendala berarti. Masyarakat juga sangat mendukung pembangunan bendungan. Sehingga gejolak sosial yang timbul pun sangat minim.

“Saat ini kendala yang kami hadapi hanya musim penghujan saja. Sejak sebulan ini kan sudah mulai turun hujan. Jadi pekerjaan memang harus dilakukan dengan lebih hati-hati lagi. Terutama pekerjaan yang berkaitan dengan galian,” kata Heri.

Ia menyebut saat ini pembangunan sudah mulai mendekati inti pengerjaan. Yakni pengerjaan terowongan pengelak. Terowongan ini memiliki fungsi sangat vital. Yakni mengalihkan aliran sungai untuk sementara waktu. Sehingga inti bendungan dapat segera dikerjakan. Selain itu para pekerja juga mulai melakukan penggalian saluran pelimpah, serta menggali pondasi bangunan.

Heri menyebut, untuk pengerjaan inti bendungan akan  menjadi catatan sejarah baru di Asia Tenggara. Sesuai permintaan Kementerian Pekerjaan Umum, inti bendungan diminta menggunakan teknologi inti aspal. Teknologi ini agak berbeda dengan pembangunan sebelumnya yang menggunakan inti lempung. Teknologi ini dianggap lebih efektif dan efisien.

“Biayanya lebih ekonomis. Lebih kedap kebocoran, dan tahan gempa. Kalau misalnya ada gempa, kemudian terjadi retakan, aspal ini akan meleleh dan menyumbat retakan. Jadi rencananya inti bendungan selebar 70 centimeter akan menggunakan aspal,” jelas Heri.

Asal tahu saja, proyek pembangunan Bendungan Tamblang sudah dikerjakan sejak September 2019 lalu. Bendungan ini akan menyuplai air untuk Daerah Irigasi Bungkulan dan Bulian. Lahan pertanian di kedua wilayah ini mencapai 588 hektare. Selain itu bendungan juga akan menyuplai kebutuhan air baku dengan kapasitas 510 liter per detik.

Rencananya tubuh bendungan akan membentang sepanjang 260 meter, dari arah Desa Sawan ke arah Desa Bila. Kapasitas genangan bendungan ini diperkirakan mencapai 7 juta kubik. Wilayah genangan tak hanya mencakup wilayah Desa Bila dan Desa Sawan saja. Namun meluas hingga wilayah Desa Bebetin dan Desa Bontihing.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/