25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 6:02 AM WIB

Upaya Bersihkan Tubuh dan Jiwa dari Energi Negatif

Melukat atau membersihkan diri dengan media air belakangan digemari masyarakat. Tak hanya warga lokal. Artis dan wisatawan asing pun banyak yang menyukai teknik pembersihan diri dari energi negatif tersebut.

 

ni kadek novi febriani/zulfika rahman/ candra gupta

 

SELAMA ini Pura Tirta Empul menjadi salah satu rujukan tempat melukat. Demikian, ternyata di Bali banyak tersebar tempat serupa dengan keunikan masing-masing. Tak hanya untuk mengobati penyakit kulit, ada juga untuk memohon Keturunan hingga menyembuhkan orang dengan gangguan jiwa atau ODGJ.

 

Jelas Jro Mangku Gde Made Bayu, melukat sendiri berasal dari kata sulukat. Su artinya baik atau bagus, sedangkan lukat berarti penyucian. Dengan begitu melukat adalah tata cara penyucian diri dari energi negatif (dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan) secara spiritual maupun supranatural dengan diperkuat ritual-ritual upakara-upakara, mantra-mantra tertentu. Doa-doa dan juga didukung hari baik, sesuai keperluan dan dresta setempat. 

 

Pada umumnya melukat menggunakan media utama mata air dari tempat yang disucikan atau keramat. Atau air-air yang telah didoakan oleh para pemuka-pemuka agama, dan ada pula melukat menggunakan api (diistilahkan lukat geni) lukat chandra, lukat teja surya, dan lain-lain. 

 

“Melukat dipercaya bisa melebur, mengurangi energi-energi negatif yang menempel di tubuh atau pikiran. Menambah power positif dan mengaktifkan cakra-cakra tubuh,” katanya.

 

“Melukat mempunyai sejarah yang panjang dan dipercaya dan diwarisi oleh leluhur. Bukan saja di Bali, namun juga dipelosok nusantara. Seperti contoh ritual kungkum atau ritual berendam pada hari-hari keramat,” imbuhnya.

 

Tak kalah penting, usai melukat tentu harus ada perenungan dan instropeksi diri sehingga kita tidak lagi mengulang hal-hal buruk yang pernah dilakukan.

 

Serupa juga diungkapkan Jro Mangku Suardana, Pemangku Pura Tirtha Dangkhyangan Rambutsiwi menjelaskan, malukat merupakan suatu kegiatan spiritual yang berfungsi sebagai ritual penyucian serta mengganggu jiwa dan pikiran.

 

Dijelaskannya, dalam Reg Veda II. 35.3 disebutkan, “Tamu sucim sucayo didivansam, Apam napatam parithasthur apah. Yang berarti bahwa air suci murni yang mengalir, baik dari mata air maupun dari laut yang memiliki kekuatan yang menyucikan”.

 

“Pembersihan tak hanya dilakukan secara skala (fisik), namun juga dilakukan secara niskala. Melukat itu kan berasal dari kata Selukat yang berarti penyucian. Nah, yang disucikan adalah pikiran, tubuh juga jiwanya, baik secara skala maupun niskala,” ujarnya.

 

Ini juga sebagai upaya penyeimbangan antara Bhuana Alit (tubuh manusia) dan Bhuana Agung atau alam semesta. (bersambung)

Melukat atau membersihkan diri dengan media air belakangan digemari masyarakat. Tak hanya warga lokal. Artis dan wisatawan asing pun banyak yang menyukai teknik pembersihan diri dari energi negatif tersebut.

 

ni kadek novi febriani/zulfika rahman/ candra gupta

 

SELAMA ini Pura Tirta Empul menjadi salah satu rujukan tempat melukat. Demikian, ternyata di Bali banyak tersebar tempat serupa dengan keunikan masing-masing. Tak hanya untuk mengobati penyakit kulit, ada juga untuk memohon Keturunan hingga menyembuhkan orang dengan gangguan jiwa atau ODGJ.

 

Jelas Jro Mangku Gde Made Bayu, melukat sendiri berasal dari kata sulukat. Su artinya baik atau bagus, sedangkan lukat berarti penyucian. Dengan begitu melukat adalah tata cara penyucian diri dari energi negatif (dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan) secara spiritual maupun supranatural dengan diperkuat ritual-ritual upakara-upakara, mantra-mantra tertentu. Doa-doa dan juga didukung hari baik, sesuai keperluan dan dresta setempat. 

 

Pada umumnya melukat menggunakan media utama mata air dari tempat yang disucikan atau keramat. Atau air-air yang telah didoakan oleh para pemuka-pemuka agama, dan ada pula melukat menggunakan api (diistilahkan lukat geni) lukat chandra, lukat teja surya, dan lain-lain. 

 

“Melukat dipercaya bisa melebur, mengurangi energi-energi negatif yang menempel di tubuh atau pikiran. Menambah power positif dan mengaktifkan cakra-cakra tubuh,” katanya.

 

“Melukat mempunyai sejarah yang panjang dan dipercaya dan diwarisi oleh leluhur. Bukan saja di Bali, namun juga dipelosok nusantara. Seperti contoh ritual kungkum atau ritual berendam pada hari-hari keramat,” imbuhnya.

 

Tak kalah penting, usai melukat tentu harus ada perenungan dan instropeksi diri sehingga kita tidak lagi mengulang hal-hal buruk yang pernah dilakukan.

 

Serupa juga diungkapkan Jro Mangku Suardana, Pemangku Pura Tirtha Dangkhyangan Rambutsiwi menjelaskan, malukat merupakan suatu kegiatan spiritual yang berfungsi sebagai ritual penyucian serta mengganggu jiwa dan pikiran.

 

Dijelaskannya, dalam Reg Veda II. 35.3 disebutkan, “Tamu sucim sucayo didivansam, Apam napatam parithasthur apah. Yang berarti bahwa air suci murni yang mengalir, baik dari mata air maupun dari laut yang memiliki kekuatan yang menyucikan”.

 

“Pembersihan tak hanya dilakukan secara skala (fisik), namun juga dilakukan secara niskala. Melukat itu kan berasal dari kata Selukat yang berarti penyucian. Nah, yang disucikan adalah pikiran, tubuh juga jiwanya, baik secara skala maupun niskala,” ujarnya.

 

Ini juga sebagai upaya penyeimbangan antara Bhuana Alit (tubuh manusia) dan Bhuana Agung atau alam semesta. (bersambung)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/