31.4 C
Jakarta
26 April 2024, 12:41 PM WIB

Pelajar SMK Itu Susul Ibunya, Gagal Wujudkan Cita-cita Jadi Perawat

GIANYAR – Meninggalnya Ni Kadek Irawati, 15, siswi kelas X SMK Kesehatan Maharesi, usai latihan gerak jalan Agustusan, menyisakan duka mendalam.

Tidak hanya bagi teman-teman dan gurunya, tapi juga keluarga besar. Orang tua almarhumah, Wayan Sudiana, sempat menangis tersedu ketika mendengar kabar duka itu.

“Saya dicari sama guru ke rumah. Sampai di rumah sakit katanya anak saya sudah meninggal,” ujar Sudiana sedih.

Sesuai rencana, jasad korban langsung dibawa ke rumah duka sore kemarin. “Di rumah sudah siapkan banten. Langsung dikuburkan sore ini,” ujarnya.

Sudiana yang sempat ditenangkan para guru dan pihak UPT Dinas Pendidikan Provinsi Bali di Gianyar sudah ikhlaskan kepergian putrinya yang bercita-cita sebagai perawat itu.

“Ini saya seperti kepergian (almarhum, red) ibunya 7 tahun lalu. Meninggal mendadak juga,” terangnya.

Kepala UPT Dinas Pendidikan Provinsi Bali di Kabupaten Gianyar, Adi Sucita, mengaku prihatin atas musibah ini.

“Ya ini musibah, kami tidak bisa memprediksi. Bagaimana supaya kedepan tidak terulang lagi. Agar guru dan pihak sekolah memperhatikan kondisi kesehatan siswa,” jelasnya. 

Di tempat terpisah, Komisioner Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Gianyar, Made Ariyasa, menyayangkan kondisi ini. “Coba nanti saya koordinasikan dengan Dinas Pendidikan Provinsi Bali,” ujarnya.

Komisioner asal Desa Mas, Kecamatan Ubud itu berharap kejadian ini tidak terulang lagi. “Latihan gerak jalan masih terus berlangsung. Jangan sampai terulang. Siswa harus dicek kesehatannya apakah fit,” pintanya.

Dia juga mendesak, jangan sampai siswa dipaksa berjalan jauh. “Paksaan atau tekanan ke siswa juga bentuk kekerasan, entah karena lelah atau takut disalahkan sekolah. Anak harus dilindungi,” tukasnya.

GIANYAR – Meninggalnya Ni Kadek Irawati, 15, siswi kelas X SMK Kesehatan Maharesi, usai latihan gerak jalan Agustusan, menyisakan duka mendalam.

Tidak hanya bagi teman-teman dan gurunya, tapi juga keluarga besar. Orang tua almarhumah, Wayan Sudiana, sempat menangis tersedu ketika mendengar kabar duka itu.

“Saya dicari sama guru ke rumah. Sampai di rumah sakit katanya anak saya sudah meninggal,” ujar Sudiana sedih.

Sesuai rencana, jasad korban langsung dibawa ke rumah duka sore kemarin. “Di rumah sudah siapkan banten. Langsung dikuburkan sore ini,” ujarnya.

Sudiana yang sempat ditenangkan para guru dan pihak UPT Dinas Pendidikan Provinsi Bali di Gianyar sudah ikhlaskan kepergian putrinya yang bercita-cita sebagai perawat itu.

“Ini saya seperti kepergian (almarhum, red) ibunya 7 tahun lalu. Meninggal mendadak juga,” terangnya.

Kepala UPT Dinas Pendidikan Provinsi Bali di Kabupaten Gianyar, Adi Sucita, mengaku prihatin atas musibah ini.

“Ya ini musibah, kami tidak bisa memprediksi. Bagaimana supaya kedepan tidak terulang lagi. Agar guru dan pihak sekolah memperhatikan kondisi kesehatan siswa,” jelasnya. 

Di tempat terpisah, Komisioner Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Gianyar, Made Ariyasa, menyayangkan kondisi ini. “Coba nanti saya koordinasikan dengan Dinas Pendidikan Provinsi Bali,” ujarnya.

Komisioner asal Desa Mas, Kecamatan Ubud itu berharap kejadian ini tidak terulang lagi. “Latihan gerak jalan masih terus berlangsung. Jangan sampai terulang. Siswa harus dicek kesehatannya apakah fit,” pintanya.

Dia juga mendesak, jangan sampai siswa dipaksa berjalan jauh. “Paksaan atau tekanan ke siswa juga bentuk kekerasan, entah karena lelah atau takut disalahkan sekolah. Anak harus dilindungi,” tukasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/