29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:49 AM WIB

Corona Merebak, Kedatangan Turis Jepang di Buleleng Terancam Ditolak

SINGARAJA – Rencana kedatangan rombongan wisatawan mancanegara (wisman) asal Jepang terancam ditolak warga.

Rombongan itu disebut hendak melakukan aktifitas di sejumlah desa yang ada di Buleleng. Salah satunya di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar.

Warga khawatir karena kini Jepang masuk dalam salah satu negara yang terdapat kasus corona covid-19.

Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali, ada dua rombongan yang hendak berkunjung ke Buleleng. Rombongan pertama terdiri atas enam orang.

Mereka datang berkaitan dengan Yess Project – sebuah proyek sosial yang berfokus pada masalah lingkungan dan air bersih. Rombongan ini rencananya akan beraktifitas di Desa Pedawa mulai Jumat (13/3) mendatang.

Sementara rombongan kedua berjumlah 10 orang. Rombongan ini berencana melakukan kegiatan mulai Sabtu (14/3) pekan depan.

Rombongan kedua akan fokus pada masalah kegiatan sosial, sampah, lingkungan, dan pendidikan.

Lantaran ada wacana penolakan, pihak penghubung rombongan, meminta fatwa pada Dinas Pariwisata (Dispar) Buleleng.

Kemarin I Wayan Sadnyana, warga yang menjadi penghubung rombongan, mendatangi Dispar Buleleng. Ia menemui Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Buleleng I Made Sudama Diana, terkait kondisi tersebut.

Sadnyana mengaku saat ini ada kekhawatiran dari warga, terkait rencana kegiatan wisman asal Jepang itu. Sebab para wisatawan itu akan berinteraksi langsung dengan masyarakat.

Menurut Sadnyana, sebenarnya ini bukan pertama kalinya wisatawan tersebut datang ke Pedawa. Rombongan itu juga pernah datang ke Pedawa pada Maret 2018 lalu, guna menyelenggarakan program serupa.

“Kami tidak menyalahkan warga, karena memang banyak image yang  berkembang soal virus ini. Kami ingin dapat keyakinan dari Dispar, apakah interaksi yang akan dilakukan wisman

ini masih aman atau seperti apa,” kata Sadnyana yang juga dosen di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha (FBS Undiksha) itu.

Terhadap penolakan tersebut, Sadnyana mengatakan pihaknya akan melakukan pendekatan lebih lanjut pada warga, komunitas, para tokoh, serta aparat dan prajuru desa.

“Kami ingin dapat kepastian. Apakah kegiatan wisatawan ini bisa dilakukan bulan ini, atau dijadwal ulang,” imbuhnya.

Sementara itu Plt. Kadis Pariwisata Buleleng Made Sudama Diana mengatakan, kedatangan rombongan wisman Jepang itu sebenarnya jadi momentum baik bagi pariwisata Buleleng.

Kedatangan wisatawan membuktikan bahwa pariwisata Buleleng dalam kondisi baik-baik saja. Hanya saja, pemerintah  tak bisa memaksa warga menerima kedatangan wisatawan.

“Pariwisata kita itu berbasis masyarakat. Jadi saat ini yang diperlukan melakukan edukasi di masyarakat. Kami tidak salahkan juga kalau ada kekhawatiran di masyarakat,” kata Sudama.

Ia menyarankan agar rombongan pertama, dapat diterima masyarakat. Mengingat aktifitas rombongan hanya sekitar empat jam saja. Selain itu, rombongan ini sudah lama beraktifitas di Indonesia.

“Kalau rombongan kedua, ada kemungkinan reschedule. Itu tidak terlalu masalah, karena mereka masih ada di Jepang. Tapi kalau rombongan pertama, mereka kan sudah ada di Indonesia.

Tinggal perlu surat pengantar saja. Mereka juga pasti sudah melalui proses cek kesehatan di bandara atau pelabuhan,” tukasnya. 

SINGARAJA – Rencana kedatangan rombongan wisatawan mancanegara (wisman) asal Jepang terancam ditolak warga.

Rombongan itu disebut hendak melakukan aktifitas di sejumlah desa yang ada di Buleleng. Salah satunya di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar.

Warga khawatir karena kini Jepang masuk dalam salah satu negara yang terdapat kasus corona covid-19.

Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali, ada dua rombongan yang hendak berkunjung ke Buleleng. Rombongan pertama terdiri atas enam orang.

Mereka datang berkaitan dengan Yess Project – sebuah proyek sosial yang berfokus pada masalah lingkungan dan air bersih. Rombongan ini rencananya akan beraktifitas di Desa Pedawa mulai Jumat (13/3) mendatang.

Sementara rombongan kedua berjumlah 10 orang. Rombongan ini berencana melakukan kegiatan mulai Sabtu (14/3) pekan depan.

Rombongan kedua akan fokus pada masalah kegiatan sosial, sampah, lingkungan, dan pendidikan.

Lantaran ada wacana penolakan, pihak penghubung rombongan, meminta fatwa pada Dinas Pariwisata (Dispar) Buleleng.

Kemarin I Wayan Sadnyana, warga yang menjadi penghubung rombongan, mendatangi Dispar Buleleng. Ia menemui Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Buleleng I Made Sudama Diana, terkait kondisi tersebut.

Sadnyana mengaku saat ini ada kekhawatiran dari warga, terkait rencana kegiatan wisman asal Jepang itu. Sebab para wisatawan itu akan berinteraksi langsung dengan masyarakat.

Menurut Sadnyana, sebenarnya ini bukan pertama kalinya wisatawan tersebut datang ke Pedawa. Rombongan itu juga pernah datang ke Pedawa pada Maret 2018 lalu, guna menyelenggarakan program serupa.

“Kami tidak menyalahkan warga, karena memang banyak image yang  berkembang soal virus ini. Kami ingin dapat keyakinan dari Dispar, apakah interaksi yang akan dilakukan wisman

ini masih aman atau seperti apa,” kata Sadnyana yang juga dosen di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha (FBS Undiksha) itu.

Terhadap penolakan tersebut, Sadnyana mengatakan pihaknya akan melakukan pendekatan lebih lanjut pada warga, komunitas, para tokoh, serta aparat dan prajuru desa.

“Kami ingin dapat kepastian. Apakah kegiatan wisatawan ini bisa dilakukan bulan ini, atau dijadwal ulang,” imbuhnya.

Sementara itu Plt. Kadis Pariwisata Buleleng Made Sudama Diana mengatakan, kedatangan rombongan wisman Jepang itu sebenarnya jadi momentum baik bagi pariwisata Buleleng.

Kedatangan wisatawan membuktikan bahwa pariwisata Buleleng dalam kondisi baik-baik saja. Hanya saja, pemerintah  tak bisa memaksa warga menerima kedatangan wisatawan.

“Pariwisata kita itu berbasis masyarakat. Jadi saat ini yang diperlukan melakukan edukasi di masyarakat. Kami tidak salahkan juga kalau ada kekhawatiran di masyarakat,” kata Sudama.

Ia menyarankan agar rombongan pertama, dapat diterima masyarakat. Mengingat aktifitas rombongan hanya sekitar empat jam saja. Selain itu, rombongan ini sudah lama beraktifitas di Indonesia.

“Kalau rombongan kedua, ada kemungkinan reschedule. Itu tidak terlalu masalah, karena mereka masih ada di Jepang. Tapi kalau rombongan pertama, mereka kan sudah ada di Indonesia.

Tinggal perlu surat pengantar saja. Mereka juga pasti sudah melalui proses cek kesehatan di bandara atau pelabuhan,” tukasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/